“Kenapa melamun?” tanya Rayden dengan memeluk Sheina dari belakang.Setelah seminggu kejadian kecelakaan itu, semuanya tampak membaik walaupun keadaan Rano dan Rosa terbilang cukup parah.Keduanya memutuskan untuk tidak melakukan pengobatan di luar negeri. Baik Reno dan Rosa ingin menebus rasa bersalah mereka dengan tetap berada kota ini tanpa harus menemui Sheina.Sheina tersenyum mendengar pertanyaan suaminya, memang ia melamun mengingat semua masa lalunya hingga dirinya berada di titik ini bersama dengan Rayden.“Aku cuma mengingat perjalanan hidupku dan pada akhirnya sampai di titik ini, Mas. Sama kamu dan anak-anak,” sahut Sheina dengan lembut.Rayden semakin mengeratkan pelukannya dan mencuri ciuman di pipi Sheina.“Kamu bahagia?” tanya Rayden menatap wajah Sheina dari samping.Istrinya itu terlihat begitu cantik dari segi mana pun. Dan Rayden semakin mencintai Sheina, wanita kuat dengan kisah perih di hidupnya.“Awalnya gak sama sekali tetapi sekarang aku bahagia bahkan sangat
Teriakan Reno dari ruangan membuat semua orang yang berada di luar terkejut. Sebagai seorang ayah Rendra langsung sigap masuk ke dalam.“Kakiku kenapa tidak bisa digerakkan? Tolong ini kenapa?” teriak Reno histeris.Reno mencoba menggerakkan kedua kakinya, tetapi tetap tidak bisa ia lakukan. Ia kesal dan juga takut. Reno memukuli kakinya sendiri, tetapi ia juga tidak merasakan sakit di sana. Kakinya benar-benar mati rasa, dan Reno semakin dibuat cemas karena keadaannya.“Tenang Reno,” ucap Rendra mencoba menenangkan anaknya yang tampak histeris.Reno menatap ke arah papanya. “Pa kaki aku kenapa? Kenapa tidak bisa digerakkan sama sekali? Panggil dokter, Pa!” ucap Reno dengan lirih.Rendra menghela napasnya dengan kasar. “Akibat kecelakaan itu, kamu mengalami lumpuh, Reno,” jelas Rendra yang langsung membuat Reno syok.Reno terkekeh, ia mencoba untuk tidak percaya dengan ucapan papanya. “Gak mungkin, Pa. Aku masih bisa jalan ini hanya kram biasa,” ucapnya tak percaya.Rendra menggeleng
Rayden memeluk Sheina dengan erat, ia mencium puncak kepala Sheina dengan sayang.Ia tidak tega mendengar tangisan Sheina saat ini. Wanita itu pasti kepikiran dan ketakutan karena ucapan Kinanti tadi.“Jangan dengarkan ucapan wanita gila itu ya, Nak,” ucap Ranti dengan lirih.Tetapi tetap saja Sheina kepikiran walaupun sudah ditenangkan oleh semua keluarganya.“Tapi, Nek. Apa yang dikatakan tante itu benar, mungkin aku wanita pembawa sial untuk semua orang,” gumam Sheina dengan isak tangisnya.“Sstt…kamu bukan wanita pembawa sial, Sayang. Kamu adalah wanita terbaik yang pernah Mas kenal,” ucap Rayden dengan tegas.Baskoro juga memeluk istrinya itu, semua berawal dari Kinanti. Wanita itu yang sudah menghancurkan keluarganya hingga mereka menjadi seperti ini.Keduanya tidak menyangka jika Bayu tewas di tangan mantan istrinya sendiri, karena sakit hati wanita itu rela melakukan apa saja.Tetapi semua sudah terjadi, bagaimanapun itu takdir yang harus mereka terima dan Kinanti akan mendapa
Rayden sudah memboyong istri dan kedua anak kembarnya ke rumah sakit yang lebih besar dan dekat dengan rumah mereka juga. Di rumah sakit itu juga Reno dan Rosa dirawat. Setelah memastikan jika tidak ada luka yang serius pada kaki istrinya, lelaki itu cukup lega. Keadaan si kembar juga semakin membaik. Mungkin keduanya merasakan jika mama mereka dalam bahaya, setelah semua yang sudah terjadi keadaan Nessa dan Nevan sudah membaik. Walaupun kedua anak kembarnya masih terlihat sangat lemas dan harus menghabiskan satu infus lagi untuk memulihkan keadaannya. “Gimana keadaan Reno dan Rosa?” tanya Rayden pada kakak dan papanya. Rendra tampak menghela napasnya dengan kasar. “Parah sekali, Rey. Mungkin Reno akan lumpuh seumur hidup setelah ini dan Rosa kemungkinan akan mengalami kebutaan, tidak hanya itu Rosa ternyata mempunyai penyakit kanker rahim yang baru diketahui,” ucap Rendra yang membuat Rayden syok. Bagaimanapun Rosa adalah kakak dari Sheina. Kakek dan nenek mereka juga haru
Brak…Demi apa pun jantung Rayden hampir lepas dari tempatnya ketika melihat mobil begitu melaju kencang ke arah istrinya.“Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanya Rayden saat ia berhasil menyelamatkan Sheina.Bahkan ia memeluk istrinya itu dengan erat ketika mereka jatuh berdua di aspal. Baik Rayden maupun Sheina tidak menyadari jika mobil yang hendak menabrak Sheina menabrak pembatas jalan.Orang-orang sudah berkerumunan di sana, tetapi Rayden masih sibuk mengecek tubuh istrinya.Sedangkan Sheina masih tampak linglung, seakan nyawanya dipaksa lepas dari raganya saat itu juga.“Sayang,” panggil Rayden dengan pelan.Ia menepuk pipi Sheina dengan lembut karena istrinya itu masih menutup mata Rayden takut terjadi sesuatu dengan Sheina.Perlahan Sheina membuka matanya, ia melihat ke arah Rayden dengan pandangan yang sulit diartikan.“M-mas,” gumam Sheina dengan lirih.Bahkan detak jantungnya masih berdetak dengan sangat kuat.“A-aku masih hidup?” tanya Sheina dengan linglung.“Masih, Sayang.
“Kita pulang ya. Kasihan anak-anak,” ucap Rayden meminta persetujuan Sheina.Sheina langsung mengangguk setuju, sebab cuaca juga sangat panas sekali. Lebih baik pulang daripada kedua anaknya terpapar matahari terlalu lama.Mereka masih bisa liburan kapan pun karena Rayden pasti akan mengusahakan semuanya walaupun lelaki itu sibuk bekerja, pasti akan menyempatkan demi membuat kedua anak mereka senang.“Bu, nona kecil badannya sedikit panas,” adu pengasuh Nessa yang sejak tadi menggendong Nessa.Sheina langsung panik, ia mencoba mengecek suhu tubuh Nessa. “Mas, ayo kita pulang cepat langsung mampir ke apotek beli obat untuk Nessa,” ucap Sheina yang takut jika nanti anaknya demam dan pasti akan sangat rewel nantinya.“Iya, Sayang. Ayo cepat,” ucap Rayden dengan tegas.Akhir-akhir ini cuaca begitu terik, orang-orang dewasa saja merasa begitu gerah dan tidak enak di badan. Apalagi anak kecil seperti Nessa dan Nevan.Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, mencegah hal buruk yang akan terj