Home / Romansa / Menikahi Musuh Bebuyutan / BAB 3 - Musuh yang Tak Terlupakan

Share

BAB 3 - Musuh yang Tak Terlupakan

Author: Capoeng Biru
last update Last Updated: 2025-06-18 09:10:58

Sekolah Saint Regalia Academy, belasan tahun lalu.

Suara lonceng berbunyi nyaring, menggema di antara tembok bata merah berusia ratusan tahun. Di balik jendela kaca patri, aula utama dipenuhi remaja berseragam formal dengan lambang singa bersayap keemasan di dada. Mereka tampak tak ubahnya pewaris masa depan kerajaan bisnis dunia: rapi, elegan, penuh rasa percaya diri.

Di antara mereka, dua anak berdiri berseberangan seperti dua medan magnet yang saling tolak. Jocelyn Hartfeld, dengan rambut merah tembaga yang berkilau terkena cahaya matahari disanggul setengah dan mata sekeras batu giok, menatap dingin ke arah Sebastian Grey—bocah laki-laki jangkung dengan jas seragam yang dipakai seolah tak peduli pada aturan, dasi miring, dan senyum miring lebih parah lagi.

“Langsung ke intinya, Sebastian. Kau menuduhku curang di debat ekonomi minggu lalu?” tanya Jocelyn tajam, suaranya seperti bilah belati yang baru saja diasah.

Sebastian menyilangkan tangan. “Bukan menuduh. Menyimpulkan lebih tepatnya. Fakta sudah jelas—kau menyogok juri lewat ayahmu.”

Sorakan tertahan terdengar di antara siswa yang menyaksikan dari kejauhan. Jocelyn melangkah maju, mendekat.

“Ayahku tidak ikut campur urusan bocah-bocah seperti kita,” sahutnya. “Kalau kau kalah, itu karena kau terlalu sibuk mengagumi suara sendiri.”

Sebastian tersenyum, senyum yang sangat menyebalkan. “Kau selalu bicara seperti dunia milikmu. Mungkin karena kau terlalu buta untuk melihat betapa congkaknya dirimu!”

“Aku bicara karena aku punya otak. Coba kau pakai milikmu sekali-kali.”

Mata mereka saling terkunci. Tak satu pun yang mau mengalah.

Keduanya tak tahu saat itu, bahwa pertengkaran-pertengkaran kecil itu akan menjadi fondasi dari sesuatu yang jauh lebih besar. Permusuhan mereka tidak pernah selesai. Hanya mengendap... menunggu waktu yang tepat untuk meledak lagi.

Dan saat itu kini datang.

Ruang pertemuan pribadi di lantai 29B Hotel Regent dipenuhi cahaya senja yang masuk dari dinding kaca. Udara tegang. Di satu sisi meja panjang dari marmer Italia berdiri Jocelyn Hartfeld—dewasa, memesona, namun masih memiliki sorot mata dingin yang sama seperti gadis kecil yang dulu membalas semua hinaan dengan ketenangan menusuk.

Di sisi lain berdiri Sebastian Grey. Jas hitam sempurna, dasi perak, dan pandangan yang membuat suhu ruangan turun lima derajat. Dia datang terlambat sepuluh menit tanpa permintaan maaf, menyimpan ponsel di sakunya seperti pertemuan ini tak lebih penting dari jadwal makan siangnya.

“Sudah lama,” ucap Sebastian, akhirnya bersuara.

“Sayangnya, ya,” jawab Jocelyn tanpa senyum.

Mereka duduk berseberangan, seperti dua raja yang hendak memulai perang.

Joseph Hartfeld tidak hadir. Ia memilih melempar bom—proposal merger melalui pernikahan—dan membiarkan putrinya maju ke medan pertempuran dan menghadapi reruntuhan seorang diri.

Sebastian membuka berkas di depannya dengan santai. “Aku tidak percaya ini nyata. Menikah... dengan kamu.”

Jocelyn mengangkat alis. “Jangan khawatir. Aku pun merasa seperti sedang dijatuhi hukuman penjara.”

Sebastian menjawab dengan tawa pendek. “Kau masih arogan seperti dulu.”

“Dan kau masih menyebalkan seperti dulu,” balas Jocelyn. “Kita bisa menyudahi ini. Aku tidak tertarik menikah dengan seseorang yang pikirannya lebih sempit dari dasinya.”

Sebastian bersandar di kursinya, menatapnya. “Tapi kau tetap datang ke sini.”

“Ayahku memberiku pilihan yang jelas: menikah atau kehilangan semua yang sudah aku bangun,” kata Jocelyn dengan suara menahan emosi. “Dan kalau aku menikah denganmu, maka aku yakin kamu juga punya agenda tersendiri. Jangan pura-pura tak tertarik.”

Sebastian menyipitkan mata. “Apa yang kamu pikir aku inginkan?”

“Kontrol saham Hart Group, tentu saja. Kesempatan untuk menelan kami bulat-bulat, sah di mata hukum,” katanya. “Dan ayahku cukup putus asa untuk akhirnya membiarkan itu terjadi.”

Sebastian tertawa, kali ini lebih tulus. “Kau pikir aku perlu menikah denganmu untuk menaklukkan perusahaan keluargamu? Aku bisa melakukannya dalam waktu dua tahun dengan akuisisi bertahap dan perang harga yang tepat.”

Jocelyn menegakkan tubuh. “Lalu kenapa datang ke sini? Hanya ingin menghinaku langsung?”

“Tidak,” katanya sambil menutup map berkas. “Aku datang karena aku penasaran. Apa yang membuat Jocelyn Hartfeld—sosialita arogan yang selalu merasa lebih cerdas dari siapa pun—mau menelan harga dirinya dan menikah dengan musuhnya?”

Untuk sepersekian detik, Jocelyn tidak menjawab.

“Aku tidak menikah karena aku kalah. Aku menikah karena aku tidak lari dari tanggung jawab sebagai pewaris.”

Sebastian menatapnya. “Itu jawaban yang bagus.”

Keheningan jatuh. Di luar jendela, matahari nyaris tenggelam.

“Kalau kita menerima ini...” kata Sebastian akhirnya, “...ada syaratnya.”

Jocelyn mengangkat dagu. “Aku tidak akan tunduk padamu, kalau itu maksudmu.”

“Satu: tidak ada hubungan fisik. Dua: kita tetap menjalankan bisnis masing-masing. Tiga: pernikahan ini berlangsung dua tahun, cukup untuk memulihkan kepercayaan pasar, lalu kita bercerai secara bersih.”

“Dan setelah itu?”

“Kita jadi legenda bisnis,” jawab Sebastian. “Atau bencana. Tergantung siapa yang lebih pintar memainkan kartu. Pilihan itu sepenuhnya ada ditanganmu, Nona Hartfelt."

Mata Jocelyn menyala. “Apa ini sebuah tantangan?”

“Jika kau ingin menganggapnya sebagai tantangan, maka tentu saja ini tantangan. Tetapi kita harus saling mengawasi,” jawabnya. “Dan kali ini, kita harus berpura-pura saling mencintai.”

“Lucu. Kau lupa satu hal.”

“Apa?” tanya Sebastian.

“Aku tidak pandai berpura-pura,” tukas Jocelyn sambil berdiri. “Dan aku tidak mudah jatuh cinta.”

Sebastian menyeringai kecil. “Bagus. Aku juga tidak percaya cinta.”

Pertemuan selesai. Namun perang baru saja dimulai.

Saat keluar dari ruangan itu, Jocelyn menyadari sesuatu.

Sebastian Grey bukan lagi anak laki-laki yang suka menghina skripsi orang demi naik panggung. Dia adalah pria berbahaya, yang mampu menghidupkan atau mematikan masa depan Hart Group dengan satu keputusan.

Dan lelaki itu akan menjadi suaminya.

Setidaknya... di atas kertas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Musuh Bebuyutan   Bab 24 – Lukas dan Kesetiaan

    Lukas Crawford tak pernah membayangkan bahwa cinta bisa terasa seperti pengkhianatan. Sejak pertemuannya dengan Prof. Malik Al-Ghazi beberapa hari lalu, saat kebenaran tentang pertukaran jiwa Sebastian dan Jocelyn terkuak, segala sesuatunya terasa seperti teka-teki yang telah lama ia curigai, tapi tak berani ia susun.Dan sekarang, semuanya sudah jelas. Tapi justru karena itu, semuanya menjadi jauh lebih rumit.Ia berdiri di depan cermin kecil ruangannya, menatap wajahnya sendiri, seperti ingin menanyai refleksi itu: Apa kau benar-benar jatuh cinta pada wanita yang kini tidak lagi berada dalam tubuhnya sendiri?Lukas menyusuri lorong Hartfeld Tower dengan langkah pelan. Di tangannya ada dua folder: laporan operasional dan masalah yang jauh lebih berat, hatinya yang belum selesai bicara.Di ruang CEO, Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, sedang mengetik dengan cepat. Meski mengenakan blazer hitam, ada kesan maskulin dalam sorot matanya yang tak bisa disembun

  • Menikahi Musuh Bebuyutan   Bab 23 – Evelyn dan Luna

    Apartemen Evelyn Grey selalu diselimuti aroma mawar kering dan teh hijau basi, seperti waktu yang mandek, berhenti di masa lalu yang enggan dilepaskan.Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, berdiri di depan pintu putih gading itu dengan napas yang tak stabil. Ia menatap bel pintu selama beberapa detik, seolah berharap waktu bisa dibekukan. Tapi tidak. Kali ini, ia tak bisa lari.Dengan jari gemetar, ia menekan bel. Suara lembut berbunyi di dalam. Lalu derit pintu terbuka. Seorang perawat muda membukakan pintu. Ia mengenalinya—perawat privat yang disewa Grey International untuk menjaga Evelyn selama krisis mentalnya. “Oh, Nona Jocelyn,” sapa perawat itu dengan sopan. “Ibu Evelyn sedang agak… tertekan hari ini. Tapi dia ingin ditemui.”Sebastian hanya mengangguk. Langkahnya terasa seperti berjalan di atas batu nisan kenangan.Di dalam, Evelyn duduk di kursi goyang antik. Rambut peraknya digelung setengah rapi, dan matanya menatap koson

  • Menikahi Musuh Bebuyutan   Bab 22 – Amber Bermain Api

    Di dunia korporat, tidak ada yang benar-benar teman. Dan Amber Wu tahu itu lebih awal daripada siapa pun.Pagi itu, kantor pusat Grey International dipenuhi dengan ketegangan yang tak terlihat namun nyata. Para karyawan berlalu-lalang dengan ekspresi serius, dan tatapan penuh penilaian selalu ada di balik layar komputer. Tapi satu hal yang paling menyita perhatian banyak mata pada hari itu adalah: sebongkah senyum di wajah Amber Wu.Ia mengenakan gaun cheongsam berwarna gading dengan bordiran emas pada bagian dada, yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Wajah khas oriental miliknya tampak sangat menawan. Di tangannya ada dua gelas kopi dari kafe premium di lantai bawah. Satu untuk dirinya. Satu lagi untuk "Sebastian."Ia mengetuk pintu ruang CEO.“Masuk,” suara dalam itu berat dan tegas. Tapi bagi Amber, ada nada baru di sana. Lebih... manusiawi? Terlalu sopan untuk Sebastian Grey yang dikenalnya dulu.Ia masuk dengan langkah halus, menye

  • Menikahi Musuh Bebuyutan   Bab 21 – Ketika Luka Mengikat

    Langit Manhattan seperti biasa tampak bagai lukisan abu-abu yang gagal diselesaikan. Hujan rintik turun sejak pagi, membasahi kaca-kaca tinggi kantor Grey International. Di ruang pertemuan privat lantai 42, suasana tak kalah muram dari cuaca.“Ini orangnya?” tanya pria berjanggut dengan sorban lepas yang diikat rapi, mengenakan jas panjang hitam dan kemeja linen kusut.“Ya,” jawab Lukas pelan, mempersilakan Prof. Malik Al-Ghazi masuk ke dalam ruang pertemuan rahasia.“Luar biasa. Getaran ruangannya berat sekali,” ucap Prof. Malik sambil menatap kearah Jocelyn berdiri disamping jendelan dengan pandangan keluar dan Sebastian yang duduk di ujung meja meeting.Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, berdiri dengan kedua tangan disilangkan di dada. “Saya tidak percaya pada spiritualisme. Kami butuh solusi, bukan mantra.” Prof. Malik menoleh. “Dan saya tidak percaya pada CEO yang hidup dalam tubuh bukan miliknya. Tapi nyatanya kita semua di sini.”

  • Menikahi Musuh Bebuyutan   Bab 20 – Rahasia yang Terlontar

    Kebenaran selalu punya cara untuk keluar dari bayang-bayang. Kadang melalui bisikan. Kadang melalui ledakan. Pagi itu, Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, berdiri di lobi utama Hart Group, mengenakan setelan navy yang menjadikannya tampak persis seperti pewaris konglomerat mapan. Tapi hari ini, dia bukan hanya menghadapi rapat dewan. Hari ini, dia menghadapi masa lalu. Malam sebelumnya, Lukas mengirim pesan: “Aku menemukan sesuatu tentang ibumu. Kita perlu bicara. Segera.” Sekarang mereka berada di ruang arsip bawah tanah Hart Group. Ruangan gelap, lembab, dan penuh lemari besi tua. Lukas menarik keluar sebuah folder berlabel merah: “HARTFELD – PRIVATISASI 2003.” Di dalamnya, bukan hanya dokumen bisnis, tapi juga salinan rekaman terapi, dengan kop resmi rumah sakit swasta Swiss. Sebastia — dalam tubuh Jocelyn —mengambil halaman pertama. Tangannya gemetar. “Saya takut pada Joseph,” suara d

  • Menikahi Musuh Bebuyutan   Bab 19 – Di Antara Dua Rahasia

    Dunia bisa berubah dalam semalam. Dan bagi Jocelyn Hartfeld serta Sebastian Grey, dunia mereka kini adalah sebuah panggung sandiwara raksasa—di mana satu kesalahan bisa menghancurkan segalanya. Pagi itu, Jocelyn, masih terjebak dalam tubuh Sebastian, berdiri di depan cermin kamar apartemen hotel mereka. Ia mengenakan setelan abu-abu gelap, dasi hitam, dan rambut disisir rapi ke belakang. Penampilannya sempurna. Tapi yang terpancar dari matanya hanyalah kelelahan dan kegelisahan. “Kau tidak bisa terus begini,” gumamnya kepada bayangan di cermin. Di sisi lain, Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, tengah berjuang mengaitkan kancing gaun blus satin yang terasa terlalu ketat di dada. Gaun itu pilihan Jocelyn pagi tadi untuk menghadiri galeri amal Clarissa Vane. Lengkap dengan heels 9 cm yang membuat lututnya gemetar sejak percobaan ketiga. “Kenapa sih pakaian perempuan harus jadi bentuk penyiksaan terselubung?” gerutunya. Jocelyn muncul dari b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status