Rayden memeluk Sheina dengan erat, ia mencium puncak kepala Sheina dengan sayang.Ia tidak tega mendengar tangisan Sheina saat ini. Wanita itu pasti kepikiran dan ketakutan karena ucapan Kinanti tadi.“Jangan dengarkan ucapan wanita gila itu ya, Nak,” ucap Ranti dengan lirih.Tetapi tetap saja Sheina kepikiran walaupun sudah ditenangkan oleh semua keluarganya.“Tapi, Nek. Apa yang dikatakan tante itu benar, mungkin aku wanita pembawa sial untuk semua orang,” gumam Sheina dengan isak tangisnya.“Sstt…kamu bukan wanita pembawa sial, Sayang. Kamu adalah wanita terbaik yang pernah Mas kenal,” ucap Rayden dengan tegas.Baskoro juga memeluk istrinya itu, semua berawal dari Kinanti. Wanita itu yang sudah menghancurkan keluarganya hingga mereka menjadi seperti ini.Keduanya tidak menyangka jika Bayu tewas di tangan mantan istrinya sendiri, karena sakit hati wanita itu rela melakukan apa saja.Tetapi semua sudah terjadi, bagaimanapun itu takdir yang harus mereka terima dan Kinanti akan mendapa
Rayden sudah memboyong istri dan kedua anak kembarnya ke rumah sakit yang lebih besar dan dekat dengan rumah mereka juga.Di rumah sakit itu juga Reno dan Rosa dirawat. Setelah memastikan jika tidak ada luka yang serius pada kaki istrinya, lelaki itu cukup lega.Keadaan si kembar juga semakin membaik. Mungkin keduanya merasakan jika mama mereka dalam bahaya, setelah semua yang sudah terjadi keadaan Nessa dan Nevan sudah membaik.Walaupun kedua anak kembarnya masih terlihat sangat lemas dan harus menghabiskan satu infus lagi untuk memulihkan keadaannya.“Gimana keadaan Reno dan Rosa?” tanya Rayden pada kakak dan papanya.Rendra tampak menghela napasnya dengan kasar. “Parah sekali, Rey. Mungkin Reno akan lumpuh seumur hidup setelah ini dan Rosa kemungkinan akan mengalami kebutaan, tidak hanya itu Rosa ternyata mempunyai penyakit kanker rahim yang baru diketahui,” ucap Rendra yang membuat Rayden syok.Bagaimanapun Rosa adalah kakak dari Sheina. Kakek dan nenek mereka juga harus tahu kead
Brak…Demi apa pun jantung Rayden hampir lepas dari tempatnya ketika melihat mobil begitu melaju kencang ke arah istrinya.“Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanya Rayden saat ia berhasil menyelamatkan Sheina.Bahkan ia memeluk istrinya itu dengan erat ketika mereka jatuh berdua di aspal. Baik Rayden maupun Sheina tidak menyadari jika mobil yang hendak menabrak Sheina menabrak pembatas jalan.Orang-orang sudah berkerumunan di sana, tetapi Rayden masih sibuk mengecek tubuh istrinya.Sedangkan Sheina masih tampak linglung, seakan nyawanya dipaksa lepas dari raganya saat itu juga.“Sayang,” panggil Rayden dengan pelan.Ia menepuk pipi Sheina dengan lembut karena istrinya itu masih menutup mata Rayden takut terjadi sesuatu dengan Sheina.Perlahan Sheina membuka matanya, ia melihat ke arah Rayden dengan pandangan yang sulit diartikan.“M-mas,” gumam Sheina dengan lirih.Bahkan detak jantungnya masih berdetak dengan sangat kuat.“A-aku masih hidup?” tanya Sheina dengan linglung.“Masih, Sayang.
“Kita pulang ya. Kasihan anak-anak,” ucap Rayden meminta persetujuan Sheina.Sheina langsung mengangguk setuju, sebab cuaca juga sangat panas sekali. Lebih baik pulang daripada kedua anaknya terpapar matahari terlalu lama.Mereka masih bisa liburan kapan pun karena Rayden pasti akan mengusahakan semuanya walaupun lelaki itu sibuk bekerja, pasti akan menyempatkan demi membuat kedua anak mereka senang.“Bu, nona kecil badannya sedikit panas,” adu pengasuh Nessa yang sejak tadi menggendong Nessa.Sheina langsung panik, ia mencoba mengecek suhu tubuh Nessa. “Mas, ayo kita pulang cepat langsung mampir ke apotek beli obat untuk Nessa,” ucap Sheina yang takut jika nanti anaknya demam dan pasti akan sangat rewel nantinya.“Iya, Sayang. Ayo cepat,” ucap Rayden dengan tegas.Akhir-akhir ini cuaca begitu terik, orang-orang dewasa saja merasa begitu gerah dan tidak enak di badan. Apalagi anak kecil seperti Nessa dan Nevan.Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, mencegah hal buruk yang akan terj
Rayden dan Sheina akan mengajak kedua anaknya untuk liburan bersama ke kebun binatang.Itu semua atas permintaan Nevan dan juga Nessa. Kedua anaknya itu sangat suka melihat binatang yang ada di film kartun yang mereka tonton, sehingga dengan senang hati Rayden mengajak kedua anaknya itu pergi.“Sudah siap semua, kan?” tanya Rayden pada istrinya itu.Sheina mengangguk. “Sudah, Mas. Sepertinya sudah semua tidak ada yang tertinggal,” sahut Sheina dengan tersenyum.“Ya sudah ayo kita pergi.” Ucapan Rayden tersebut membuat kedua anak kembarnya berteriak begitu senang.Moment yang belum pernah keduanya rasakan. Dan kini akhirnya khayalan itu bisa menjadi nyata.Rayden dan Sheina tampak tersenyum haru melihat kebahagiaan kedua anak kembar mereka.Keduanya duduk dengan anteng di kursi belakang, bahkan terus bercerita tanpa henti.“Mas,” panggil Sheina dengan lirih.“Iya, Sayang,” sahut Rayden dengan lembut.Rayden mengelus tangan Sheina, memberikan kehangatan dan kenyamanan saat ia melihat ma
“Apakah Kakak yang membebaskan Reno?” tanya Rayden setelah sampai di rumah.Pertanyaan Rayden tentu saja membuat Raka, Rendra, dan Sheina terkejut.“Apa maksud kamu? Reno sudah bebas?” tanya Rendra yang memang tidak mengetahui jika sang anak sudah bebas dari penjara.Rendra mengangguk, ia masih menatap kakaknya dengan tajam. “Ada penjamin makanya Reno bisa bebas. Bukan Kakak orangnya?” tanya Rayden sekali lagi untuk memastikan.Rendra menghela napasnya dengan perlahan. “Reno memang anak saya tapi saya tidak akan membebaskan dia begitu saja jika memang Reno bersalah. Bukan saya yang membebaskan Reno bahkan saya tidak mengetahui jika tidak dari kamu,” ucap Rendra dengan tegas.Rayden tahu kakaknya itu jujur. Lalu siapa yang membebaskan Reno dengan jaminan yang begitu tinggi? Bahkan polisi juga tidak mau memberitahu siapa orangnya.Tentu saja hal tersebut membuat Rayden harus waspada.“Beneran Mas? Reno bebas?” tanya Sheina tak percaya.“Iya, Sayang. Mas sudah ke kantor polisi dan memang