Share

Morning Sickness?

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2024-05-23 17:01:14

Pov Kara

Hari ini Aku merasa benar-benar sedih, ntah tidak tau mengapa alasan yang jelasnya. Moodku berantakan, Aku tidak memiliki gairah untuk belajar sampai ketika seseorang duduk di sebelahku dan itu menambah kekesalan.

"Kamu mahasiswa pindahan itu 'kan?" katanya dengan wajah setengah tersenyum.

"Iya...," balasku singkat tidak memiliki tenaga.

"Kenapa pindah? Kamu nakal ya," tuduhannya menambah bete.

Aku enggan berbicara bahkan hanya untuk menganggapi laki-laki itu, sudah cukup om-om dingin dan menyebalkan yang ada di rumah. Aku hanya ingin ketenangan baru saja mengharapkan itu Aku dihadapkan lagi dengan dosen killer yang bertanya.

"Yang di belakang silahkan berikan pendapat Anda!" katanya menunjuk ke arahku.

Aku kemudian berdiri dan siap membuka mulut tapi, dosen tersebut kembali berujar.

"Kamu!" perintahnya menunjuk laki-laki yang tersenyum singkat padaku saat Aku ingin kembali duduk dengan kesal.

"Kamu pulang sama siapa? mau Aku antarin?" tanyanya sedikit berlari sehingga tepat sekarang berada di sampingku.

Kami menuruni tangga karena lift sedang tidak berfungsi untung saja hanya dari lantai tiga, bayangkan saja jika Kami belajar di lantai sepuluh, pasti akan sangat melelahkan.

"Nggak perlu," balasku cuek bersamaan dengan itu ponselku berdering.

'Om-om dingin'

"Langsung pulang!" perintah om-om dingin yang menjadi penyebab moodku berantakan ini padahal Aku mau mampir beli es cream dulu.

"Siapa? bokap Lo ya?" tanya laki-laki di sebelahku.

"Iya...."

Sambungan langsung dimatikan oleh om-om dingin, di parkiran asistenku sudah menunggu dengan mobil yang tentu saja milik Marco. Ia sedikit melambai dan tersenyum seraya mengerutkan kening pada orang yang berjalan bersamaku.

"Lo lagi bete ya?" tanyanya yang Aku angguki saja.

"Tolong dong," kataku memberikan tas pada wanita yang membukakan pintu mobil untukku.

"Hati-hati ya," ujar laki-laki itu yang masih berdiri di dekat mobil.

Saat mobil Kami keluar Ia pun menaiki mobil yang ada di samping mobil ini tadi. Aku hanya mendengus.

"Tuan Marco meminta Anda langsung pulang Nyonya," kata wanita ini dan Aku pun merengut.

"Padahal 'kan Aku mau es cream," keluhku tapi, Kami tidak bisa berbuat apapun karena pada akhirnya Kami pun harus langsung pulang.

Mobil berhenti tepat di depan pintu rumah yang dimana dua orang satpam berdiri dan siap membukakan pintu mobil. Aku turun usai berbincang sedikit dengan asistenku mengenai tugas kuliah dan kemana perginya om-om dingin akhir-akhir ini. Kami juga usai membicarakan Kak Abella, istri om-om dingin.

Setelah satu bulan Aku tinggal di rumah ini barulah kelihatan aslinya Kak Abella seperti apa, sangar dan menakutkan wanita dewasa yang dominan dan independent sedangkan Aku hanya perempuan manja yang yah tidak terbiasa akan tekanan.

Sejujurnya tidak pernah ada rasa menyenangkan menjadi istri kedua jangankan istri kedua menjadi pacar kedua saja seperti benalu yang hidup di sebuah pohon yang jelas-jelas pohon itu bukan milik kita. Apalagi berada di satu rumah, rasanya serba salah.

"Nyonya baru pulang?" tanya seorang maid yang biasa menyiapkan makanan di dapur.

"Iya nih...panas banget di luar," ujarku seraya mengambil segelas air dingin yang disuguhkan maid tersebut.

"Iya ni Nya...Nyonya ada yang di mau?" tanyanya lagi padaku Aku pun berpikir sebentar.

"Es cream ada?" kataku tersenyum berharap di rumah ini ada menyimpan sesuatu yang Aku inginkan.

"Nggak ada Nya," balas wanita itu memelas bahuku seketika merosot dan Aku kembali lemas.

"Yaudah deh...Aku ke kamar ya bik." Maid itupun mengangguk dan Aku berjalan memasuki lift.

Sepulang dari kampus Aku belum ada melihat Om-Om dingin a.k.a Marco, ntahlah ke mana dia apa masih di Kantor. Aku tidak tau, Aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan sebentar tubuh ke atas kasur sebelum mengganti pakaian. Baru ingin membuka pakaian, tiba-tiba pintu kamarku terbuka tanpa ada ketokan laki-laki itu masuk.

"Astaga ketok pintu dulu kek," ketusku membalikkan tubuh berniat mengancingkan kembali kemeja tapi, belum sempat Aku menyelesaikannya laki-laki itu sudah menghentikannya. Demi apapun Dia nggak mungkin 'kan minta jatah di siang hari. Tangannya menyentuh lenganku hingga turun ke punggung tangan dan yah sesuatu dingin menyentuh tanganku.

"Ini apa?" tanya menaikkan sebelah alis.

"Es cream," balasnya polos lah iya Aku tau ini es cream tapi, tumben sekali Ia memberikan sesuatu padaku berupa makanan.

"Buat Gue?" ujarku meyakinkan diri bahwa apa yang dia kasih ini memang tidak salah.

"Iya...." lagi-lagi jawabannya begitu polos dan Akupun tertawa, Aku sudah menahan tawa ini sedari tadi.

"Hahahah...."

"Dia dingin tapi, sangat manis sama seperti es cream ini." Aku berujar dalam hati sambil duduk di pinggir ranjang sedangkan dia duduk di meja rias dan mengamatiku.

Sedikit demi sedikit Aku mengambil es cream lalu memasukkannya ke dalam mulut. Suapan pertama membuatku memejamkan mata saking enaknya, Om-om dingin itu masih duduk di depanku seperti memerhatikan.

"Om mau juga?" tanyaku dengan santai yah setelah dua minggu tinggal dengannya Aku tidak punya sebutan untuk laki-laki itu jadi Aku memanggilnya dengan sebutan 'Om'

Walaupun awalnya Ia sangat kesal dan enggan tapi, Aku tetap kekeuh alhasil Ia menyerah.

"Kamu pikir Saya suami Tante Kamu," ujarnya dengan wajah sangar berdiri tegap di depanku sambil menunjukkan mata tajamnya.

Aku lantas tertawa bukan karena wajahnya tapi, karena sesuatu yang ada di rambutnya.

"Ihh rambut Om ada kutunya...."

"Kamu melamun?" ujarnya menyadarkanku kulihat es cream ini hampir mencair.

"Om ngapain sih masih di sini," balasku tidak menanggapi dirinya.

Usiaku dan Om dingin terbilang jauh dan itu sulit Aku menyamakan pembicaraan Kami. Lebih banyak diam dan kurang komunikasi terlebih Om dingin memiliki istri pertama dan juga pekerjaan yang banyak. Aku tidak pula berekspektasi hubungan Kami akan seharmonis itu mereka hanya menginginkan bayi dan sampai sekarang Aku belum mengandung.

Pernah Aku mual-mual di pagi hari tepatnya di jam sepuluh pagi, semua orang rumah mendadak khawatir apalagi ciri-ciri yang kualami persis seperti hamil muda padahal Aku belum siap sama sekali itu, wajahku pucat.

"Kamu kayaknya morning sickness deh Ra," ujarnya ikut masuk ke dalam kamar sedangkan Om dingin sudah duduk di sampingku sembari mengecek ponsel.

"Apa itu morning sickness Kak?" tanyaku yang sama sekali tidak paham akan orang yang mengalami hamil muda.

"Kita panggil dokter aja ya," ujar Om dingin ikut pembicaraan Abella pun mengangguk.

"Iya...dokter spesialis kandungan Marco," jelas Kak Abella lagi sampai dua orang dokter pun datang tidak tanggung-tanggung. Ini sangatlah berlebihan.

Dokter itupun kemudian memeriksaku, perutku dicek begitupun dengan tensi darah semuanya normal. Dan begitupun perutnya yang tidak ada apa-apa karena takut salah diagnosis si dokter spesialis kandungan meminta dokter umum pun memeriksaku kembali. Dan Aku mengalami asam lambung sebab telat makan mangkanya efeknya muntah-muntah. Semua orang sudah panik tapi, Aku justru sakit bukan karena hamil. Kak Abella sedikit memelas berbeda dengan Marco yang tidak ada ekspresi apapun tapi, Ia langsung meminta para chef mengatur jadwal makan Aku dan asisten pribadiku dimarahi.

****

Thanks guys

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pria Dingin   Fantasi

    Happy ReadingBabymoon yang diidamkan semua wanita tanpa terkecuali Kara walaupun Ia tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang Ibu dalam usia yang cukup muda. Kara tidak pernah berpikir akan menikah muda. Sepuluh tahun yang lalu ketika Ia mengobrol pada orang tuanya di ruang tamu Ia mengatakan bahwa Ia ingin menikah setelah menjadi ceo di perusahaan milik orang tuanya. "Mami...Aku nggak mau nikah muda," celoteh Kara kecil sambil melihat televisi yang menampilkan seorang perempuan bussiness independent dengan setelan blazer dan tas ala perempuan dewasa yang sangat sibuk. "Kamu mau jadi seperti Dia?" tanya Ayah Kara seraya merangkul putrinya yang sedang memeluk sang Ibu. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga, sangat hangat dan damai. "Tentu saja Papi, siapa sih yang nggak mau kayak putri Isabella," balas Kara yang saat itu sangat mengidolakan seorang wanita yang juga sangat lincah. "Kalau begitu belajar yang rajin Papi akan menyiapkannya untuk Kamu." "Siap Papi

  • Menikahi Pria Dingin   Badmood

    Happy Reading"Aku pengennya naik pesawat yang biasa," rengek Kara saat sudah menaiki pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke London.Setelah mengetahui bahwa isi pesawat ini hanya mereka berdua dan dua asisten lainnya Kara merasa sangat sepi dan Dia ingin keramaian. Bukannya lebih nyaman dan leluasa jika hanya ada mereka pikir Marco Ia tidak mengerti dengan keinginan Ibu hamil itu. "Kara...yang ini lebih nyaman," jelas Marco wajah Kara lantas mendadak merengut Ia pun mengajak wanita itu berjalan ke belakang menuju ke sebuah ruangan yang ternyata adalah kamar. "Tapi sepi," keluh wanita itu kalau sudah begini sudahlah Marco membujuknya. "Tidak...Kamu bisa menonton film." Marco lalu menghidupkan netflix mencarikan film disney yang disukai oleh Kara. "Nggak...Aku nggak suka." lama Kara merengut dan tidak ingin berbunyi pada Marco sampai dua puluh menit berlalu seseorang pun mengetuk pintu Marco pun bangkit dan membukanya. Laki-laki itu lalu membuka sesuatu yang ada di tanga

  • Menikahi Pria Dingin   Kedatangan Tamu

    Happy ReadingMarco mengantar pulang Kara keesokan paginya, setelah mengecup bibir Kara sekilas Marco membiarkan wanita itu masuk yang ditemani oleh Lala. Ia tidak lagi turun karena harus langsung pulang. Wajah Kara tampak lemas karena semalaman itu hanya tidur sebentar, sementara di lain tempat Abella dengan wajah masam menyambut pagi hari ini. Matahari yang sudah naik tidak membuatnya beralih dari tempat duduk, kulitnya menyala oleh sinar matahari pagi ini. Wanita itu mengenakan dress satin tanpa lengan dengan belahan yang sangat turun. Marco turun dari mobilnya lalu langsung masuk ke dalam tidak perlu sampai ke parkiran karena ada anak buahnya yang akan melakukan hal tersebut. Marco naik melalui lift langsung masuk ke kamar Abella. Ia pun mengecup kening wanita itu. "Dari mana saja Kamu," sambut Abella dengan pertanyaan, seolah Marco habis pulang dari tidur dengan selingkuhan. "Dari kantor sayang," balas Marco tidak ingin jujur jika Ia semalaman bersama dengan Kara. Melihat ked

  • Menikahi Pria Dingin   Di Kantor

    Happy Reading"Maafkan keluargaku Om," ujar Kara seraya menundukkan kepala dengan meletakkan kedua tangannya di depan Ia sangat merasa bersalah dengan masalah ini. Delapan jam yang lalu Marco langsung menerbangkan helikopter ke tempat Kara tinggal dahulu yaitu rumah pamannya, Marco turun dengan setelan kemeja hitam dan tuxedo yang warnanya senada. Laki-laki itu berjalan dengan keenam bodyguardnya masing-masing memiliki tugas. Ada yang membawakan koper hitam, membawakan tas hingga membawa sebuah senjata. Wajah Marco tampak kaku dengan rahang mengeras laki-laki itu berjalan dengan langkah kaki yang tegap tidak seperti biasanya Ia jauh lebih sangar. Paman Kara yang hampir duduk di sofa ruang tamu mendadak panik sekaligus takut, Ia tidak menyangka Marco akan langsung ke sini setelah mendengar apa yang Ia lakukan. "Selamat siang Tuan Marco, Saya tidak tau jika Tuan akan ke sini padahal Kami bisa menyiapkan diri dulu," sapa Paman Kara dengan wajah yang dipaksakan untuk tersenyum. "Tid

  • Menikahi Pria Dingin   Curiga

    Happy Reading"Tugas Kamu itu hanya melayani Saya!" Marco membelai pundak Kara wanita itu hanya bisa menggeliat menahan geli yang sedari tadi menghinggapinya. Marco seringkali mampir ke sini hanya untuk bercinta pada istri keduanya sementara Abella kembali sibuk dengan pekerjaan dan juga bisnis yang baru di bukanya. Lagi pula Abella tidak bisa lagi memberikan hasrat kepada Marco sebab Ia tidak tertarik. Semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Abella. Wanita itu juga menjalani perawatan jalan yang seminggu sekali harus chek up. Kara mencoba untuk tetap berdiri dengan tenang agar tidak tumbang sedangkan Marco terus-menerus melakukan foreplay. Kehamilan Kara memasuki usia delapan bulan di mana sudah sangat besar dan turun. Teman-teman Kara masih tidak ada yang tau kecuali Bagas, yang sekarang harus duduk di meja hijau mendapatkan interogasi dari kedua temannya yang lain. "Lo sembunyikan di mana Kara?" tuding Della di siang hari bolong ini belum lagi menghadapi cuaca panas kini Ba

  • Menikahi Pria Dingin   Hutang

    Happy ReadingLagi-lagi Kara hanya bisa menggeleng dengan kelakuan Abella yang senantiasa sangat menyebalkan. Wanita itu sekarang kembali ke villa dan marah-marah tidak jelas. "Sekarang Kamu juga mau mengambil Marco dari Saya," ujarnya seraya menunjuk-nunjuk wajah Kara wanita hamil itu hanya memakan es cream sambil duduk dengan tenang tidak ingin terbawak emosi walaupun ingin sekali Ia mencabik-cabik wajah wanita itu. "Tenang Kara tenang. Dia pasti lagi meninggalkan ulah." Kara mengelus dadanya sedangkan Lala berdiri di samping wanita hamil ini takut sekali jika Abella akan melakukan sesuatu pada Kara. "Kamu membuat Marco nggak pulang," teriak Abella lagi Kara pun berdiri agar sejajar dengan wanita ini."Dia yang mau tinggal bukan Aku yang memintanya," balas Kara dengan tenang seraya berucap dengan sopan. "Dasar wanita penggoda," cibir Abella mendengar itu Kara langsung mengerutkan kening. "Nggak perlu digoda, Marco memang nafsuan padaku," kata Kara hendak berbalik tapi, Abella l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status