Share

Bab 3 : Pernikahan

Author: Iris Moonvale
last update Last Updated: 2025-07-14 15:33:04

“Ada apa? Apa kau datang karena berubah pikiran?”

Suara Nadine pelan, tapi terasa getir. Ia duduk sambil memandangi dirinya di depan cermin rias.

Leonhart meletakkan amplop coklat di meja rias Nadine, “Aku tidak berubah pikiran. Aku hanya ingin memberimu ini,” jawab Leonhart.

“Apa ini kontrak pernikahan?” tanya Nadine.

Leonhart hanya menganggukan kepalanya.

“Aku hanya ingin kau melihat dan memeriksanya. Jika ada syarat yang mau kau tambahkan, kau bisa katakan padaku,” ucapnya tanpa basa-basi.

Tanpa menunggu jawaban Nadine, Leonhart berbalik dan melangkah keluar dari ruangan.

Nadine perlahan mengambil amplop itu dengan tangan yang gemetar, lalu dengan hati-hati ia membuka amplop itu dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dijadikan satu di dalamnya.

Nadine membaca satu per satu terkait pasal dalam kontrak. Nadine terdiam. Ia menarik napas panjang.

Nadine sedikit lega setelah membaca isi kontrak itu. Ia sempat berpikir bahwa Leonhart akan benar-benar memperalatnya melalui kontrak tersebut, tapi sepertinya dugaannya salah.

Nadine lalu memasukkan kembali kontrak itu ke dalam amplop dan meletakkannya di atas meja rias.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dengan pelan, dan membuat Nadine tersentak.

“Masuk,” ucap Nadine.

Seorang wanita muda berpakaian hitam-putih masuk dengan senyum ramah. Ia adalah salah satu kru dari tim pernikahan.

“Selamat pagi, Kak Nadine. Saya ingin menginformasikan acaranya sebentar lagi akan dimulai dalam sepuluh menit,” ucap kru tim pernikahan.

Nadine hanya mengangguk.

Kru tim pernikahan itu melanjutkan penjelasannya sambil menyerahkan secarik kertas berisi rundown acara.

“Nanti Kak Nadine akan masuk dari sisi kiri ballroom dan berjalan bergandengan dengan Pak Yusuf menuju pertengahan altar. Di sana, Pak Leonhart akan menjemput Kak Nadine. Setelah itu, akan ada pengucapan janji pernikahan dan pemberkatan simbolis.”

Nadine menerima kertas itu dan membacanya cepat.

“Tidak ada sesi wawancara dengan media, kan?” tanya Nadine tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas rundown.

“Tidak, Kak. Pak Leonhart sudah mengadakan konferensi pers tadi pagi dan semua pertanyaan media sudah ditangani oleh tim PR Inter Tech, jadi Kak Nadine tidak perlu khawatir,” jawab kru tim pernikahan itu dengan tenang.

“Baik, terima kasih,” ucap Nadine sambil menganggukkan kepalanya.

Kru tim pernikahan itu tersenyum dan berpamitan sebelum keluar dari ruangan, membiarkan kembali Nadine sendiri didalam kamar.

Nadine pun segera mengambil handphonenya untuk membuka mesin pencarian. Ia mencari berita konferensi pers Leonhart dan dalam hitungan detik, puluhan artikel beserta videonya muncul di layar. Nadine pun membuka salah satu video tersebut.

Di layar, tampak Leonhart menjelaskan bahwa yang akan menikah dengan Nadine adalah dirinya bukan Rafael Wijaya.

Leonhart juga menyampaikan bahwa keputusan ini merupakan diskusi dan persetujuan dari dua keluarga sekaligus merupakan restrukturisasi internal dan awal kerja sama bisnis antara Wijaya Group dengan Inter Tech.

Nadine menarik nafas dalam. Ia merasa lega akhirnya semua orang tahu alasan Leonhart menjadi pengantin prianya hari ini. Nadine pun, segera berdiri perlahan dan berjalan pelan keluar dari ruang rias.

Di depan pintu sudah berdiri dua bridesmaid yang akan menemani dan mengantar Nadine sampai ballroom.

Setibanya di depan pintu ballroom, Pak Yusuf sudah menunggu.

“Siap?” tanya Yusuf, tanpa senyum.

Nadine hanya menganggukan kepalanya.

“Setelah ini, kau akan menjadi Nadine Armand. Bersikaplah lebih bermartabat dan jangan sampai menodai reputasi keluarga,” lanjut Yusuf.

Nadine hanya terdiam. Ia enggan menjawab perkataan ayahnya itu.

Pintu ballroom pun terbuka perlahan. Musik lembut mulai dimainkan. Semua tamu berdiri dan menoleh ke arah pintu masuk.

Nadine dan Yusuf mulai melangkah masuk.

Ballroom megah itu telah dipenuhi para tamu undangan, mulai dari sosialita papan atas, investor asing, keluarga besar Armand dan Wijaya, hingga wartawan dari berbagai media nasional dan internasional yang datang meliput pernikahan ini.

Namun, yang menjadi pusat perhatian bukan hanya kecantikan Nadine atau ketampanan Leonhart yang berdiri di altar.

Tapi … isu pergantian pengantin pria.

“Jadi, benar pengantin prianya diganti Pak Leonhart?" tanya salah satu wartawan dari Media Bisnis sambil berbisik.

"Iya, benar. Apa kau tak lihat, Pak Leonhart sudah berdiri di pelaminan?" jawab seorang wartawan dari Media Satu sambil berbisik.

“Kupikir itu hanya candaan,” sahut wartawan dari Tribuns.

“Jadi itu sungguhan?” tanya wartawan dari Media Bisnis memastikan.

“Kau pikir untuk apa konglomerat seperti mereka bercanda?” tanya wartawan dari Metropolitan News sambil menggelengkan kepala.

Wartawan dari Tribuns menganggukkan kepala. “Benar. Lagi pula, di dunia mereka, hal seperti ini sering terjadi,” ujarnya singkat.

Beberapa wartawan dari media lain ikut menimpali, saling bertukar gosip.

“Oh, mungkin itu alasan Pak Rafael tidak datang ke pernikahan ini. Tapi kenapa adik tirinya Nadine juga tidak hadir?” tanya wartawan dari Media Bisnis.

“Jangan-jangan…” ucap wartawan dari Metropolitan News, suaranya mengecil penuh dugaan.

“Sssstt, harap tenang,” ucap salah satu kru tim pernikahan.

Bisik-bisik itu terus menyebar di antara tamu undangan. Gosip yang belum jelas kebenarannya mulai bermunculan. Beberapa tamu bahkan menambahkan cerita-cerita yang terdengar provokatif tentang pernikahan Leonhart dan Nadine.

Nadine akhirnya tiba di altar. Ia berdiri di samping Leonhart, tanpa ekspresi.

Leonhart mulai mengucapkan sumpah pernikahan dengan suara lantang. Nadine mengikutinya dengan suara lembut, tapi tetap tegas. Saat mereka saling bertukar cincin, para tamu mulai bertepuk tangan.

Akhirnya pernikahan itu sah.

Setelah upacara, keduanya berjalan ke arah para tamu untuk menyapa mereka satu per satu. Namun, bisik gosip itu masih terdengar, bahkan saat Nadine dan Leonhart mendekati salah satu meja tamu VIP.

"Ya … seperti inilah pernikahan bisnis. Perusahaan Pak Rafael kalah pamor dibandingkan Inter Tech, sehingga keluarga Wijaya lebih memilih menikahkan Nadine dengan pamannya Rafael," kata salah satu tamu undangan.

“Ya, jujur saja, jika aku jadi keluarga Wijaya, aku pun akan memilih menikahkan putriku dengan Pak Leonhart,” jawab tamu undangan lainnya.

Nadine yang mendengar gosip itu, hanya tersenyum getir. Setidaknya, pernikahannya dengan Leonhart masih dipandang positif oleh mereka.

Setelah selesai menyapa para tamu, Nadine masuk ke ruang tunggu pengantin. Ia duduk dan melepas sepatu hak tingginya.

Leonhart masuk lima menit kemudian, membawa dua botol air mineral dan menyerahkannya kepada Nadine.

“Terima kasih,” ucap Nadine.

“Mulai sekarang, gosip-gosip akan terus bermunculan. Apa kau siap?” tanya Leonhart tiba-tiba.

Nadine tersenyum tipis. “Itu bukan hal baru,” jawab Nadine.

Leonhart meneguk airnya sebentar, lalu menatap Nadine. Untuk pertama kalinya, mereka bertatapan cukup lama.

“Besok pagi, kita akan berangkat ke Singapura,” kata Leonhart datar.

Nadine mengerutkan kening. “Singapura?” tanyanya bingung.

Leonhart mengangguk. “Aku akan memperkenalkan kamu sebagai istriku di depan media,” ucapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 88 : Tolong!

    “Wah, akhirnya kita makan-makan lagi. Semua berkat kamu, Nadine.”Gabriella berterima kasih dengan antusias pada Nadine.Nadine yang tidak terlalu mengerti situasinya hanya bisa tersenyum. Tak lama, notifikasi ponselnya berbunyi, sebuah pesan dari Leonhart.“Nanti mau aku jemput jam berapa?” tulis Leonhart.Nadine segera membalas,“Aku belum tahu. Soalnya akan ada makan malam bersama tim untuk merayakan kedatanganku.”Tak butuh waktu lama, Leonhart kembali membalas.“Di mana?”“Di restoran Arden,” jawab Nadine.“Baik. Kabari aku kalau sudah selesai, aku akan menjemputmu,” balas Leonhart lagi.Nadine hanya membalas dengan emotikon jempol.Dua puluh menit kemudian, jam pulang kantor akhirnya tiba. Para karyawan langsung bergegas dan bersiap sambil saling mengingatkan bahwa mereka akan berkumpul di lobi untuk berangkat bersama ke restoran Arden. Suasananya tampak antusias.Nadine pun ikut membereskan barang-barangnya. Tak lama kemudian, Gabriella menghampirinya.“Ayo, Nad,” ajak Gabriell

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 87 : Hari Pertama

    “Jadi dia desainer tamunya?”Nadine mendengar bisikan dari beberapa karyawan yang ia lewati saat menuju ruang kerjanya, ditemani oleh wakil pimpinan kreatif bernama Bu Bella.Nadine hanya tersenyum dan sedikit menundukkan kepala seraya menyapa setiap karyawan yang ia lewati.Sampai akhirnya Nadine tiba di sebuah ruangan yang cukup besar dengan banyak karyawan di dalamnya.“Perhatian sebelumnya,” ucap Bu Bella pada semua karyawan di ruangan itu.Semua menoleh ke arah Bu Bella. Nadine yang berdiri di sampingnya mendadak merasa gugup ketika beberapa karyawan mulai memandanginya dari atas sampai bawah.“Perkenalkan, ini desainer tamu kita yang akan bekerja di sini selama satu bulan,” ucap Bella lalu menoleh ke arah Nadine.“Silakan perkenalkan diri.”Nadine menahan rasa gugupnya, lalu mulai memperkenalkan diri di depan semua karyawan.“Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, saya Nadine. Saya akan bekerja di s

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 86 : H-1

    “Paling dia diundang karena pengaruh suaminya. Pemula seperti dia tahu apa tentang desain.”Pengunjung wanita di seberang Nadine berbicara dengan nada kesal. Nadine yang mendengar hal itu hanya tertunduk.“Jangan dengarkan mereka,” ucap Leonhart mencoba menenangkan Nadine.Entah kenapa Nadine merasa berkecil hati mendengar percakapan dua wanita tadi. Kasusnya sedikit mirip dengannya, sehingga Nadine bertanya-tanya dalam hati, benarkah ia diundang ke perusahaan besar sebagai desainer tamu karena kemampuannya, bukan karena pengaruh suaminya?Namun Nadine menahan diri untuk tetap tenang agar Leonhart tidak khawatir.“Aku tak apa,” jawab Nadine akhirnya.Tak lama setelah itu, makanan yang mereka pesan pun datang.“Ini, silakan dinikmati,” ucap pelayan dengan ramah.“Terima kasih,” balas Nadine dengan senyuman.Nadine dan Leonhart menikmati hidangan itu dalam diam hingga selesai.Setelah selesai, Na

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 85 : Paris

    “Kenapa kau yang datang langsung ke sini?”Nadine yang terkejut akhirnya bertanya pada Marissa yang datang menjemputnya di bandara.“Tentu saja aku harus! Kau adalah tamu pentingku,” jawab Marissa antusias.Nadine terkekeh mendengar ucapannya, lalu mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat itu.“Terima kasih. Aku sangat menghargai antusiasmu,” ucapnya sambil tersenyum.Marissa kemudian mengajak mereka menaiki mobil yang sudah disiapkan untuk menuju tempat tinggal sementara Nadine dan Leonhart.“Aku akan mengantarmu ke tempat tinggalmu,” ujar Marissa.“Ah, tapi ... apa kau sudah tahu tempatnya? Soalnya Leonhart memesan tempat baru,” tanya Nadine heran.Marissa tersenyum kecil sebelum menjawab,“Tentu saja aku tahu. Aku harus memastikan di mana kalian tinggal agar mempermudah pekerjaan kita nanti.”Nadine membalasnya dengan senyum tulus. Sepanjang perjalanan, keduanya berbincang ringan.“Oh iya, aku sudah membuat desain yang kau minta. Tapi ... aku tidak tahu apakah kau akan menyuka

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 84 : Selamat Datang

    “Apa kau sudah siap? Pastikan tidak ada barang yang tertinggal.”Leonhart bertanya untuk memastikan Nadine tidak melupakan barang penting yang perlu dibawa ke Prancis.“Ya, aku sudah siap dan sudah memastikan semua barang penting dibawa,” jawab Nadine dengan yakin.Nadine pun menghampiri Leonhart sambil menarik dua kopernya dan satu tas besar yang sedang ia gunakan.Leonhart mengambil alih satu koper yang sedang Nadine bawa.“Biar aku bawakan satu kopermu,” ucapnya sambil menarik koper dari tangan Nadine.“Terima kasih,” jawab Nadine lembut.Mereka berdua pun keluar dari kamar lalu berjalan menuruni lift menuju lobi. Seorang sekuriti yang melihat Leonhart dan Nadine muncul dengan banyak koper segera menghampiri mereka.“Sini, Pak. Biar saya bantu,” ucap sekuriti itu sopan sambil tersenyum ramah.“Oh, ya. Terima kasih,” balas Leonhart sambil tersenyum tipis.Leonhart kemudian berjalan menuju area parkir untuk mengambil mobil, sementara Nadine menunggu di depan lobi bersama sekuriti yan

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 83 : Gaun

    “Maafkan aku, ya, teman-teman.”Mira berdiri di hadapan Nadine dan Revan saat mereka berada di ruang kerja.“Terutama kau, Nad. Maafkan Ardian, ya,” tambahnya dengan wajah memelas.Mira tertunduk lesu. Nadine yang melihatnya seperti itu merasa kasihan, lalu mencoba meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.“Tidak apa-apa, Mir. Jangan khawatirkan itu,” ucapnya lembut.“Sekali lagi, maafkan aku,” ucap Mira pelan.Nadine berdiri di samping Mira, lalu merangkul pundaknya dengan lembut untuk menenangkannya.Tak lama kemudian, mereka kembali ke meja kerja masing-masing.Nadine mulai menyicil kembali beberapa pekerjaannya yang tersisa agar nanti, saat ia pergi, tidak ada pekerjaan yang harus dialihkan ke rekan lain.Tak terasa jam kerja pun berakhir. Nadine segera bersiap menuju kantor Leonhart.Namun, saat ia hendak pergi, Mira memanggilnya.“Nadine!”Nadine berhenti dan menoleh.“Ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status