Home / Romansa / Menikahi Pewaris Dingin / BAB 119: Peluru Kosong

Share

BAB 119: Peluru Kosong

Author: SolaceReina
last update Huling Na-update: 2025-12-01 20:25:31

Suara tembakan itu memekakkan telinga, bergema di hutan pinus yang beku.

Clara menarik pelatuknya tanpa ragu, tetapi dia menutup mata. Dia merasa pistol itu terlepas dari tangannya.

Ketika dia membuka mata, dia melihat Alex berdiri hanya dua langkah di depannya. Tidak ada darah. Tidak ada goresan.

Alex menatap lubang hitam di rompi anti peluru yang dia kenakan di bawah jaket kulitnya. Rompi itu meredam peluru itu dengan sempurna, meninggalkan bekas gosong kecil.

"Kau menembakku," desis Alex, suaranya dingin dan penuh janji akan pembalasan.

Clara gemetar, bukan karena takut, tetapi karena amarah. Dia gagal. Dia gagal menghentikan Alex.

Alex tidak memberi Clara kesempatan untuk bergerak. Dia menerjang Clara dengan kecepatan brutal. Dalam sekejap, Alex sudah mencengkeram pergelangan tangan Clara, memelintirnya ke belakang punggungnya. Pistol Clara tergeletak di salju.

"Ka
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Pewaris Dingin   BAB 127: Altar sebagai Jebakan Berdarah

    Gereja tua di Berlin telah dihias mewah, tetapi suasana di ruang ganti Alex terasa seperti bunker militer. Alex mengenakan tuksedo hitam, tetapi di bawahnya, ia mengenakan rompi anti peluru dan pistol tersembunyi."Vega tidak akan datang ke pernikahan," ujar Ben, suaranya dipenuhi keraguan. "Dia akan mengirim anak buahnya.""Vega tahu kendaliku atas Clara adalah inti dari Warisan," desis Alex, menatap pantulan dirinya di cermin. "Dia harus melihat kehancuranku. Dia akan datang."Alex menoleh kepada Gerry, kepala tim keamanannya. "Pastikan setiap sudut gereja diawasi. Jangan biarkan siapa pun menyentuh Clara. Aku akan menjadi targetnya."Alex tahu, dengan mengumumkan pernikahan ini secara global, dia telah menjadikan dirinya target utama Vega. Namun, dia ingin Vega melihat **betapa posesifnya dia terhadap Clara, bahkan di tengah bahaya.Sementara itu, di ruang ganti Clara.Clara mengenakan gaun pengantin putih yang sederhana, memilih gaun yang mencerminkan kesepakatan polos mereka (cin

  • Menikahi Pewaris Dingin   BAB 126: Cincin Polos dan Bayangan di Berlin

    Clara menatap cincin emas putih polos di telapak tangannya . Ini bukan cincin berlian, melainkan simbol jujur dari hukuman Alex: pernikahan tanpa klausul pelepasan, ikatan selamanya."Kita akan menikah di Berlin," ujar Alex, nadanya final. "Gereja kecil, hanya kita, Elang, dan Ben. Sisanya akan melihat pernikahan kita di berita. Pemberitahuan formal kepada dunia bahwa kau adalah Nyonya Anggara sejati."Clara mengangguk. "Dan setelah itu, kita bawa Ayahmu dan Elang ke tempat yang aman. Kita perlu rehabilitasi penuh untuk Tuan Anggara. Hanya Elang yang bisa membantunya memulihkan diri dari trauma yang dipaksakan Ibunya."Alex memeluk Clara. Pelukannya kini terasa berbeda, ada unsur kelegaan dan rasa terima kasih yang mendalam, meskipun posesifnya tidak pernah hilang."Kau menyelamatkan keluargaku," bisik Alex, mencium kening Clara. "Aku tidak akan pernah melupakan itu. Tapi ingat, Nyonya Anggara. Aku Jangkar-mu. Kau akan selalu kembali padaku."Seminggu kemudian, Berlin.Suasana tenang

  • Menikahi Pewaris Dingin   BAB 125: Wajah yang Sama dan Rahasia Abu

    Pesan dari kepala keamanan itu menghantam Alex dan Clara seperti kejutan listrik . Ny. Marissa di Yayasan. Bersama seseorang yang sangat mirip Alex. "Siapa lagi?" desis Alex, amarahnya kembali memuncak. Dia sudah mengira dia menang total. Clara segera meraih lengan Alex. "Kita tidak boleh menembus. Itu panti asuhan. Anak-anak ada di sana. Kita pergi sekarang. Kita hadapi dia di tempat yang paling dia benci: tempat kau membangun moral." Mereka bergerak cepat. Alex, Clara, dan tim keamanan kecil mereka menuju Yayasan Anggara-Clara (YAC). Yayasan itu sunyi. Mereka menemukan Ny. Marissa berdiri di tengah halaman, tepat di samping patung Jangkar yang dibuat anak-anak. Di sampingnya berdiri seorang pria. Pria itu mengenakan pakaian sederhana. Wajahnya memang memiliki garis rahang yang sama tajamnya dengan Alex, tetapi matanya lebih tua, lebih lelah. Dia bukan Elang. Dia bukan Alex. Dia adalah... "Ayah," bisik Alex, suaranya benar-benar hancur. Pria di samping Ny. Marissa adal

  • Menikahi Pewaris Dingin   BAB 124: Jejak Abu

    Kepanikan menyebar di penthouse Alex di Berlin . Berita kaburnya Ny. Marissa sudah sampai ke media, dan ancaman pembongkaran Warisan membuat Alex dan Clara tegang. "Dia kabur?" desis Alex, matanya memancarkan kemarahan dingin. "Dia tidak punya apa-apa lagi. Pengakuan Elang sudah direkam. Dokumen Warisan sudah ditandatangani Clara. Apa lagi yang dia miliki?" Ben, yang masih pucat setelah mengurus pelarian di Kroasia, menggeleng. "Dia mengancam akan membakar semuanya, Tuan. Dia bilang dia akan membongkar rahasia abu Warisan." Clara langsung teringat kata-kata Ben. "Abu? Alex, waktu kita di gudang, dia menyebut Warisan Anggara yang busuk. Dia tidak hanya mengancam dokumen. Dia mengancam bukti fisik yang disembunyikan Ayahmu." Alex berjalan mondar-mandir. Wajahnya keras. "Ayahku menyimpan rahasia kotor tentang bagaimana dia membangun Warisan. Jika itu terungkap, bukan hanya reputasi yang hancur, tapi semua aset Warisan yang sah bisa dibatalkan." Alex berhenti, menatap Clara. "Kau pu

  • Menikahi Pewaris Dingin   BAB 123: Hukuman yang Tertunda dan Pembongkaran Warisan

    Di kabin jet pribadi Alex yang mewah, udara terasa tebal oleh pengakuan gila yang baru saja mereka dengar di Amsterdam .Clara duduk di seberang Alex. Elang, saudara kembar Alex, tertidur pulas karena kelelahan, bersandar di bahu Ben.Clara menatap Alex, mengabaikan kemewahan jet itu. Dia memproses kata-kata Elang: Alex sengaja ingin ditembak."Kau gila," bisik Clara, suaranya tercekat. "Kau mempertaruhkan nyawamu hanya untuk membuktikan aku mencintaimu?"Alex bersandar, matanya dingin. Dia tidak menyangkal."Aku perlu tahu," ujar Alex, lugas. "Kau melanggar semua aturanku, bekerja dengan Vega, menembakiku. Aku butuh kepastian. Aku butuh tahu apakah kau akan melindungiku, bahkan jika itu berarti kau harus melanggar hukum. Rompi anti peluru itu adalah taruhan terakhirku.""Itu bukan cinta," balas Clara, suaranya sedikit meninggi. "Itu kontrol yang keji. Itu keposesifan yang sakit.""Itulah caraku mencintai, Nyonya Anggara," potong Alex, tidak ada penyesalan. "Kau tahu itu. Sekarang, pe

  • Menikahi Pewaris Dingin   BAB 122: Pengakuan dan Kekalahan

    Jeritan Elang mengguncang koridor laboratorium yang gelap. Pengakuan yang dibaca Elang dari pikiran Ny. Marissa: Pembunuhan Ayah Alex. Ny. Marissa terdiam, wajahnya pucat pasi, matanya membelalak ketakutan. Senjatanya jatuh ke lantai logam, menimbulkan suara denting yang nyaring. Pengawalnya terkejut, tidak mengerti apa yang terjadi. Alex, yang baru saja bangkit dari lantai setelah melindungi Clara, menatap ibunya. Ekspresinya bukan lagi amarah posesif, melainkan keterhancuran dan kepastian yang dingin. "Kau membunuhnya," desis Alex, suaranya nyaris tak terdengar, tetapi mengandung kekuatan yang mematikan. "Tidak! Elang bohong! Anak itu gila!" teriak Ny. Marissa, mencoba menyangkal sambil menutupi telinganya. Elang menjerit lagi, memegang kepalanya sendiri. "Dia berbohong! Dia takut! Dia melihat racun di gelas Ayah... dia senang... dia ingin Warisan Anggara sendiri!" Clara segera berlari ke sisi Elang, meraih Elang dan menariknya mundur dari jangkauan Ny. Marissa. "Tar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status