Beranda / Romansa / Menikahi Calon Mertua / 6. Memeluk Serkan Lagi dan Lagi

Share

6. Memeluk Serkan Lagi dan Lagi

Penulis: Vhiaraya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-14 11:37:47

"Terimakasih, Mas," ujar Guzel setelah berada di depan rumahnya.

"Tunggu!" cegah Serkan ketika sang istri hendak turun.

"Ada apa?" tanya Guzel sambil mengerutkan keningnya.

Setengah perjalanan, mereka hanya diam. Tidak ada gerak-gerik mencurigakan dari keduanya. Namun tiba-tiba, Serkan menghentikan Guzel Ketika bersiap untuk turun. Apa ia perlu membayar jasa antar?

"Apa perlu aku temani?" Serkan terlihat salah tingkah. "Maksud aku, apa kau tidak memintaku untuk mampir sebentar?"

Semalam, ia meminta sekretarisnya untuk mencari informasi pribadi Guzel. Namun sampai keesokan harinya, ia belum juga mendapatkan informasi apa pun. Berhubung ia sangat penasaran dengan sosok Dilara. Jadi, ia berencana untuk mampir sebentar. Hal itu ia lakukan karena ingin tahu seperti apa sosok gadis itu, sampai-sampai pergi meninggalkannya di tengah pelaminan.

"Sebenarnya aku ingin, tapi kau ada rapat penting sebentar lagi," balas Guzel ragu.

"Tidak masalah. Aku bisa menundanya sekitar tiga puluh menit. Itu, sih, kalau kau mengizinkanku masuk," kata Serkan dengan bola mata yang bergerak ke sana kemari.

Sebenarnya, ia tidak ingin bersikap seperti itu. Bahkan ia merasa bahwa saat ini bukan dirinya sendiri. Apalagi sejak pertama kali bertemu Guzel sikapnya sudah sangat-sangat dingin.

"Baiklah, ayo masuk," balas Guzel mengangguk.

Mereka berdua lekas turun. Guzel berjalan di depan dan Serkan mengikutinya dari belakang. Pria itu mengedar pandangan meneliti area sekitar. Di sana, ia melihat pohon mangga dengan buah dan daun yang sangat lebat. Kemudian, melihat deretan pot bunga berbagai jenis dan warna.

"Silahkan masuk, Mas!" seru Guzel setelah membuka pintu. "Duduk dulu ya, Mas, aku mau panggil Lara sebentar."

"Mmm," sahut Serkan.

Sementara Guzel masuk ke dalam menuju kamar, Serkan menatap dinding ruang tamu. Di sana, terlihat beberapa bingkai foto keluarga.

"Ini pasti Guzel dan mendiang suaminya. Kalau ini pasti Lara," bisiknya dalam hati.

"Lara?!" panggil Guzel sedikit menaikkan suaranya.

Sontak, Serkan menoleh dan menatap pintu kamar di mana Guzel pergi. Tidak lama kemudian, ia melihat sosok istrinya keluar dari sana dengan raut bingung.

"Ada apa?" tanya Serkan penasaran.

Tanpa menjawab, Guzel pergi ke kamar sebelah dan memeriksanya. Lalu, ia berjalan ke arah dapur dan kamar mandi. Namun sayangnya, Dilara tetap tidak ada di sana.

"Sebenarnya apa yang kau cari?" tanya Serkan penasaran. Ia menyentuh bahu Guzel dan sedikit mengguncangnya.

"Lara, Mas. Lara tidak ada di rumah dan sepertinya dia belum pulang sejak kemarin," sahut Guzel kebingungan.

Manik mata Guzel sudah berkaca-kaca dan hampir tumpah. Tatapan matanya tidak fokus memikirkan kemungkinan keberadaan putrinya.

"Kau tenang dulu, yah. Tarik nafas, hembuskan. Lakukan sampai tiga kali agar kau merasa lebih tenang." Guzel terlihat melakukan apa yang Serkan perintahkan, "Sudah? Kalau begitu, kita duduk dulu," imbuhnya sambil membantu istrinya duduk di sofa.

Sepasang pengantin baru itu duduk di sofa. Memang Guzel sedikit lebih tenang, tetapi tidak menyurutkan rasa khawatirnya.

"Bagaimana ini, Mas? Lara, anakku satu-satunya menghilang." Air mata Guzel tumpah tak tertahankan.

"Tenang dulu. Coba kau ingat-ingat. Apa kau memiliki kerabat di dalam atau luar kota?" Serkan berusaha selembut mungkin agar Guzel tidak semakin panik.

"Sejak kecil aku yatim piatu, Mas," sahut Guzel sambil menatap suaminya.

Guzel wanita yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Jadi, ia tidak memiliki keluarga yang bisa Dilara kunjungi.

Entah mengapa, tatapan mata Guzel terlihat sangat menyedihkan. Serkan yang melihatnya pun menjadi iba. Namun, ia hanya merasa kasihan saja dan tidak lebih dari itu.

"Tidak apa-apa. Mendiang mantan suamimu, bagaimana? Dia punya keluarga, 'kan?"

Serkan pikir, Guzel memang yatim piatu. Namun, bukan berarti keluarga mantan mendiang suaminya juga tidak memiliki keluarga.

"Atau kalau tidak, coba tanya teman sekolahnya," imbuh pria dengan rahang tegas itu.

Yah. Tidak mungkin Dilara berani kabur tanpa ada tempat tujuan. Jika bukan di tempat teman sekolahnya, mungkin ada di tempat kakek neneknya.

"Terimakasih, Mas, terimakasih," ujar Guzel tersenyum bahagia. Andai tidak ada Serkan di sana, mungkin ia tidak akan menemukan solusi itu.

Ibu satu anak sekaligus pengantin baru itu langsung memeluk suaminya. Ia merasa sangat bersyukur dengan keberadaan pria itu di sisinya.

Sementara Serkan, pria itu hanya terdiam. Manik mata dan mulutnya terbuka lebar dengan tubuh yang menegang. Ia kebingungan dengan apa yang harus dilakukan.

"I-iya," balas Serkan kaku. Tangannya tetap berada di tempat dengan posisi terkepal.

Sekitar satu sampai dua menit, Guzel menjauhkan tubuhnya. "Aku coba hubungi Lara lagi dulu," katanya sambil menghapus air mata di wajahnya.

Sejak kemarin, Dilara sulit sekali dihubungi. Tadi pagi, Guzel sibuk di dapur dan belum sempat menghubungi putrinya lagi. Barangkali saja, saat ini nomor putri semata wayangnya sudah aktif.

"Mmm," balas Serkan singkat.

Guzel langsung meraih tasnya di meja. Membuka resleting dan melihat ponselnya menyala tanda pesan masuk. Di sana, tertulis nama putrinya yang mengirim pesan.

"Lara mengirim pesan, Mas," kata Guzel sambil menunjukkan ponselnya.

"Coba buka," balas Serkan memerintah.

"Iya, Mas." Guzel mengangguk dan lekas membuka pesan.

Wanita itu terlihat sangat fokus. Membaca kata demi kata dengan seksama. Serkan sampai mengerutkan keningnya penasaran dan sedikit mengintip.

"Mas?" panggil Guzel mengangkat kepalanya.

"Mmm, bagaimana?" Serkan menjauhkan kepalanya secara tiba-tiba karena terkejut.

"Sekarang Lara sedang ada di luar kota, di rumah eyangnya." Guzel terlihat sangat bersemangat telah menemukan keberadaan putrinya, "Tapi dia belum mau pulang," imbuhnya berubah lesu.

Dilara mengatakan bahwa dirinya tengah berada di kota Teratai di tempat kakek neneknya tinggal. Namun, ia tidak ingin bertemu ibunya untuk sementara waktu. Mungkin, ia takut akan dipaksa dinikahkan dengan Serkan tanpa tahu kalau kini sang ibu yang menggantikan posisinya.

"Tidak apa-apa. Yang penting kau sudah tahu keberadaan Lara. Jadi, kau tidak akan khawatir lagi. Nanti kalau dia sudah merasa lebih tenang, pasti dia akan kembali," ujar Serkan menenangkan.

"Iya, kau benar." Guzel menatap Serkan penuh syukur. Kemudian, ia kembali memeluk suaminya lebih erat dari sebelumnya. "Sekali lagi, terimakasih. Aku tidak tahu akan jadi seperti apa jadinya kalau kau tidak ada di sini."

Entah apa yang membuat Guzel memeluk Serkan lagi dan lagi. Bahkan Serkan sendiri sampai kebingungan harus bagaimana membalas perlakuannya. Lihat saja! Tubuh pria itu kembali menegang. Tangannya pun terkepal kuat seolah enggan memberikan sentuhan di punggung Guzel.

"Katanya tidak cinta, tapi sejak tadi memelukku terus," keluh Serkan dalam hati.

Seandainya ia tidak suka dipeluk, lalu kenapa tidak menjauhkan Guzel darinya dan justru hanya diam? Sepertinya pikiran berkata tidak suka, tapi hati menyukainya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Calon Mertua    94. S2 - Tumbuh Janin di Rahim Dilara

    Dilara seolah menerima perlakuan Gregory, padahal ia berusaha menahan. Awalnya ia ingin mendorong tubuh pria itu menjauh, tetapi takut tekanan yang dibuat akan membuat ayah kedua anaknya kesakitan.Meskipun demikian, lama-kelamaan ia mulai terlena. Tanpa sadar meresapi dan membuka mulutnya secara perlahan memberi akses Gregory untuk menjelajahi setiap rongga mulutnya.Ketika napas keduanya memburu, keringat gairah menyelimuti, Gregory menjauhkan kepalanya. Bola mata berkabutnya menatap netra cantik Dilara yang sama berkabutnya dengannya."Bisakah kita melakukannya?" tanya Gregory dengan suara serak."Hah? Apa?" Dilara tersentak kaget mendengar pertanyaan Gregory. Ia sampai melangkah mundur dengan tidak seimbang."Tidak, tidak ada." Gregory menggeleng sambil tersenyum.Bisa lebih banyak interaksi dan sampai berciuman saja sudah membuat Gregory sangat bahagia. Jadi meski ingin, ia tidak boleh terlalu terburu-buru. Sedikit menahannya tidaklah sulit, sementara selama ini ia bisa menunggu

  • Menikahi Calon Mertua    93. S2 - Aku Mencintaimu

    "Pagi, Sayang," sapa Gregory dengan suara renyah.Semalam setelah mengetahui Satya mengatakan tentang kondisinya pada Dilara, Gregory tidak bisa tenang. Sekedar untuk menutup mata dan tidur saja kesulitan. Pikirannya kacau takut membuat anak-anaknya khawatir. Jadi tepat pukul tiga pagi, ia meminta Satya agar mengantarnya pulang. Kini, di sanalah pria dua anak itu berada. Berdiri di depan pintu ruang meja makan menatap tiga orang tercintanya.Sontak, semua orang yang ada di meja makan menoleh ke asal suara. Manik mata si kembar terlihat berbinar-binar. Mereka beranjak berdiri dan mendorong kursi ke belakang."Daddy!" teriak si kembar bersamaan sambil berlari mendekat.Melihat betapa antusias kedua putranya, muncul guratan khawatir di wajah Dilara. Ia ingat betul luka yang Gregory alami ada di dada kiri. Kemudian, lekas beranjak mengejar Shine dan Shane berusaha melindungi Gregory dengan cara berdiri membentangkan kedua tangan tepat di depan tubuh pria itu."Mommy, Shine mau peluk Daddy

  • Menikahi Calon Mertua    92. S2 - Koma

    Satu minggu kemudian.Waktu menunjukkan pukul delapan malam dan saat ini si kembar sedang berbaring mengapit ibunya di kamar tamu, tempat Dilara menghabiskan malam selama tinggal di rumah Gregory."Mommy, Shine rindu Daddy," rengek Shine."Shane juga, Mommy," kata Shane menimpali."Iya, Sayang, mommy tahu." Dilara menatap kedua putranya sendu secara bergantian.Ia tahu betul bagaimana perasaan Shine dan Shane. Setiap saat mereka akan mempertanyakan perihal ayahnya. Tidak berhenti menatap ponsel dengan gelisah hanya menunggu ayah mereka menelepon atau melakukan panggilan video. Tidak fokus dalam bermain dan terlihat lesu. Tidak nafsu makan, bahkan lebih sering melamun."Bukankah sudah waktunya Daddy pulang? Tapi kenapa sudah semalam ini belum juga sampai?" Shine mengangkat kepala menatap sang ibu.Sejak pertama kali Gregory pergi, pria mungil itu sibuk menghitung hari. Rasanya tidak sabar ingin berkumpul bersama sang ayah dan bermanja-manja."Iya, benar. Seharusnya Daddy pulang sejak p

  • Menikahi Calon Mertua    91. S2 - Dasar Om Greg Mesum!

    "Menjauh, menjauh dariku!" Dilara menggerak-gerakkan kepalanya tidak sudi."Diam atau kau akan menyesal, Lara!" ancam Gregory.Sontak, Dilara langsung terdiam. Sementara itu, Gregory merapikan rambutnya yang berantakan. Pada kesempatan ini, Dilara menyentuh dada bidang Gregory dan mendorongnya. Tidak bisa dibayangkan kalau sampai pria itu berbuat nekat. Bahkan ia sendiri tidak berani membayangkannya."Aku memang bilang begitu, tapi kau tidak mau menurut. Jadi, jangan salahkan aku." Gregory mendekatkan wajahnya setelah tersenyum menyeringai. Ia tidak bisa menahan lagi untuk tidak mengecup bibir merah Dilara."Oke-oke, aku mengaku salah. Sekarang berbaringlah dan aku akan menemanimu tidur dengan tenang," ujar Dilara menyerah.Selain mengalah, tidak ada yang bisa Dilara lakukan. Posisinya tidak ada yang menguntungkan dan justru ia akan menyesal jika salah bertindak."Tidak. Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja," tolak Gregory tanpa bergerak sedikit pun."Astaga, Om Greg. Berbaringlah

  • Menikahi Calon Mertua    90. S2 - Mengungkung Tubuhnya dan Mengunci Kedua Tangannya

    "Lepas, turunkan aku! Turunkan aku, Om Greg!" teriak Dilara histeris. Tangannya bergerak memukuli Gregory dan kakinya diayun kuat-kuat.Tanpa menghiraukan pergerakan Dilara, Gregory masuk ke dalam kamar mandi. Meletakkan wanita itu di wastafel dan tersenyum lembut."Sebentar ya, mommy-nya anak-anak. Daddy-nya anak-anak akan menyiapkan air hangat agar kau bisa berendam dengan nyaman."Dengan napas yang memburu, Dilara merapikan pakaian dan rambutnya yang berantakan. Mengingat pikiran kotornya membuat pipinya memerah. Padahal Gregory tidak melakukan apa pun selain membawanya ke kamar mandi."Tidak perlu. Aku tidak ingin berendam. Lebih baik kau keluar sekarang," sanggah Dilara ketus."Ya sudah, terserah kau saja. Kalau begitu, aku keluar dulu," pamit Gregory.Pria itu langsung keluar dengan jantung yang berdegup kencang. Ingin sekali melakukan hal liar dengan Dilara di kamar mandi, tetapi belum berani. Jadi, ia hanya bisa membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil membayangkan ma

  • Menikahi Calon Mertua    89. S2 - Mimpi Indah di Pelukanku

    "Apa yang kau lakukan, Om Greg?! bentak Dilara panik. Ia bergegas duduk dan menjauh sedangkan Gregory tetap berbaring.Raut wajahnya menunjukkan rasa takut yang teramat. Bagaimana tidak? Pria itu memintanya untuk menemani tidur. Pria dan wanita dewasa di dalam kamar di malam hari, kalau bukan untuk melakukan hal itu lalu apa lagi?"Astaga, Lara! Sikapmu ini seolah aku memintamu untuk melayaniku," ujar Gregory menggeleng tidak habis pikir."Lalu, apa lagi? Bukankah itu yang ada di isi kepalamu?" tanya Dilara nyalang."Astaga." Gregory mendesah keras sambil mencengkeram rambutnya frustasi.Kalau boleh, memang ia ingin melakukannya. Namun, tidak sekarang melainkan nanti setelah Dilara benar-benar mau menerima dan menikah dengannya."Kemarilah!" Gregory menepuk-nepuk kasur sebelahnya."Tidak!" tolak Dilara tegas. Duduk bersandar kepala ranjang sambil memeluk lututnya."Mau ke mari atau aku paksa?" ancam Gregory.Dilara menggeleng cepat. Napasnya bergerak cepat dengan tubuh bergetar yang s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status