Chapter: Bab 24 – Lukas dan KesetiaanLukas Crawford tak pernah membayangkan bahwa cinta bisa terasa seperti pengkhianatan. Sejak pertemuannya dengan Prof. Malik Al-Ghazi beberapa hari lalu, saat kebenaran tentang pertukaran jiwa Sebastian dan Jocelyn terkuak, segala sesuatunya terasa seperti teka-teki yang telah lama ia curigai, tapi tak berani ia susun.Dan sekarang, semuanya sudah jelas. Tapi justru karena itu, semuanya menjadi jauh lebih rumit.Ia berdiri di depan cermin kecil ruangannya, menatap wajahnya sendiri, seperti ingin menanyai refleksi itu: Apa kau benar-benar jatuh cinta pada wanita yang kini tidak lagi berada dalam tubuhnya sendiri?Lukas menyusuri lorong Hartfeld Tower dengan langkah pelan. Di tangannya ada dua folder: laporan operasional dan masalah yang jauh lebih berat, hatinya yang belum selesai bicara.Di ruang CEO, Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, sedang mengetik dengan cepat. Meski mengenakan blazer hitam, ada kesan maskulin dalam sorot matanya yang tak bisa disembun
Terakhir Diperbarui: 2025-06-27
Chapter: Bab 23 – Evelyn dan LunaApartemen Evelyn Grey selalu diselimuti aroma mawar kering dan teh hijau basi, seperti waktu yang mandek, berhenti di masa lalu yang enggan dilepaskan.Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, berdiri di depan pintu putih gading itu dengan napas yang tak stabil. Ia menatap bel pintu selama beberapa detik, seolah berharap waktu bisa dibekukan. Tapi tidak. Kali ini, ia tak bisa lari.Dengan jari gemetar, ia menekan bel. Suara lembut berbunyi di dalam. Lalu derit pintu terbuka. Seorang perawat muda membukakan pintu. Ia mengenalinya—perawat privat yang disewa Grey International untuk menjaga Evelyn selama krisis mentalnya. “Oh, Nona Jocelyn,” sapa perawat itu dengan sopan. “Ibu Evelyn sedang agak… tertekan hari ini. Tapi dia ingin ditemui.”Sebastian hanya mengangguk. Langkahnya terasa seperti berjalan di atas batu nisan kenangan.Di dalam, Evelyn duduk di kursi goyang antik. Rambut peraknya digelung setengah rapi, dan matanya menatap koson
Terakhir Diperbarui: 2025-06-27
Chapter: Bab 22 – Amber Bermain ApiDi dunia korporat, tidak ada yang benar-benar teman. Dan Amber Wu tahu itu lebih awal daripada siapa pun.Pagi itu, kantor pusat Grey International dipenuhi dengan ketegangan yang tak terlihat namun nyata. Para karyawan berlalu-lalang dengan ekspresi serius, dan tatapan penuh penilaian selalu ada di balik layar komputer. Tapi satu hal yang paling menyita perhatian banyak mata pada hari itu adalah: sebongkah senyum di wajah Amber Wu.Ia mengenakan gaun cheongsam berwarna gading dengan bordiran emas pada bagian dada, yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Wajah khas oriental miliknya tampak sangat menawan. Di tangannya ada dua gelas kopi dari kafe premium di lantai bawah. Satu untuk dirinya. Satu lagi untuk "Sebastian."Ia mengetuk pintu ruang CEO.“Masuk,” suara dalam itu berat dan tegas. Tapi bagi Amber, ada nada baru di sana. Lebih... manusiawi? Terlalu sopan untuk Sebastian Grey yang dikenalnya dulu.Ia masuk dengan langkah halus, menye
Terakhir Diperbarui: 2025-06-26
Chapter: Bab 21 – Ketika Luka MengikatLangit Manhattan seperti biasa tampak bagai lukisan abu-abu yang gagal diselesaikan. Hujan rintik turun sejak pagi, membasahi kaca-kaca tinggi kantor Grey International. Di ruang pertemuan privat lantai 42, suasana tak kalah muram dari cuaca.“Ini orangnya?” tanya pria berjanggut dengan sorban lepas yang diikat rapi, mengenakan jas panjang hitam dan kemeja linen kusut.“Ya,” jawab Lukas pelan, mempersilakan Prof. Malik Al-Ghazi masuk ke dalam ruang pertemuan rahasia.“Luar biasa. Getaran ruangannya berat sekali,” ucap Prof. Malik sambil menatap kearah Jocelyn berdiri disamping jendelan dengan pandangan keluar dan Sebastian yang duduk di ujung meja meeting.Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, berdiri dengan kedua tangan disilangkan di dada. “Saya tidak percaya pada spiritualisme. Kami butuh solusi, bukan mantra.” Prof. Malik menoleh. “Dan saya tidak percaya pada CEO yang hidup dalam tubuh bukan miliknya. Tapi nyatanya kita semua di sini.”
Terakhir Diperbarui: 2025-06-26
Chapter: Bab 20 – Rahasia yang TerlontarKebenaran selalu punya cara untuk keluar dari bayang-bayang. Kadang melalui bisikan. Kadang melalui ledakan. Pagi itu, Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, berdiri di lobi utama Hart Group, mengenakan setelan navy yang menjadikannya tampak persis seperti pewaris konglomerat mapan. Tapi hari ini, dia bukan hanya menghadapi rapat dewan. Hari ini, dia menghadapi masa lalu. Malam sebelumnya, Lukas mengirim pesan: “Aku menemukan sesuatu tentang ibumu. Kita perlu bicara. Segera.” Sekarang mereka berada di ruang arsip bawah tanah Hart Group. Ruangan gelap, lembab, dan penuh lemari besi tua. Lukas menarik keluar sebuah folder berlabel merah: “HARTFELD – PRIVATISASI 2003.” Di dalamnya, bukan hanya dokumen bisnis, tapi juga salinan rekaman terapi, dengan kop resmi rumah sakit swasta Swiss. Sebastia — dalam tubuh Jocelyn —mengambil halaman pertama. Tangannya gemetar. “Saya takut pada Joseph,” suara d
Terakhir Diperbarui: 2025-06-25
Chapter: Bab 19 – Di Antara Dua RahasiaDunia bisa berubah dalam semalam. Dan bagi Jocelyn Hartfeld serta Sebastian Grey, dunia mereka kini adalah sebuah panggung sandiwara raksasa—di mana satu kesalahan bisa menghancurkan segalanya. Pagi itu, Jocelyn, masih terjebak dalam tubuh Sebastian, berdiri di depan cermin kamar apartemen hotel mereka. Ia mengenakan setelan abu-abu gelap, dasi hitam, dan rambut disisir rapi ke belakang. Penampilannya sempurna. Tapi yang terpancar dari matanya hanyalah kelelahan dan kegelisahan. “Kau tidak bisa terus begini,” gumamnya kepada bayangan di cermin. Di sisi lain, Sebastian, dalam tubuh Jocelyn, tengah berjuang mengaitkan kancing gaun blus satin yang terasa terlalu ketat di dada. Gaun itu pilihan Jocelyn pagi tadi untuk menghadiri galeri amal Clarissa Vane. Lengkap dengan heels 9 cm yang membuat lututnya gemetar sejak percobaan ketiga. “Kenapa sih pakaian perempuan harus jadi bentuk penyiksaan terselubung?” gerutunya. Jocelyn muncul dari b
Terakhir Diperbarui: 2025-06-25

Bangkitnya Sang Kaisar Wanita
Tragedi terbesar mengguncang Kerajaan Yamashiro. Dalam satu malam berdarah, seluruh keluarga kerajaan terbunuh. Hanya satu yang selamat—Putri Hana, pewaris tahta yang telah melepaskan gelarnya demi menikah dengan Dr. Akira Takumi, seorang ilmuwan sederhana.
Hana, yang hangat dan ceria, dipaksa kembali ke istana yang dulu ia tinggalkan. Namun istana itu bukan lagi rumah, melainkan sarang intrik, pengkhianatan, dan perebutan kekuasaan. Di tengah sorotan politik dan media, Hana harus membuktikan dirinya bukan sekadar simbol, melainkan pemimpin sejati.
Sementara itu, Akira berjuang menyesuaikan diri dengan dunia penuh protokol dan tipu daya. Penelitiannya tentang obat kanker justru menyeretnya ke konspirasi besar yang berhubungan dengan tragedi keluarga kerajaan.
Keteguhan cinta mereka diuji ketika Lord Ryuji Asakura, mantan tunangan bangsawan, kembali muncul—menawarkan kekuatan dan keamanan yang istana butuhkan, sekaligus mengguncang hubungan Hana dan Akira.
Di balik layar, bayangan gelap bergerak. Dalang sesungguhnya mungkin bukan hanya musuh dari dalam negeri, melainkan kekuatan yang jauh lebih besar. Untuk melindungi rakyatnya, Hana harus memilih: tetap menjadi dirinya yang bebas, atau mengorbankan segalanya demi takhta dan kebenaran.
Baca
Chapter: BAB 9Konvoi kendaraan tempur ringan dan pengangkut barang melaju perlahan menembus kabut tipis yang menyelimuti dataran tinggi. Di dalamnya, Lotty Alden—asisten kepercayaan Akira—menyandarkan kepala pada kaca jendela yang bergetar lembut. Rasa lelah akibat perjalanan lintas benua yang berlanjut dengan perjalanan darat yang melelahkan mulai menumpulkan indranya. Ia masih terkantuk-kantuk, sementara di kursi depan, Letnan Takeshi Kido tampak tidak tersentuh oleh kelelahan. Matanya yang tajam tetap waspada, memantau cakrawala. Tiba-tiba, kendaraan berhenti. Bunyi gesekan ban dan suara komando singkat mengusik Lotty dari kantuknya. “Kita sudah tiba,” ujar Takeshi tanpa menoleh. Lotty menggosok matanya dan melongok ke luar. Ia terkesiap. Di hadapannya membentang Gerbang Utama Yamashiro, sebuah struktur kolosal yang tampak mustahil. Gerbang itu sendiri terbuat dari kayu hitam tua, dihiasi dengan ukiran naga dan awan bergaya zaman
Terakhir Diperbarui: 2025-10-14
Chapter: Bab 8Pagi itu di Laboratorium Prof. Akira terasa seperti di medan perang, meski tidak ada sebutir pun peluru ditembakkan. Aroma formalin dan disinfektan bercampur dengan bau debu yang berterbangan dari peti-peti kayu yang menumpuk. Di tengah kekacauan itu, Lotty bergerak cepat namun panik, mencoba mengamankan peralatan riset paling sensitif.“Tolong, Kotak Merah J-12 ini harus dipisahkan! Sensor sensitivitasnya akan hancur hanya karena getaran rem mendadak! Sial, kenapa Jenderal Moriyama harus memilih hari ini?!” Lotty menggerutu, memegang tablet di satu tangan dan menyeka keringat di dahinya dengan lengan baju yang lain. Waktu keberangkatan yang diperintahkan militer tinggal dua jam, dan ia merasa separuh dari kerja keras Prof. Akira akan hancur di tengah jalan.Pintu ganda baja laboratorium terbuka dengan gebrakan, memaksa semua orang di ruangan itu menoleh. Udara dingin disiplin militer langsung menyelimuti ruangan.Di ambang pintu, berdiri tegak Letnan Takeshi, dikelilingi oleh emp
Terakhir Diperbarui: 2025-10-13
Chapter: BAB 7Hana berdiri di depan altar di Shinden (aula suci), cahaya pagi yang pucat menyaring melalui jendela shoji keemasan. Ia mengenakan mofuku hitam yang menyerap semua warna, termasuk warna kehidupan. Tidak ada peti kayu hinoki, tidak ada jenazah utuh. Hanya empat wadah perak kecil yang tersemat di altar: potongan jubah Kaisar, manik-manik doa Permaisuri, jimat kayu Kenji, dan pita rambut sutra Reiko.Di sekelilingnya, para biksu kekaisaran sedang menyelesaikan ritus Reikon Kantei, ritual langka Penegasan Jiwa, mengamankan arwah keluarga yang hilang ke dalam benda pusaka tersebut. Itu adalah pemandangan yang menyayat, upaya putus asa untuk memberikan penutupan spiritual pada kehancuran fisik yang tak terbayangkan.Hana merasakan kuku jarinya menekan telapak tangan. Di depannya, adalah duka suci. Di balik kepalanya, di lorong-lorong Istana, adalah keheningan politik yang berbahaya. Aroma tajam krisan putih yang seharusnya menenangkan justru terasa menyesakkan. Ia adalah seorang
Terakhir Diperbarui: 2025-10-04
Chapter: BAB 6“Tanganmu dingin sekali, Ojo-sama. Apakah kau merasa takut?”Profesor Akira meraih tangan istrinya perlahan, menggenggam dengan lembut seolah memberikan sedikit kehangatan. Mereka berada di dalam kabin jet pribadi militer. Jemari Hana yang ramping terasa membeku di telapak tangannya. Matanya yang biasanya memancarkan kecerahan kini terlihat sedikit berkabut.“Ini aneh sekali, bukan?” balas Hana, suaranya berbisik, hampir tenggelam dalam dengung halus mesin pesawat. “Aku akan pulang ke rumah tempat lahirku, tapi aku merasa bahwa aku akan dihukum mati setiba di sana.”Bahu Hana bergidik perlahan, rasa dingin menjalar ke tengkuknya. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengusir bayangan-bayangan gelap.“Aku mengerti.” Akira menariknya mendekat, memeluk bahunya. “Perasaan itu wajar. Kau kembali sebagai 'Putri terakhir' setelah sekian lama, kembali ke tempat yang menyimpan begitu banyak memori—sekaligus kembali ke dalam sarang masalah. Tapi apa kau lupa?”Akira meraih lembut dagu H
Terakhir Diperbarui: 2025-10-03
Chapter: Bab 5“Aki sayang… apakah kau yakin akan membiarkan aku menjadi Kaisar?” Hana berusaha membaca wajah Akira, sambil menggenggam tangan pria itu. Mereka duduk berdekatan di bangku kecil dalam keheningan toko bunga. Aroma lavender dan jasmine yang seharusnya menenangkan, terasa berat oleh beban keputusan besar. Hana menatap suaminya, mencari kepastian di mata pria yang selalu menjadi jangkar rasionalitasnya. Akira tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan menarik Hana lembut ke dalam pelukannya. Kehangatan tubuhnya, aroma samar buku dan eucalyptus yang selalu melekat pada kulitnya, adalah satu-satunya kenyamanan yang Hana miliki di tengah badai duka dan intrik politik ini. Ia membenamkan wajahnya di dada Akira, membiarkan suaminya mengusap rambutnya. “Hime-chan,” bisik Akira, suaranya dalam dan menenangkan. Ia mencium kening istrinya lama, sebuah janji tanpa kata. “Tentu saja aku yakin. Aku tidak hanya yakin, aku memastikan kau yang mengambil alih tahta.” Hana mendongak, matanya
Terakhir Diperbarui: 2025-10-01
Chapter: Bab 4Dering suara bel di pintu masuk yang bernada nyaring, membelah keheningan yang nyaman, seketika membawa Akira dan Hana kembali dari lembah kenangan mereka. Hana tersentak kecil, air mata yang masih membasahi pipinya belum sepenuhnya mengering. “Biar aku yang melihat ke depan, Hana-chan. Basuhlah wajahmu terlebih dahulu,” ujar Akira dengan lembut. Tangannya terangkat, jari-jarinya yang panjang menyisir lembut anak rambut Hana yang halus. Sentuhan itu menyampaikan kasih sayang yang menenangkan, tetapi mata Akira sudah menunjukkan bayangan kesadaran yang dingin. Hana mengangguk pelan, jemarinya membalas genggaman tangan Akira sejenak sebelum dilepaskan. Ia menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan kembali ketenangannya, sementara Akira melangkah menuju pintu depan, hatinya diselimuti firasat yang memberat—firasat yang kini telah bertransformasi menjadi kepastian yang tak terhindarkan. Akira mendorong pintu kayu berukir itu. Di ambang pintu, sesosok pria setengah baya berdiri t
Terakhir Diperbarui: 2025-10-01