Chapter 25
PARA PEMANGSA
Hari yang panas dan keringat tidak membuat seorang pria menggila. Pria yang merupakan CEO muda Ferrore Grup itu benar-benar membuat asistennya, Kevin, kewalahan.
Tak! tak! tak!
Marcel memukul bola tenis sekuat mungkin. Dia memang biasanya tangkas dan cepat, tetapi pukulannya kali ini jauh lebih kuat dan penuh emosi.
"Bos! Apakah Anda sedang melampiaskan kemarahan kepada bawahan?" tanya Kevin sambil menghindar dari bola yang dipukul Marcel terakhir kali.
"Menurutmu?" Marcel balik bertanya.
"Aku mencium bau-bau cemburu di sini," tuduh Kevin. Dicarinya tempat nyaman untuk bersantai.
"Tidak mungkin!"
"Jadi, apa dong?" tanya Kevin. "Dari dulu kamu memang terlalu banyak pertimbangan."
"Aku punya alasan tersendiri. Jadi, bagaimana operasinya?"
&nbs
Chapter 26KISAH KELUARGA BARET"Skema desain sudah diterima. Skemanya sudah aku saya antarkan bersama berkas yang akan ditandatangani," kata Kevin. Suaranya bercampur dengan bising lalu lintas."Apakah kamu sedang mengemudi?""Ya.""Menuju ke rumah?" tanya Marcel menebak."Benar, Bos. Saya sudah dekat," jawab Kevin."Putar arah. Aku ada di rumah yang satu lagi.""Baik."Kevin langsung paham dengan rumah yang dimaksud Marcel. Rumah yang mana lagi selain rumah baru yang kemarin ditinggali mereka saat baru kembali dari Maldives?Dilihat dari tindak-tanduknya, Marcel pasti ingin memiliki waktu sendiri. Rumah utama mereka dipenuhi para pelayan dan banyak mata-mata yang bisa melaporkan hubungan mereka yang tidak harmonis ke siapa saja yang berkepentingan. Mung
Chapter 27CEMBURUSetelah Charlie pulang, Maudy buru-buru pergi ke apotek rumah sakit. Awalnya, laki-laki itu memaksa tinggal untuk menemaninya, tetapi Maudy bersikeras bahwa dia tidak apa-apa."Sebentar kakak ke apotek dulu, ya. Perutku terasa gak enak," kata Maudy.Alysa yang baru terbangun mengangguk sebagai tanda dia mengizinkan.Seingat Maudy, tanggal bulanannya seharusnya dua hari yang lalu. Apakah mungkin dia hamil? Dari yang dibacanya, jika terlambat datang bulan dan muntah bisa saja pertanda kehamilan. Namun, periode bulanan Maudy memang tidak teratur. Jadi, masih ada kemungkinan untuk datang bulan di hari berikutnya.Maudy mencari testpack lalu membayarnya ke kasir. Setelah sampai di kamar mandi, dia memakai alat itu. Namun, ternyata hasilnya negatif.Maudy bingung harus bersikap. Di satu sisi, dia lega karena merasa
Chapter 28KENCAN GANDA"Di sinikah?" tanya Marcel dengan menyorot bagian depan salah satu restoran mewah."Ya. Tadi fotonya di situ," jawab Kevin"Kiara di mana?" tanya Marcel lagi."Aku di sini," jawab Kiara Helda sambil menepuk punggung Marcel"Aduh. Pukulanmu penuh dendam, ya?" tanya Marcel."Ya. Tentu saja. Beraninya kamu menyembunyikan tentang orang yang kamu sukai dari aku? Kita sahabat dari kecil 'kan?" tukas Kiara."Lah, ini 'kan sudah diberi tahu Kevin. Apa aku harus lapor?""Tentu saja. Selama ini kan aku berpura-pura menjadi salah satu wanitamu. Aku harus tahu bagaimana menjawab pertanyaan wartawan jika sesuatu tercium oleh media. Apa aku bisa asal jawab dan membocorkan rahasianya?""Iya, iya. Maaf, Mbak Kiara yang cantik."Kiara pura-pura
Chapter 29PENGAKUAN"Hah! Sebenarnya, mengapa kamu menjadi seperti ini?" keluh Maudy. Dia merasa malas pergi ke kamar untuk ganti pakaian.Di meja samping sofa, terdapat botol-botol minuman baik yang sudah terbuka maupun yang belum. Di sana juga terdapat sebuah gelas yang sudah digunakan oleh Marcel sebelumnya.Maudy melihat setengah gelas alkohol yang masih tersisa di gelas itu. Tanpa sadar, tangannya sudah terulur dan meneguk alkohol itu sampai habis. Sejenak, dia menunjukkan ekspresi kurang enak setelah meminum alkohol pahit itu.Kejadian di restoran tadi terputar kembali di benak wanita itu. Dia menuang alkohol lagi dan meminumnya sedikit demi sedikit.Ini sangat berbahaya. Dia tidak terbiasa minum alkohol dan tubuhnya tidak memiliki daya tahan yang baik bagi itu. Namun, sedikit demi sedikit perasaannya menjadi tenang.
Chapter 30TINDAKAN ANEH MARCELMaudy menggeliat malas dan memicingkan matanya. Ada seseorang yang baru saja menggeser tirai jendela sehingga cahaya bisa masuk. Dia menyentuh kepalanya yang terasa berputar."Ah, sakit sekali."Dia menendang seprai lembut yang masih menutupi tubuhnya setinggi pinggang. Diamatinya pakaian yang dikenakan. Ternyata dia bahkan tidak mengganti dress-nya tadi malam."Kamu sudah bangun?"Marcel muncul membawa nampan berisi sarapan yang baru saja dimasaknya. Di tubuhnya masih menempel celemek dan wajahnya terkena tepung sehingga terlihat seperti bedak bayi.Maudy mengerjapkan matanya. Marcel pakai celemek? Apakah dia masih bermimpi? Tanpa sadar digosoknya matanya dengan punggung tangannya."Apakah kamu belum sadar?" tanya Marcel sambil tertawa kecil."Mengapa kamu ada
Chapter 31 RENCANA BESAR Mobil warna hitam baru saja memasuki pekarangan. Maudy yang sudah selesai bersiap-siap mau pergi ke kantor langsung meraih tasnya dan keluar. "Kevin? Mengapa kamu yang datang?" tanya Maudy. Dia terlihat bingung. "Aku yang memintanya. Sopir kamu sedang kurang enak badan." "Sopir bukan hanya satu orang, bukan?" tukas Maudy. "Mereka sedang ada pekerjaan lain. Jadi, Kevin yang akan membawa kita," kata Marcel lalu masuk ke mobil. Maudy bergeming. Dia tidak ada niat mengikuti permainan suaminya itu. "Bukankah mobilmu ada di garasi? Mengapa tidak bawa sendiri?" "Ah, mobilku sedang ada sedikit masalah. Kalau tidak aku akan meminta Kevin naik busway saja dan membawa kita pakai mobil yang itu," kata Marcel mencoba meyakinkan Maudy.
Chapter 32RAHASIA SANG CEOKayla baru saja meninggalkan ruangan karena ada hal penting yang harus dibicarakan dengan departemen lain. Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing ketika Lira mendadak membuat keributan."Gila," teriak Lira tiba-tiba.Suara teriakan Lira membuat semua orang terkejut. Mereka ingin tahu apa yang membuatnya seribut itu."Buka ponsel kalian. Dah banyak keluar berita dan videonya. Di televisi juga," katanya. "Tentang CEO Ferrore Grup.""Ada apa?"Maudy membuka ponselnya dan mengetikkan kata kunci. Puluhan postingan tentang Marcel langsung muncul."Jadi...dia sudah menikah? Betulan?" seru Vivian.Maudy merasa panas dingin. Dia menonton video pengakuan Marcel di depan pers."Jangan ribut...aku mau dengar siapa istrinya," ucap Lira
Chapter 33HATI DI ATAS RANJANG"Kamu sudah datang, Sayang," sambut Marcel di depan pintu.Maudy tidak bisa sembarangan bertindak di sini karena para pelayan sedang mengawasi. Inikah tujuan laki-laki ini meminta sopir menjemput Maudy untuk kembali ke rumah utama? Apakah supaya Maudy menuruti keinginannya?"Jangan sentuh. Aku kotor baru dari luar. Pasti banyak debu di pakaianku," kata Maudy untuk mengelak dari sentuhan Marcel.Maudy terpaksa memberikan seulas senyum di bibirnya."Tidak apa-apa. Aku juga belum mandi, Sayang. Aku hanya merindukanmu," kata Marcel yang tiba-tiba menarik tubuh Maudy ke dalam pelukannya.Mau tidak mau, Maudy terpaksa membalas pelukan itu. Sementara pelayan berbisik senang. Bagaimana tidak, mereka baru saja bersandiwara mengatakan baru pulang tadi pagi dari liburan bersama, tetapi sore hari ini sudah langsung