Home / Romansa / Menikahi CEO Tiran / 3. Tamu Tak Diduga

Share

3. Tamu Tak Diduga

Author: AdewinBW
last update Last Updated: 2023-08-08 16:18:45

Bella saat ini sedang melihat-lihat apartemen barunya, beruntung ia mendapat unit yang harganya masih bisa ia jangkau dengan fasilitas full furniture yang lumayan baik walaupun tidak terlalu mewah. Ukuran ruangannya memang tidak jauh berbeda dengan kamarnya dulu, tetapi itu bukan masalah, yang terpenting lokasinya saat ini berada di area jalan arteri dekat dengan pusat perkantoran.

Bella merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia berpikir sejenak untuk memulai aksinya saat ini. Cara pertama ialah harus mencari pekerjaan terlebih dahulu, pengalamannya menjadi manajer operasional saat di perusahaan ayahnya dulu mungkin saja bisa membantunya untuk mencari pekerjaan.

Bella teringat masa-masa saat ia bekerja sebelumnya, ia menjadi manajer operasional sementara Irena diberi jabatan sebagai CEO, sungguh tidak adil namun mau bagaimana lagi ia tidak bisa membantah. Di perjalanan karirnya Bella memiliki pekerjaan yang sangat banyak, selain ia menjadi seorang manajer ia juga harus menghandle pekerjaan-pekerjaan Irena karena adiknya itu tidak kompeten.

Irena hanya ongkang-ongkang kaki saja, ia hanya tahu beres atas semua pekerjaan miliknya. Ayahnya beralasan karena tubuh Irena lemah ia tidak boleh kelelahan, padahal yang Bella tahu Irena sudah sembuh sejak ia sekolah menengah, ayah dan ibunya yang selalu tepat waktu dalam merawat penyakit Irena ke dokter seharusnya tahu bahwa adiknya itu sudah dapat hidup normal saat ini. Namun Irena sering berpura-pura lemah agar mendapat simpati, dan hanya Bella yang mengetahui sifat terpendamnya itu.

“Ah, untuk apa aku mengingat lagi mereka, toh mereka pun tidak akan mengingatku! Jangankan khawatir! Kalaupun ingat pasti hanya sebatas babysitter Irena aja,” gumam Bella.

Saat ia sedang asyik berbaring tiba-tiba pintu kamarnya diketuk secara kasar, Bella terperanjat, jangan-jangan itu orangtuanya yang ingin memaksanya pulang. Bella bangkit dari ranjangnya, namun ia belum berani membuka pintu, ia sedang berpikir alasan apa agar ia bisa menolak orangtuanya.

Akhirnya setelah beberapa menit terdiam, Bella pun membuka pintu, namun dahinya mengerut, ia tampak bingung dengan sosok pria yang berada di hadapannya ini, “Maaf, siapa ya?”

Di hadapan Bella saat ini sosok bertubuh tinggi dengan rambut klimis yang disisir ke belakang, rahangnya tajam dan dipenuhi rambut di dagunya disertai dengan badannya tegap. Untuk skala penilaian fisik Bella berani memberi nilai pada pria dihadapannya ini nyaris sempurna.

Pria tersebut diam tak menjawab apapun, namun satu hal yang pasti ada bau alkohol dan parfum beraroma wood dari tubuhnya. Matanya sedikit memerah dan tubuhnya agak sempoyongan. Sekali lagi Bella bertanya pada pria tersebut.

“Halo?” Bella melambaikan tangan di hadapan wajah pria itu, “Mas? Mau cari siapa? Ada perlu apa?”

“Ronald,” gumam pria itu, “mana Ronald?”

Bella mengerutkan dahi, “Maaf sepertinya mas salah unit, tidak ada yang namanya Ronald disini—”

Terdengar suara dentuman keras, pria tersebut tiba-tiba terjatuh seketika di daun pintu. Bella yang panik kemudian bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba ponsel pria tersebut yang tergeletak di lantai saat ia terjatuh berbunyi, tampak panggilan suara dari kontak bernama Ronald. Dengan cepat Bella mengangkat panggilan tersebut.

“Halo, Tuan Sean? Anda berada di mana?” tanya sosok pria yang diduga bernama Ronald itu.

“Halo Mas, maaf ini temannya pingsan di unit apartemen saya, sepertinya beliau salah kamar. Ini baiknya bagaimana ya?” ucap Bella sambil menggoyang-goyangkan tubuh pria itu, berusaha membangunkannya.

“Astaga!” pekik Ronald, “maaf sebelumnya merepotkan, boleh saya minta tolong untuk mengamankan beliau dulu di unit milik anda? Saya masih diperjalanan dan tolong beritahu nomor unitnya ya.  Ah, dan maaf sekali lagi karena telah merepotkan.”

“Oh, baik kalau begitu tidak masalah, saya di apartemen Pesona Grata tower D unit 416 ya Mas,” ucap Bella. Tak lama panggilan pun terputus, kemudian dengan sekuat tenaga Bella membopong pria bernama Sean itu. Ukuran tubuhnya yang berbeda jauh membuat Bella membopong dengan sempoyongan.

Akhirnya Bella membaringkan tubuh Sean di atas sofa berukuran sedang miliknya, ia yang canggung hanya duduk memperhatikan Sean, berharap pria itu segera siuman. Untungnya tak berselang lama pintu unit kamar Bella diketuk, dengan tergesa ia membuka pintunya.

“Selamat sore, mohon maaf saya yang tadi menelepon, apa betul teman saya yang tidak sadarkan diri berada di sini?” tanya Ronald sopan.

Bella mengangguk pelan, ia sedikit menelisik pria dihadapannya ini. Tubuhnya tinggi namun sepertinya sedikit lebih pendek dibanding Sean, dia memakai kacamata dengan potongan rambut yang disisir ke belakang. Kulitnya lebih gelap dibanding Sean yang kulitnya terlihat putih pucat. Namun ada kesamaan diantara keduanya yaitu sama-sama memakai pakaian rapi berupa tuxedo ala kantoran.

“Betul, silakan masuk mas,” Bella mempersilakan Ronald untuk masuk ke dalam, “Mau minum apa mas? Mohon maaf saya Cuma ada air putih dan teh saja, kebetulan saya baru pindah hari ini jadi belum sempat belanja stok makanan.”

“Ah tidak usah repot-repot, saya langsung saja membawa teman saya. Kebetulan unit saya ada di sebelah, mungkin itu alasannya mengapa teman saya salah masuk kamar. Saya juga baru sadar waktu anda ucapkan alamat lengkap.”

“Ini kartu nama saya mbak,” Ronald kemudian mengeluarkan kartu namanya dari dalam dompet, “ijin memperkenalkan diri nama saya Ronald. Dan ini teman saya atau lebih tepatnya atasan saya bernama Sean. Saya mewakili beliau mohon maaf sebesar-besarnya karena telah mengganggu kenyamanan anda.”

“Ah saya Arabella, panggil saja Bella.” balas Bella, “tidak apa-apa Mas, tapi coba dicek dulu temannya takut terjadi apa-apa, saya tadi tidak berani cek karena takut dianggap lancang, soalnya beliau tadi terjatuh cukup keras di daun pintu.”

Ronald menghampiri Sean yang masih berbaring, “Tidak apa-apa Nona Bella, dia hanya mabuk berat. Badannya tahan banting, aman.” Kemudian Ronald membopong Sean, “kalau begitu saya pamit undur diri. Terima kasih dan mohon maaf sekali lagi.”

“Iya, Mas. Santai saja. Silakan …” Bella mempersilakan Ronald keluar dari kamarnya, ia masih berdiri di daun pintu mengamati arah kedua pria itu yang berjalan di lorong. Ternyata benar, unit mereka bersebelahan, pantas saja pria bernama Sean itu keliru.

Setelah melihat Ronald dan Sean masuk ke dalam unitnya, Bella pun ikut masuk ke dalam kamarnya sendiri. Saat ia akan mengambil minum terlihat kartu nama yang Ronald berikan, di dalamnya tertulis nama lengkap pemuda berkacamata itu dan juga perusahaan tempat di mana ia bekerja.

“Tunggu … assistant of CEO Wiratama Group?” gumam Bella, “Sebentar, kalau tidak salah seingatku Wiratama Group sedang mengincar perusahaan ayah untuk diakuisisi sebagai jaminan bayar hutang ayah yang membengkak namun kedua orangtuaku merencanakan perjodohan antara Irena dengan CEO tersebut untuk kesepakatannya.”

“Apa jangan-jangan …” lanjut Bella, “Pria yang pingsan tadi adalah CEO-nya?! Sial, aku dulu tidak dilibatkan dengan rencana ini oleh ayah, mereka membuatku sibuk mengatasi permasalahan distribusi, sekarang aku menyesal karena buta informasi!”

Bella mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas dengan tergesa, kemudian ia membuka platform mesin pencari informasi dan mengetik CEO Wiratama Group. Hasilnya seperti yang ia duga, terpampang nama Sean Kamandaru Wiratama dengan wajah persis seperti pria yang pingsan tadi di depan kamarnya.

Saat sedang menggulirkan website profil perusahaan tersebut tanpa sengaja terlihat sebuah fitur lowongan pekerjaan, Bella kemudian menekan fitur tersebut dan di dalamnya terdapat sebuah lowongan untuk posisi sekretaris.”

“Apa aku coba lamar saja ya? Siapa tahu dengan masuk circle Wiratama Group aku bisa aman dari tekanan keluargaku, sebisa mungkin aku harus menggagalkan rencana perjodohan mereka. Gila saja apa Wiratama Group ingin hancur dengan memiliki menantu tidak kompeten seperti Irena? Tidak mungkin.”

Bella kemudian membuka kopernya dan mengambil laptop yang berada di dalam, dengan gesit ia membuat sebuah lamaran pekerjaan dan menyiapkan persyaratan-persyaratannya. “Semoga saja lamaranku diterima, ku mohon Tuhan.”

Untuk pengalaman bekerja Bella termasuk dalam kategori yang cekatan, saat ia masih bekerja di perusahaan ayahnya yang bergerak di industri manufaktur logam dan mesin ia mampu bekerja sama dengan perusahaan rekanan dan dipercayai sebagai supplier mesin peralatan pertanian di beberapa negara. Semua berkat inovasi Bella yang terus memperbarui informasi mengenai teknologi terbaru dan juga kepiawaiannya dalam mengelola operasional.

Berkat Bella juga beberapa waktu yang lalu perusahaan ayahnya nyaris saja terkena penalty terkait perjanjian kontrak yang tidak dicerna dengan baik oleh Irena, untung saja Bella mau turun tangan menghadapi masalah tersebut kepada perusahaan mitra dan mengubah ancaman menjadi peluang.

Darma Manufacture merupakan perusahaan yang dirintis oleh sang kakek, yaitu ayah dari Pak Kusuma Darmawijaya yang merupakan ayah Bella. Di zaman kejayaannya saat masih dikelola oleh sang kakek, Darma Manufacture merupakan perusahaan yang disegani, namun saat kakek Bella meninggal dan kepengurusan digantikan oleh ayahnya, perusahaan mengalami penurunan penjualan tidak seperti dulu.

Kini Bella bertekad untuk mengubah nasib, ia percaya diri karena dimanapun ia berpijak Bella memiliki value dan ia yakin untuk bisa survive bagaimanapun situasi dan kondisinya. Bella akan membuktikan pada keluarganya bahwa ia akan lebih bersinar dan mereka akan menyesal karena telah menyia-nyiakan Bella.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi CEO Tiran   43. Rumah Kayu

    Malam hari sebelumnya Sean termenung di dalam kamar tidurnya, setelah menghabiskan makan malam yang tak menyenangkan bersama Viona, ia masih terngiang-ngiang atas ucapan wanita itu.“Sebetulnya, seberapa dalam rahasia yang wanita itu ketahui? Siapa dia?!” rutuk Sean kesal. Ia dihadapkan pada situasi kebingungan, masalah yang bertubi-tubi ditambah pekerjaan yang menumpuk dan project-project dalam waktu dekat membuat kepalanya terasa akan pecah. Di dalam keheningan malam, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Sean terperanjat, dengan cepat ia mencari ponselnya yang ia buang ke sembarang arah di atas kasur tadi. Sean berharap bahwa itu adalah panggilan dari Bella, namun nihil, ternyata itu adalah panggilan telepon dari kakeknya, Thomas.“Sean! Bagaimana persiapan hari jadi perusahaan? Jangan sampai gagal! Karena kakek akan mengundang media-media ternama dan juga para pejabat pemerintahan,” ucap Thomas dari balik telepon.Sean memijat pelipisnya yang nampak pe

  • Menikahi CEO Tiran   42. Memori Masa Kecil

    Tanpa terasa hari pun berlalu, Bella belum memutuskan untuk kembali ke mansion, ia masih bermalam di apartemennya. Disamping itu, ia juga sibuk menyelidiki Viona bersama Ronald setelah selesai bekerja. Mulanya Bella merasa khawatir ia takut Sean akan curiga padanya dan menyusul atau bahkan mengancamnya. Namun setelah Sean mencoba melakukan panggilan padanya kemarin, tak ada lagi kabar darinya. Bahkan Sean tak masuk hari ini, Bella yang masuk kerja seperti biasanya merasa terkejut dengan ketidakhadiran Sean yang sudah tersohor Tiran dalam pekerjaan.Bella beberapa kali memberikan report pekerjaan, mengirim jadwal dan sebagainya kepada email Sean namun suaminya itu tak membalas pesannya sama sekali. “Ada apa dengannya? Dia sungguh aneh sekali. Bahkan dia tidak menanyaiku lagi tentang alasan mengapa aku tidak kembali ke mansion, apakah karena sosok Viona itu?”“Ah sudahlah! Aku harus fokus pada acara besok yaitu perayaan hari jadi Wiratama. Persiapan sudah 90%, tinggal aku memantau ke lo

  • Menikahi CEO Tiran   41. Menguak Fakta

    Ronald membuka buku catatan usang itu, di dalamnya terlihat goresan tinta yang sudah setengah memudar. Ia memicingkan matanya kala mengeja sebuah nama yang sudah ia hafal betul, Mardie Setya. Di pojok kanan bawah terdapat goresan garis yang menampilkan sebuah tanda tangan. “Tunggu, bukankah ini tanda tangan Ayah?! Mengapa?!”Ronald membaca satu demi satu halaman pada buku itu, terlihat lokasi, tanggal dan tahun tertera di ujung kanan atas. Sementara di bawahnya terlihat catatan-catatan kecil mengenai kegiatan yang dilakukan. Mulanya Ronald hanya membacanya sekilas, namun tepat pada halaman ke sepuluh tertulis tanggal 11 Agustus tahun 2008, isi dari catatan itu mulai terasa aneh. Terlihat tulisan tangan yang sedikit berantakan seperti ditulis secara terburu-buru dan juga isi catatan yang memuat kata-kata keji, penuh umpatan dan juga dendam. Mardie menulis bahwa ia merasa sakit hati pada Chandra dan berniat memberi majikannya itu pelajaran. Kemudian satu minggu selanjutnya dalam catata

  • Menikahi CEO Tiran   40. Dibalik Bayangan

    Irwan menengadah, tak terlihat raut cemas dalam wajahnya. “Kau tak tahu apa-apa, bocah! Kau tak akan pernah tahu! Hahaha!”“Kau!” Ronald menendang kursi tersebut, membuat Irwan terjengkang. “Jangan pernah macam-macam dengan Wiratama! Atau kau akan menanggung akibatnya!”“Aku tak peduli! Hahaha!” Irwan membelalakkan matanya, raut wajahnya berubah menakutkan. Urat-urat wajahnya menegang dan tawanya menggelegar ke seluruh penjuru rumah yang kosong tanpa perabotan apapun di dalamnya. “Kau! Mau membunuhku? Aku tak takut! Wiratama? Aku tak takut pada mereka! Aku tak punya apapun yang tersisa! Ambillah! Kau ambil saja nyawaku sekalian!” pekik Irwan.Ronald mengeram, ia mengepalkan tangannya hingga buku kukunya memutih. “Baiklah, jika kau tak mau membuka suara, apa aku harus menaruhkan anak dan istrimu juga?!”“Anak istriku?” ucap Irwan, “Kau sepertinya hanya orang bodoh yang tak tahu apa-apa! Istri dan anakku yang telah meninggalkanku, mereka sudah mati tiga hari yang lalu, bodoh! Hahaha! Ka

  • Menikahi CEO Tiran   39. Mencari Bukti

    Ronald terdiam selama beberapa saat, ia menundukkan kepalanya dan menatap lantai. Jujur saja, ia tak berani memandang wajah Sean yang diselimuti amarah dan kekecewaan yang besar itu. Bagaimana tidak, Sean yang masih memiliki secercah harapan untuk Ronald kini telah sirna.“Apa alasanmu melakukan itu, Ronald?” tukas Sean, “Berani-beraninya kamu mengkhianatiku! Menusukku dari belakang!”“Bukan begitu, Sean! Tolong dengarkan dulu penjelasanku!” ucap Ronald, “sebelumnya maafkan aku yang telah menutupi semuanya darimu, jujur itu memang salahku. Namun, aku tak bermaksud selamanya menutupi fakta ini darimu. Aku hanya melakukan penyelidikan mandiri, aku ingin mengungkap faktanya!”“Fakta? Mungkin maksudmu adalah menutupi semua kesalahan ayahmu, bukan begitu?!” Sean berjalan menuju ke samping jendela, ia menatap kendaraan yang sedang berlalu lalang di jalanan yang ramai.Sementara di sisi lain Ronald tak menjawab, karena apa yang dikatakan Sean betul, bahwa Ronald menutupi fakta bahwa ayahnya

  • Menikahi CEO Tiran   38. Ditusuk dari Belakang

    Detik demi detik terlewati, tanpa sadar sudah beberapa belas menit sosok dua anak manusia yang masih saling menutup mulutnya rapat-rapat saling memandang. Namun ada yang berbeda dari tatapan tersebut, si Pria menatap wanita dihadapannya dengan tatapan benci sementara si Wanita justru menatap si Pria dengan menggoda.Viona mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, menatap lekat-lekat ruangan besar yang hanya diisi satu orang saja. Kemudian ia kembali menatap Sean, tiba-tiba pikiran liarnya bergejolak. “Bagaimana ya rasanya jika aku bisa memiliki Sean seutuhnya? Wajahnya … tubuhnya … kekayaannya! Ah, membayangkannya saja sungguh menyenangkan!” ucap Viona dengan lantang. “Lihatlah! Putra mahkota Wiratama yang disegani semua orang! Aku dapat melihat celahnya, sesungguhnya ia hanyalah bocah kecil yang penuh luka dan kesepian. Uh malangnya!” Viona duduk di sofa di dalam ruangan Sean, sementara pria itu berdiri di dekat jendela, masih menatap Viona dengan tajam seolah macan yang akan menerka

  • Menikahi CEO Tiran   37. Rasa yang Tak Terungkap

    Beberapa saat lalu, ketika Bella sedang fokus memperbaiki pekerjaanya. Dari arah berlawanan terlihat Tristan yang sedang menuju ke arahnya. Mulanya, Tristan berencana untuk mencari Ronald, namun ternyata malah Bella yang dijumpainya.Tristan berjalan perlahan, namun Bella yang sedang fokus tak mengindahkan satu-satunya sosok yang berada didepannya walau agak jauh saat ini. Bahkan mungkin jika ada pencuri pun Bella tak menyadarinya karena sedang fokus mengejar deadline.“Bulan madu? Berlibur? Apa itu? Hanya omong kosong! Buktinya saat ini aku sudah kembali bekerja rodi!” rutuk Bella, yang samar-samar terdengar oleh Tristan dari kejauhan.“Ya, walaupun gajinya besar. Namun rasanya badanku seperti remuk! Ditambah aku tak bisa tidur karena kamarku direbut oleh wanita sialan itu! Bisa-bisanya dalam dua hari ini pekerjaannya hanya makan dan tidur saja. Bahkan aku yang istrinya pun bekerja dengan keras seperti ini! Sebenarnya apa sih hubungan mereka berdua?!” Bella tak sadar saat ini Trista

  • Menikahi CEO Tiran   36. Project Wiratama Otomotif

    Hari ini merupakan hari pertama pertemuan global untuk project Wiratama Otomotif. Mereka akan membahas mengenai project yang akan berlangsung sebentar lagi. Saat ini persiapan sudah nyaris rampung, Sean sengaja mengumpulkan mereka untuk memastikan kesiapan di berbagai lini.Dalam meeting kali ini banyak petinggi yang datang, termasuk Thomas, Ardie dan juga Arsen. Mereka telah memulai meeting sejak pukul delapan pagi. Bella tak kalah sibuknya, karena ini merupakan project pertamanya, khususnya dia melibatkan perusahaan milik ayahnya dan tentunya ia bertanggung jawab atas kelancaran project ini.Mereka akan meluncurkan mobil listrik agar masyarakat dapat memilih kendaraan ramah lingkungan. Walau masih belum menjamur di pasaran, mereka yakin akan mampu menjualnya dengan baik. Bella telah mengatur strategi untuk pemasaran, disesuaikan dengan campaign ramah lingkungan, ia menyasar para influencer yang aware dengan hal-hal tersebut. Juga fitur-fitur yang menarik dari mobil ini tentunya mena

  • Menikahi CEO Tiran   35. Pandora

    Sean dan Bella berjalan dengan tergesa menuju ke arah pintu depan, terlihat disana Viona membawa satu koper yang disimpan disisinya. Pakaiannya tampak lusuh namun cukup terbuka, membuat yang melihatnya nampak tak nyaman.“Ada apa kau kemari?” tanya Sean. “Cepat pergi dari sini! Penjaga! Bawa dia keluar!”Kedua penjaga yang berada di sisi pintu pun memegang lengan Viona, mereka menarik lengan wanita itu agar segera meninggalkan mansion secepatnya.“Lepaskan!” Viona melepaskan pegangan tangan kedua penjaga, ia berjalan mendekat ke arah Sean, “Kau yakin akan mengusirku? Bagaimana jika aku tahu mengenai kebenaran kecelakaan belasan tahun lalu?”“Sial!” sentak Sean, ia menyeret lengan Viona untuk masuk ke dalam mansion meninggalkan Bella yang masih mematung memandang kejadian dihadapannya barusan. “Jaga ucapanmu!”“Aku tak berjanji! Asal kau menuruti semua keinginanku, maka aku akan memberitahu segalanya padamu dan menjaga semua rahasia yang ada!” Viona melepaskan cengkraman tangan Sean, k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status