Beranda / Romansa / Menikahi CEO Dingin / bab 3 - Alvaro Moonstone

Share

bab 3 - Alvaro Moonstone

Penulis: Bunda kembar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-24 07:59:41

Alvaro Moonstone, Pria bertubuh atletis, dibagian dada di tumbuhi bulu-bulu halus, alis tebal, bulu mata lentik serta hidung Bangir menambah rupawan wajah pria tersebut, tak lupa cambang yang sudah di cukur halus mempertegas bagian rahangnya.

Ia sengaja mencukur dan merapikan cambangnya saat menjelang acara pernikahan kemarin. Pria itu tak menolak sedikitpun akan keputusan sang Kakek.

Karena sebelum itu dia sudah menyelidiki lebih dulu siapa calon Istri yang telah dipilihkan oleh Kakeknya itu, wanita seperti apa dia, dan wanita itu mampu membuat jiwa penasarannya meronta-ronta, ia pun akhirnya setuju begitu saja dengan perjodohan itu.

Flashback

“Alvaro, kakek ingin berbicara padamu, duduklah disini dekat Kakek,” ucap Bram kakek Alvaro.

Alvaro mendekati Kakeknya dan duduk disamping sang Kakek, menatap intens kearahnya.

“Kakek ingin menjodohkanmu dengan seorang wanita dari keluarga Aditama. Kakek sudah berjanji pada mendiang sahabat kakek bahwa nanti cucunya akan menjadi menantu di keluarga kita, dia gadis baik-baik dan dari keluarga baik-baik. Kakek yakin kamu akan menyukainya.”

Bram menjelaskan pada Cucunya itu, Alvaro masih menyimak ucapan Kakeknya.

“Siapa nama gadis itu Kek?” Alvaro membuka suara bertanya pada Bram.

Kakeknya tersenyum dan menjawab, “Bunga, Bunga Aditama.”

Bram lalu tersadar dari lamunannya, ia mengingat kembali saat sang kakek menyebutkan nama gadis itu.

Keesokan harinya ia lantas meminta orang kepercayaannya untuk mencari data pribadi sang Gadis. Dengan cepat orang itu mendapatkan data Bunga.

Alvaro membaca file yang ada di depannya yang baru saja dikirim oleh sekretarisnya itu. Ia tersenyum smirk.

“Menarik, ternyata gadis itu karyawanku di kantor cabang, baiklah Alvaro pindahkan ia ke kantor pusat dan menjadi sekertarisku disini, ia pasti tak tahu jika aku adalah bosnya.”

Alvaro pun mematuhi perintah Tuannya, ia hendak pergi dari ruangan itu, namun saat berada di depan pintu Alvaro memanggil kembali dirinya.

“Alvaro, pastikan dia tidak curiga saat dipindah tugaskan kesini, buatlah ia seolah naik jabatan,” ucapnya kembali memberi perintah.

“Baik Tuan, saya akan melaksanakannya sebaik mungkin.” Alvaro membungkukkan badannya, lalu pergi dari ruangan tersebut.

Alvaro kembali berkutat dengan pekerjaannya, ia fokus pada berkas-berkas yang ada dihadapannya itu.

Seperti biasanya ia akan pulang larut, keseharian pria itu hanya bekerja, ia sibuk mengembangkan dan mengelola bisnis keluarganya, ia adalah cucu tunggal sekaligus pewaris dari kerajaan bisnis keluarga Moonstone.

Lelaki itu terkenal dingin dalam dunia bisnisnya, tak ada yang bisa bermain-main dengannya dalam hal bisnis. Ia begitu mencintai pekerjaannya melebih dirinya sendiri.

Kakeknya, Bram Moonstone begitu menyayanginya, ia dikelilingi oleh kemewahan semenjak dirinya lahir di dunia.

Semua keinginannya selalu terpenuhi, hingga ia beranjak dewasa, pria itu selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Alvaro telah sampai di kediamannya, ia langsung pergi ke kamar pribadinya di lantai dua, melepaskan kancing lengannya dan mengendurkan ikatan dasinya, Pria itu lantas duduk menghilangkan penat setelah seharian bekerja.

Membuka tabletnya, memeriksa kembali beberapa laporan yang masuk, Alvaro lantas berdiri, dan berjalan kearah kamar mandi, untuk membersihkan diri.

Setelah satu jam lamanya, ia pun keluar dari dalam kamar mandi merebahkan dirinya lalu mulai beristirahat, ia tak sabar ingin bertemu dengan calon Istrinya.

Kakek dari Alvaro memberitahunya bahwa besok mereka akan berkunjung ke rumah Bunga, untuk menagih janji pernikahan yang telah Kedua keluarga itu ucapkan.

Alvaro lantas tersenyum, sebelum ia memejamkan matanya menuju ke alam mimpi.

Pagi hari pun tiba Alvaro sudah bangun dari tidurnya, lelaki itu bergegas ke kamar mandi. Ia akan bersiap untuk bersandang ke rumah calon istrinya.

Semua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu mereka menunggu kedatangan Alvaro, akhirnya yang dinanti tiba.

Mereka segera melajukan mobil ke rumah keluarga Kencana, sesampainya disana mereka di sambut baik oleh keluarga Kencana.

Saat pertama kali masuk keruang tamu, ia disuguhkan dengan pemandang foto keluarga mereka.

Banyak bingkai foto Bunga terpasang di dinding ruangan itu, dari mulai Bunga kecil hingga dewasa gadis itu terlihat periang karena beberapa foto yang menampilkan senyuman khas dirinya.

Bram langsung saja mengutarakan kedatangannya, untuk melamar Bunga dan menagih janji mendiang sang kakek.

Ayah Bunga meminta izin pada Bram, untuk membicarakan hal ini terlebih dahulu pada anaknya, Surya pun menjelaskan bahwa keputusan mutlak berada di tangan Bunga.

Alvaro tak menerima penolakan itu, ia ingin Bunga tetap menikah dengannya, karena itu semua adalah janji yang telah disepakati, dan tak bisa di batalkan begitu saja.

“Maaf Tuan, jika Anak Anda menolak perjodohan ini, maka Anda dan keluarga akan kehilangan semuanya, karena apa yang Anda miliki saat ini, semua itu adalah bantuan dari keluarga kami,” ujar Alvaro dengan dingin dan tanpa ekspresi.

Nyonya Surya Kencana kaget mendengarkan penuturan dari Alvaro, ia memandang ke arah Alvaro, namun yang di pandang tak bergeming sedikitpun.

‘Tuhan, bagaimana bisa anak gadisku menikah dengan Pria seperti ini,’ batin Nyonya Surya.

Alvaro dan keluarga lantas pergi dari kediaman keluarga Kencana, mereka pulang ke kediaman keluarga Moonstone.

Setelah sampai di dalam rumah saat Alvaro akan naik ke atas atas menuju kamarnya Bram pun menghentikan langkah cucunya itu

“Kenapa kau berbicara seperti itu Alvaro kepada mereka? Kakek ikhlas membantu mereka, tak sedikitpun kakek ingin meminta kembali apa yang sudah kakek berikan kepada keluarga Kencana,” ujar sang kakek, raut wajahnya menyiratkan kesedihan, karena cucunya meminta kembali apa yang telah mereka berikan kepada keluarga Kencana.

Kekek, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan agar rencana pernikahan itu tetap berlangsung. Karena aku yakin, Gadis itu akan menolak Perjodohan ini jika ia mengetahuinya

Jadi aku berbicara seperti itu agar gadis tersebut tetap mau menikah dan melanjutkan perjodohan ini Kakek,” terang Alvaro ia membalikkan badannya dan menghampiri sang Kakek.

Alvaro begitu menyayangi Kakeknya, karena kakeknya lah yang merawat ia hingga saat ini.

“Dasar anak nakal, apa artinya kau menyukai gadis pilihan Kakekmu ini?” tanya sang Kakek, ia tak menyangka cucunya akan menerima gadis pilihannya, dirinya sudah membayangkan penolakan dari Alvaro.

Diluar dugaan Cucunya menyetujui perjodohan itu, bahkan demi perjodohan itu tetap berlangsung, ia bahkan sampai hati mengancam keluarga Kencana.

Bram memeluk Alvaro, ia menginginkan yang terbaik untuk cucunya tersebut, ia yakin keturunan Kencana adalah wanita baik-baik yang akan cocok bersanding dengan cucu semata wayangnya.

Yang akan tulus menerima, tanpa menilai kekayaan dari keluarga Moonstone, terlebih dia sudah mengetahui seluk beluk keluarga Kencana.

Alvaro meminta kakeknya untuk beristirahat dan menyerahkan semua itu padanya, ia akan memastikan Bunga menikah dengan dirinya, tanpa harus menyakiti keluarga Kencana.

Bram percaya pada Alvaro, dia sangat bisa di andalkan, dan Bram meminta Alvaro untuk tak memaksakan kehendaknya kali ini. Jika mereka berjodoh mereka pasti akan bersatu.

Alvaro tersenyum pada sang kakek ia lantas mengantarkan kakeknya untuk beristirahat ke dalam kamar setelah ia langsung bergegas naik ke atas menuju kamarnya sendiri.

Alvaro duduk menyandarkan punggungnya pada sofa panjang di kamarnya, Alvaro mengeluarkan ponselnya dan menelepon Alvaro, memintanya untuk menyiapkan berkas pernikahan atas nama dirinya dan Bunga.

Alvaro mulai mengurus segala sesuatu yang ia butuhkan saat pernikahan nanti, ia yakin bahwa Bunga akan menyetujui itu, maka ia mempersiapkan semuanya lebih awal.

Benar saja gadis itu menerima perjodohan tersebut, namun Ia memiliki persyaratan agar saat menikah hanya melakukannya secara sederhana.

Gadis itu cukup pintar ia mengancam keluarga Moonstone jika keluarga tersebut masih mau menerimanya sebagai menantu maka harus menyetujui persyaratan tersebut.

Alvaro yang mendengar itu pun tersenyum dan mereka menyetujui persyaratan dari Bunga untuk mengikat Bunga agar ia tidak bisa mengelak lagi dan pergi dari Perjodohan tersebut.

Acara pernikahan mereka pun digelar dengan sederhana hanya dihadiri oleh beberapa salah saudara dan orang-orang penting saja.

Hari ini mereka telah sah sebagai pasangan suami istri, Alvaro mengucapkan ijab qobul dengan lantang dan tanpa keraguan sedikitpun.

Disinilah ia sekarang berada di hotel dimana keluarga mereka telah menyiapkan semua ini untuk mereka menikmati malam pertama sebagai pasangan baru.

Selesai ijab qobul keluarga Moonstone sengaja memesan hotel untuk acara makan malam bersama sebagai perayaan atas pernikahan Bunga dan Alvaro.

Hanya sanak saudara saja yang hadir dalam jamuan makan malam tersebut, Bram sedang mengobrol dengan kedua orang tua Bunga, sedang Alvaro ia berbicara dengan Alvaro.

Bunga berpamitan untuk langsung ke kamar karena ia sudah merasa lelah hari ini, ia ingin beristirahat terlebih dahulu.

Joana mengantar anak nya ke kamar pengantin yang telah di sewa oleh keluarga Moonstone, ibunya itu hanya mengantar Sampai depan pintu, ia langsung pergi setelah memeluk dan mencium kening anaknya.

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi CEO Dingin    bab Perjanjian Berubah

    Sarah dan Alexa hanya melirik ketika Bunga mengantar Alvaro menuju ke pintu. “Jangan pulang lama-lama,” rengek Bunga. Alvaro hanya menaikkan alisnya. Dia tidak berencana pulang cepat. Alvaro ingin pulang kembali ke rumah kalau semua orang sudah tertidur.Setelah mengantarkan Alvaro , Bunga kembali ke kamarnya. Sarah sebenarnya memanggil Bunga agar bergabung dengannya dan Alexa, namun Bunga ingin menghubungi Nabila untuk menanyakan hasil investigasi mereka.Sampai di kamar, Bunga langsung mengunci pintunya. Dia mengambil telepon genggamnya dari dalam tas kemudian langsung menghubungi Nabila. “Halo, Bila. Bagaimana?” tanya Bunga penuh harap.“Kami baru saja pulang. Ini masih di jalan. Om Angga mengatakan kalau nota itu memang mencurigakan, tapi semuanya juga ditandatangani oleh seorang dokter senior yang menjadi direksi di rumah sakit. Om Angga mengatakan akan mencoba memeriksa rekam medis dari pasien yang bersangkutan. Tenang saja, Lia. Nan

  • Menikahi CEO Dingin    bab 90 Mulai Menyelidiki

    “Bos, dari pihak rumah sakit itu sendiri mengatakan kalau itu memang nota resmi pembayaran yang ditandatangani oleh salah satu direktur mereka. Jadi itu sah,” ujar Leo. Alvaro mengerutkan keningnya. Dia mendengarkan semua keterangan Leo mengenai pembayaran rumah sakit Sarah. Leo mengatakan kalau mereka tidak berhasil mendapatkan rekam medis Sarah karena itu adalah dokumen pribadi yang hanya bisa diakses oleh pihak internal rumah sakit dan juga pasien yang bersangkutan.“Kau tahu, Leo. Aku tetap merasa ini sangat aneh. Kau ingat ketika Kakek mengalami serangan jantung? Aku yang mengurus Kakek bersamamu saat itu kan? Dan pembayarannya tidak membengkak seperti ini, Leo,” ujar Alvaro . Leo mengangguk membenarkan.“Kita butuh mencari komparasi, Al,” ujar Leo. Alvaro setuju. Dia meminta Leo untuk menghubungi beberapa rumah sakit lainnya, untuk menyelidik dan melakukan perbandingan.Keluar dari ruangan Alvaro , Vanessa menatap ingin tahu. “Tugasmu akan bert

  • Menikahi CEO Dingin    bab 89 Ternyata masih disembunyikan

    Tok! Tok! Tok!Pintu kantor Bunga diketuk dari luar. Bunga menanti siapa yang akan muncul di balik pintu itu. “Masuk,” ujarnya dari dalam.“Halo, Kakek boleh masuk?” Kakek Bram muncul di pintu. Bunga langsung tersenyum lebar, dia senang melihat lelaki itu datang dengan wajah ceria.“Masuklah, Kek. Aku senang Kakek datang,” jawab Bunga. Volume suara Bunga memang agak dikecilkannya karena menyadari kalau pintu ruangannya terbuka. Mungkin saja ada yang akan mendengarnya.“Oh, kalian masih main sandiwara?” tanya Kakek Bram. Kakek duduk di sofa yang ada di dalam ruangan Bunga.Setelah bersalaman dan mencium tangan orangtua itu, Bunga langsung duduk bersama Kakek Bram. “Kakek sehat?” tanya Bunga. Da merasa malu mengenai sandiwara yang ditanyakan Kakek Bram tadi.“Sehat, Nak. Kakek bisa sampai disini. Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu kalian. Tadinya Kakek mau ke rumah kalian saja nanti malam. Tapi, Kakek sudah tidak sabar. L

  • Menikahi CEO Dingin    bab 88

    Bunga kemudian tersenyum. Sarah langsung menutup pintu kamar. Bunga sekarang berpikir bagaimana caranya membujuk Alvaro kembali agar tidak marah kepadanya. Namun, Bunga kehabisan akal. Rasanya dia tak tahu lagi bagaimana membujuk Alvaro agar bisa berdamai. Tak mungkin Bunga memakai cara yang sama dengan tadi. Alvaro pasti kali ini tidak akan membiarkan Bunga berhasil.Bunga ingin kembali ke kamar, namun dia merasa sedikit haus. Karena itu Bunga berjalan ke dapur. Dia ingin mengambil segelas sari jeruk dingin yang ada di dalam kulkas.“Mau apa, Nya?” tanya Bibi yang masih merapikan dapur dan mempersiapkan bahan masakan untuk keesokan hari.“Bi, kenapa belum tidur? Sudah malam, Bi. Istirahat saja, Bibi kan sudah lelah seharian,” ujar Bunga disertai senyuman. Itulah yang membuat pekerja di rumahnya menyayangi Bunga. Bunga selalu ramah dan bersikap baik kepada orang yang bekerja padanya.“Iya, Nya. Sebentar lagi. Bibi hanya mempersiapkan ini saja. Set

  • Menikahi CEO Dingin    bab 87 Tidak tuntas

    Sarah terus mengetuk pintu kamar Alvaro dan Bunga. Kedua insan yang sedang memadu kasih itu terperanjat. Merasa tak nyaman bisa tak menjawab, merasa tak nikmat pula bila menjawab. Bunga masih terdiam sambil menatap Alvaro yang juga ikut terdiam raut wajahnya kini berubah.“Bagaimana ini?” tanya Bunga. Konsentrasinya terganggu. Aksinya tak lagi bisa selaras dengan seluruh gaya yang telah dilakukannya tadi.“Sudahlah, jawab saja. Ibu tak akan diam kalau kau tak menjawab,” bisik Alvaro akhirnya, seolah dia tau.“Kenapa aku?”“Karena kau yang membawa Ibu kemari.”Hening menerpa, Bunga paham kalau Alvaro masih kesal. Ternyata kekesalan itu tersimpan di dalam lubuk hatinya. Sedikit saja ada kesempatan untuk dikeluarkan, Alvaro langsung memuntahkan semua kemarahannya pada Bunga melalui kata-kata sinisnya.Situasi membuat Bunga juga ikut merasakan terpaan emosi. Bunga terdiam, dia berdiri kemudian masuk ke kamar mandi setelah m

  • Menikahi CEO Dingin    bab 86

    Bunga sudah selesai memakai lingerienya, dia berjalan pelan ke sisi Alvaro. ‘Duh, jangan kesini. Please, Diamlah di tempat. Duduk di tempat tidur,’ ujar Alvaro. Tapi, lagi-lagi hanya di dalam hati saja. Sebab di luar, Alvaro masih saja tampak berusaha keras berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia harus bertahan kali ini sekuat tenaga Alvaro mencoba untuk tetap mengerjakan pekerjaannya.“Sayang, kenapa bekerja terus,” sapa Bunga yang duduk di tangan kursi Alvaro. Mau tak mau Alvaro terpaksa melirik ke arahnya. Sungguh cantik dan seksi lingerie itu melekat di tubuh Bunga. Bahannya yang transparan memperlihatkan kalau Bunga tidak memakai apapun di bawah pakaian itu. Alvaro menarik nafas lagi dan menahannya. Bahkan hingga sesak nafas pun Alvaro bertekad menahannya. "Kenapa dia harus duduk di sini, aku jadi bisa melihat semuanya. Tahan ya tahan," gumam Alvaro pada dirinya dalam hati. Dia tak mungkin tidak tergoda tapi dia harus tetap bertahan dan tidak menyerang istrinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status