Home / Romansa / Menikahi Penguasa / Bab 5: Antara Rahasia dan Kenyataan

Share

Bab 5: Antara Rahasia dan Kenyataan

Author: Jerry
last update Last Updated: 2025-07-14 17:33:32

Pagi harinya, di ruang tamu rumah Arka.

Keysha duduk di meja makan sendirian, mengaduk secangkir teh hangat yang tak kunjung ia minum. Rumah itu begitu sunyi, bahkan suara detik jam dinding pun terdengar jelas. Ia sudah beberapa hari tinggal bersama Arka, dan meski jarak di antara mereka secara fisik tidak jauh, namun secara emosional… masih sangat jauh.

Suara langkah kaki pelan terdengar dari tangga. Arka muncul dengan kemeja biru langit, dengan lengan tergulung dan rambut sedikit berantakan. Ada sesuatu yang aneh pagi itu—raut wajahnya tampak lebih lembut, meski tetap terasa dingin.

“Selamat pagi,” sapa Keysha lebih dulu.

Arka hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia mengambil roti panggang di meja dan duduk di seberangnya.

“Maaf soal sikap ku tadi malam,” ucap Keysha pelan.

Arka menoleh. “Kenapa minta maaf?”

“Karena aku menanyakan perasaanmu tentang Alena. Mungkin aku terlalu lancang.”

Arka meletakkan gelasnya dan menatap Keysha dalam. “Justru aku menghargai itu. Karena kamu sudah berani untuk mengutarakan isi di dalam pikiran mu. Lebih baik kamu bicara seperti itu daripada terus berpura-pura baik-baik saja.”

Keysha mengangguk pelan, tapi tatapannya masih penuh beban.

Arka melanjutkan, “Hari ini kamu akan ikut ke kantor. Ada rapat internal dan aku ingin kamu mengenal sistem manajemen di perusahaan ku. Tak perlu ikut campur, cukup observasi. Tapi kamu akan jadi bagian dari hidup publikku, dan aku tak mau kamu terlihat seperti sebuah bayangan.”

Keysha hampir tersedak. “Ke kantor? Hari ini?”

“Tenang saja, timku sudah menyiapkan outfit dan semua keperluan mu. Kamu akan tampil profesional.”

Mereka bertukar pandang. Ada semacam ketegangan… tapi bukan permusuhan. Lebih seperti perasaan asing yang perlahan mulai saling menerima.

------

Setibanya mereka di Kantor Pusat milik Arka.

Pintu lift terbuka, dan semua mata tertuju pada wanita yang berdiri di samping Arka. Keysha, dengan blazer krem dan rok selutut, tampil elegan dan anggun. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya dihias natural, dan langkahnya mantap meski hatinya tetap berdebar dengan kencang.

“Selamat pagi, Pak Arka. Selamat pagi, Ibu Keysha.”

Itu kali pertama ia dipanggil 'Ibu Keysha'. Rasanya... aneh. Tapi juga nyata.

Arka memimpin jalan menuju ruang rapat utama. Keysha mengikuti dari belakang, menyimpan semua kecanggungan dalam senyum tenang. Begitu duduk, ia langsung sadar—di ruangan itu, tidak semua orang menyukainya.

Tatapan tajam dari salah satu direktur wanita—Nadia, mantan manajer keuangan sekaligus rekan lama Arka—terasa menusuk.

“Jadi ini istri CEO kita?” tanya Nadia dengan nada datar.

Arka mengangguk. “Ya. Keysha akan mulai belajar mengenal alur manajemen internal. Sebagai bagian dari proses adaptasi.”

“Bukankah terlalu cepat?” tanya Nadia lagi. “Biasanya pasangan baru menikmati masa bulan madu terlebih dahulu, bukan langsung terjun ke dunia bisnis.”

Keysha menatapnya tenang. “Saya percaya, menikah dengan seorang CEO artinya juga harus siap menghadapi dunia kerja yang keras. Dan saya tidak keberatan untuk belajar dari awal."

Beberapa orang terdiam. Jawaban itu cukup menohok.

Arka melirik Keysha. Untuk pertama kalinya hari itu, dia tersenyum.

Setelah rapat selesai, mereka berjalan kembali menuju ruang pribadi Arka. Di lorong, Keysha bertanya pelan, “Siapa Nadia sebenarnya?”

Arka tidak langsung menjawab. Tapi kemudian ia berkata, “Dia pernah dekat denganku. Tapi aku tidak pernah mencintainya. Hanya rekan kerja. Sayangnya, dia menganggap lebih dari itu.”

Keysha mengangguk. “Dan sekarang sepertinya dia membenciku.”

“Dia membenci siapapun yang lebih dekat darinya kepadaku.”

Saat mereka tiba di ruang kerja Arka, Keysha menemukan sebuah map terbuka di meja. Foto. Dokumen. Dan—yang mengejutkannya—ada selembar print out email dari seseorang bernama Bryan.

Nama itu… membuat Keysha terpaku.

“Bryan? Ini… Bryan yang kabur bersama Alena?”

Arka tak menjawab langsung. Ia mengambil map itu dan segera menutupnya.

“Kamu tidak perlu tahu semuanya sekarang.”

“Tapi aku ingin tahu. Dia pacar Alena, bukan? Orang yang membuat kakakku kabur di hari pernikahannya. Kenapa kamu punya email darinya?”

Arka menatap Keysha tajam. “Karena aku mencarinya. Karena aku ingin tahu kenapa Alena meninggalkanku begitu saja. Dan aku akan cari tahu, apapun caranya.”

Keysha mendekat. Wajahnya berubah—bukan takut, tapi tegas.

“Kalau kamu ingin tahu tentang Alena, kamu seharusnya bertanya padaku. Aku adiknya. Aku bisa membantu mu. Tapi jangan main belakang seperti ini. Aku bukan boneka di rumahmu.”

Arka menahan napas. Ada ketegangan, tapi juga rasa kagum yang tak bisa ia tolak.

“Baiklah jika itu keinginan mu,” katanya akhirnya. “Kita akan cari tahu bersama. Tapi kamu harus janji, tidak akan lari. Sekalipun kamu tahu kebenaran yang menyakitkan.”

Keysha menatap mata pria itu. Dalam dan Serius.

“Aku tidak akan pernah lari, Arka. Karena aku bukan perempuan pengecut, dan aku juga ingin tahu… siapa sebenarnya Alena yang selama ini aku anggap sebagai kakak yang sempurna, sampai rela mengorbankan adiknya sendiri demi ke egoisnya, seharusnya dia bisa memberitahu kalau dia tidak ingin pernikahan ini terjadi, kenapa jadi aku yang harus berkorban.”

----------------

[ Bersambung.......]

"See you in the next chapter"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Penguasa   Bab 14: Luka yang Tak Pernah Pergi

    Pagi ini, langit tampak redup, seolah bersiap menjadi saksi dari pertemuan yang tidak pernah ingin dijalani. Arka menyetir dalam diam, wajahnya fokus tapi tegang. Di sampingnya, Keysha menatap ke luar jendela, memikirkan banyak hal—terutama tentang seseorang yang tak disangka kembali mengusik hidup mereka: Bryan.“Arka… kamu yakin mau ketemu sama dia?” tanya Keysha hati-hati.Arka mengangguk pelan. “Kita tidak bisa biarkan dia terus bermain di belakang. Aku harus tahu apa maunya. Kamu nggak harus ikut kalau nggak mau.”Keysha menggeleng. “Aku mau ikut. Dia pernah bersikap baik padaku… aku ingin tahu siapa dia sebenarnya, dan apa maunya Sampai harus mengirim pesan seperti itu.”Mereka berhenti di kafe kecil, tempat yang dipilih Bryan. Tempat itu tenang, hampir tak ada pengunjung lain. Begitu melangkah masuk, mereka langsung melihat Bryan yang sudah duduk di pojok ruangan, menyesap espresso sambil menatap ke arah luar jendela.Keysha menarik napas. Ia ingat pertemuan pertama mereka—Brya

  • Menikahi Penguasa   Bab 13: Pesan Tak Dikenal

    Keysha seketika mematung di depan meja, menatap layar ponselnya tanpa berkedip.Pesan itu masih tertera dengan jelas: “Jangan terlalu percaya pada cinta yang datang setelah luka. Karena tak semua luka mudah untuk sembuh sepenuhnya.”Jari-jarinya menggenggam ponsel lebih erat. Sekilas ia menoleh ke jendela—seolah berharap itu hanya angin iseng yang melemparkan ketakutan. Tapi tidak. Ini nyata. Dan seseorang mengirim pesan itu untuknya, dengan maksud tertentu.Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mungkin itu hanya pesan anonim, atau pesan salah kirim. Mungkin hanya orang iseng. Tapi mengapa terasa begitu pribadi? Seolah si pengirim tahu apa yang sedang ia dan Arka jalani. Bahkan tahu luka apa yang sedang mereka coba sembuhkan.Keysha menelan ludah, lalu mengetik balasan.“Siapa kamu?”Belum sampai satu menit, muncul lagi pesan balasan.“Seseorang yang tahu siapa cinta pertama Arka. Dan tahu luka apa yang masih dia sembunyikan.”Keysha terdiam.Degup jantungnya mulai kacau. Tangannya

  • Menikahi Penguasa   Bab 12: Malam, Sebelum Segalanya Berubah

    Suasana kamar terasa begitu hening, hanya suara pendingin ruangan dan detak jarum jam di dinding yang terdengar. Keysha duduk di sisi tempat tidur, mengenakan piyama berbahan katun lembut berwarna biru pucat. Ia menatap cermin kecil di hadapannya sambil menyisir rambut perlahan. Di balik pantulan kaca, ia bisa melihat Arka berdiri di ambang pintu kamar, memandangi dirinya tanpa kata.“Aku belum bisa tidur,” kata Keysha pelan.Arka melangkah masuk, menyandarkan tubuhnya ke dinding di dekat meja rias. “Aku juga.”Hening sejenak. Hanya tatapan mereka yang saling bertaut. Tak ada lagi pembicaraan tentang Alena malam ini, tak ada luka lama yang dibongkar kembali. Tapi ada sesuatu yang berubah di antara mereka—entah lebih dekat atau lebih rapuh, mereka berdua belum tahu pasti.“Kamu masih memikirkan apa yang dikatakan Alena?” tanya Keysha hati-hati, menatap bayangannya sendiri di cermin.Arka berjalan pelan, duduk di ujung ranjang. “Sedikit. Tapi bukan tentang dia. Aku lebih memikirkan soal

  • Menikahi Penguasa   Bab 11: Kebenaran yang Melegakan

    Langit sore tampak kelabu, ketika Arka tiba di kafe tempat yang sudah dijanjikan dengan Alena. Tempat itu terlalu penuh kenangan—dulu mereka sering duduk di meja paling ujung, dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Tapi hari ini, kenangan itu bukan lagi alasan untuk tinggal—melainkan untuk ditutup selama nya.Arka duduk lebih dulu. Tak lama, Alena datang. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya pucat namun tenang."Terima kasih sudah mau datang, Arka," ucap Alena, dengan suara pelan.Arka mengangguk singkat. "Langsung ke intinya saja, kamu bilang ada yang ingin dijelaskan."Alena duduk, tangannya gemetar saat menyentuh cangkir di depannya. Hening beberapa detik sebelum ia berbicara."Kamu marah padaku, dan kamu punya hak penuh untuk melakukan itu," katanya pelan. "Tapi aku ingin kamu tahu... aku tidak meninggalkanmu karena aku tidak mencintaimu."Arka menahan napas. Matanya tajam menatap Alena. "Lalu kenapa kamu tinggalkan aku di hari pernikahan kita? Tanpa penjelasan, tanpa pesan.

  • Menikahi Penguasa   Bab 10: Janji di Ujung Keraguan

    Keysha seketika terdiam. Kata-kata Arka menggantung di udara seperti kabut pekat yang sulit ditembus. Malam yang semula terasa begitu hangat seketika berubah menjadi dingin. Hujan di luar masih turun, tapi kini, yang lebih deras justru suara degup jantungnya sendiri."Alena... mengirim pesan padamu? tapi kenapa?" suaranya nyaris tak terdengar.Arka meletakkan ponsel nya di atas meja. "Baru saja. Aku juga sangat terkejut.""Apa... kamu sudah membaca semua pesannya?" Keysha menelan ludah.Arka mengangguk dengan pelan. "Hanya sebagian."Keysha menatap Arka, mencoba membaca ekspresi wajahnya, mencari sisa-sisa rindu atau luka yang mungkin masih tertinggal."Apa kamu masih terganggu dengan kehadirannya?"Arka menghela napas. "Aku tidak tahu, Keysha. Ini bukan karena aku masih menyimpan rasa pada Alena. Tapi karena aku tidak menyangka dia akan muncul... saat aku baru saja mulai merapikan hidupku lagi, bersamamu."Keysha menunduk, jari-jarinya memainkan ujung bantal di sampingnya. "Apa dia

  • Menikahi Penguasa   Bab 9: Bukan Sekedar Pelarian

    Aroma kopi menyebar perlahan dari dapur yang biasanya sunyi. Keysha berdiri di depan mesin pembuat kopi, memakai apron putih dengan rambut yang diikat asal-asalan. Wajahnya masih menampakkan bekas kantuk, tapi juga ketenangan baru setelah melalui malam yang menguras emosi. Matanya memandangi tetesan kopi yang jatuh perlahan, sembari memikirkan ulang semua percakapan semalam.Arka masuk ke dapur tanpa suara, mengenakan kaus abu-abu polos dan celana panjang. Tak seperti sosok CEO dingin dengan setelan hitam seperti biasa. Kali ini, ia tampak seperti pria biasa—yang mungkin sedang belajar menjadi suami.“Pagi,” ucapnya lirih.Keysha menoleh sambil menyodorkan secangkir kopi. “Pagi. Kamu suka kopi hitam kan?”Arka mengangguk dan duduk di kursi bar dapur. “Iya. Tapi biasanya pahit.”Keysha menyeringai kecil. “Kadang, rasa pahit justru bikin kita sadar kalau yang manis itu bukan segalanya.”Mereka tertawa kecil. Hening setelahnya terasa berbeda. Tidak canggung, tapi nyaman. Seperti dua oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status