Cassandra turun dari ranjang menghampiri meja tersebut, ia mengambil pisau dan menatap Leo yang tertidur pulas, entah apa yang ada dalam pikirannya namun dengan langkah perlahan ia mendekati ranjang dan tanpa aba-aba Casandra langsung naik di atas tubuh Leo. "Cassandra apa yang akan kamu lakukan?" ucap Leo kaget.
Pria itu merasa terkejut saat mendapati Casandra sudah berada tepat di atas tubuhnya menggenggam sebuah pisau dengan raut wajah yang penuh amarah.
"Mati kau bajingan! kamu merusak semua rencanaku," teriak Cassandra sambil menancapkan pisau di dada Leo.
"Ahhk! Cassandra hentikan."
"Aku membencimu, pria brengsek." Sumpah serapah keluar dari mulut Cassandra tanpa menghentikan
Steve duduk di ruang kerjanya sambil memikirkan banyak hal, sesekali jarinya mengetuk meja. Suara pintu ruangan terbuka, Steve langsung menatap ke arah siapa yang datang."Apa kamu sudah mendapatkan petunjuk?" tanyanya pada Han."Belum tuan.""Kenapa kali ini kamu sangat bodoh Han?"Han diam tanpa menjawab pertanyaan Steve, namun dalam hatinya ia menggerutu, "Tuan bagaimana saya bisa menemukan gadis itu sedangkan anda sendiri tidak bisa mengingat wajahnya sedikitpun.""Apa kamu yakin sudah memeriksa cctv setiap sisi dan ruangan hotel?""Saya yakin tuan, dan foto itu satu-satunya petunjuk kita."
"Jadi gadis ini berhutang pada kalian?" tanya Steve masih menatap Zira, "berapa hutangnya?""Dua puluh juta," jawab salah seorang dari mereka.Mata Zira langsung terbelalak. "Tunggu! kenapa kalian menambah jumlah hutangku?""Itu karena ditambah bunganya, ayahmu meminjam sepuluh juta, tapi dalam jangka dua bulan ini dia tidak membayarnya,""Kalian benar-benar memerasku.""Diam!" bentak Steve. "Kalian bawa gadis ini dan enyahlah dari hadapanku," imbuhnya.Steve mendorong Zira ke arah dua pria tersebut, lalu kedua pria tersebut menarik tangan Zira. "Ikut kami dan jangan mencoba untuk kabur, atau kami
"Tuan aku janji akan mengembalikan secepatnya, tapi aku mohon beri aku waktu," rengek Zira.Steve mengambil ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang, setelah panggilan selesai tak lama kemudian Han datang menghampiri mereka.Steve menatap Zira tajam. "Aku beri kamu waktu dua hari, jika kamu tidak bisa mengembalikan dalam jangka waktu yang aku berikan maka bersiaplah kamu untuk memuaskanku," gertaknya."Ba-baik tuan saya setuju," jawab Zira."Han antar dia pulang dan pastikan itu adalah rumahnya, aku tidak mau sampai gadis ini kabur dan membohongiku.""Baik tuan. Nona mari ikut saya."Zira melan
Zira tidak terima Keyla berkata kasar pada ibunya, meski memang ibunya kini hanya terbaring di rumah sakit karena penyakit stroke dan gagal ginjal yang dideritanya, hingga hampir setahun ibu Zira harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit dan tidak cukup sedikit uang untuk membayarnya.Tapi ibu adalah harta paling berharga bagi Zira, dan ia tidak akan pernah rela siapapun menghina ibunya termasuk adik tirinya.Zira sudah menjual sebagian harta orangtuanya, namun uangnya habis tidak hanya untuk perawatan ibunya saja, tapi juga untuk judi oleh ayah tirinya dan Keyla yang gemar shopping.Meski Zira selalu menegur hobi mereka yang tidak berguna, namun ia selalu kalah dan harus mengalah dengan sifat-sifat mereka.
"Tuan Steve anda benar-benar orang yang istimewa, sebuah keberuntungan bagi seorang wanita bisa ada di pangkuan anda saat ini," ucap seorang wanita sexi yang berpakaian minim tengah bergelayut manja di pangkuan Steve. Steve menyeringai, "Lakukan tugasmu, jika kau mampu memuaskanku malam maka aku akan memberikan apapun yang kau inginkan!" ucap Steve sembari memegang dagu wanita itu. Wanita itu pun tersenyum, lalu mencium bibir Steve dengan lembut, perlahan tangannya membuka satu persatu kancing baju Steve dan melepaskannya. Ia Pun melepaskan kaitan penutup dadanya, tangannya bergelayut pada tubuh Steve yang kekar, dengan lidahnya ia menelusuri setiap inci dada bidang Steve dengan liarnya. Steve berusaha menca
"Selamat malam tuan Steve?" sapa Han dengan sopan. "Hemmm!" "Ini berkas-berkas untuk proyek danau merah yang harus anda tandatangani sebelum besok pagi saya berikan kepada kontraktor," Steve menerima berkas yang Han berikan dan menandatanganinya. Han menunggu dalam diamnya namun dalam hati ia bergumam, "Semoga setelah ini aku bisa pulang tanpa tugas baru yang gila lagi." "Besok carikan aku wanita yang benar!" ucap Steve sambil menyodorkan berkas yang ada di tangannya. "Tapi tuan bukankah pelayanan jeni sangat baik?" "Apa kau
"Anda Zira Oliviana?" tanya orang tersebut yang di jawab anggukan oleh sang pemilik nama. "Tuan Bram sudah menunggu, tolong ganti pakaian anda sebelum menemuinya, dan tidak ada penolakan karena ini perintah beliau." ucap seorang pria yang memberikan paper bag pada Zira. Zira memang tidak punya pilihan saat ini, demi ibunya dia menurut dengan apa yang diperintahkan ayah tirinya. Ia menerima paper bag tersebut dan mengikuti pria yang seperti seorang bodyguard tersebut. "Silahkan anda ganti pakaian Anda dulu nona Zira," ucap pria tersebut menunjuk arah kamar mandi. Zira mengangguk dan mengayunkan kakinya ke arah kamar mandi, dan ia pun membuka paper bag tersebut.
"Lepaskan saya tuan," tolak Zira berusaha memberontak."Aku sudah membayar mahal dirimu untuk menyelamatkan keluargamu dan sekarang kamu berani membantahku, cepat ikut aku dan layani aku, setelah itu kita akan bersenang-senang malam ini, hahahaha!""Lepaskan aku! aku tidak mau melayani tua bangka sepertimu!" pekik Zira kembali.Plaaaaaakkkk!Tamparan keras mendarat di pipi Zira hingga terlihat jelas bekas tangan kasar pria tersebut di kulit mulusnya, Zira hanya meringis menahan sakit yang terasa di pipinya."Jika kamu menolak melayaniku malam ini, maka aku tidak akan segan-segan menyuruh orang untuk menghabisi nyawa ibumu," ancam Bramanto.&nb