Barbakara Victoria Selena terpaksa menikah dengan pria yang sudah memiliki istri. Marco Alexandria Welden merupakan pria yang berpengaruh di dunia, memiliki perusahaan dengan banyak cabang. Karena hutang almarhum kedua orang tuanya Barbakara tidak bisa menolak sebab ancaman. Dibalik itu pula Marco menginginkan keturunan. Mampukah Kara memberikan Marco keturunan? Haruskah Ia menjadi yang kedua diantara wanita yang dicintai suaminya?
ดูเพิ่มเติมHappy Reading
"Menikah?" ulang seorang gadis yang duduk bersimpuh tak jauh dari pintu kamar seraya memegang ujung piyama. Ini baru hari ketujuh orang tuanya meninggal dan Ia sudah mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan."Percayalah kamu tidak akan merasakan hidup kesusahan," balas seorang laki-laki sambil sesekali melihat ponsel dan keponakannya itu bergantian."Tapi dia sudah memiliki istri Paman," timpal gadis itu lagi tak setuju. Bagaimana Ia bisa menikahi pria yang sudah memiliki istri.Melihat bagaimana perawakan dan wajah dingin laki-laki itu kemarin saja sudah membuat tubuh gadis itu mendadak menggigil apalagi harus diminta untuk menikahinya, terlebih ketika gadis itu melihat bagaimana laki-laki itu menjawab panggilan istrinya sangat tidak mungkin Ia dapat hidup diantara kedua pasangan tersebut."Dia membutuhkan keturunan...." laki-laki itu berdiri lalu mendekati gadis ini dan melanjutkan kalimatnya."Jangan lupakan bahwa orang tuamu memiliki hutang pada Dia." lalu laki-laki itu berlalu pergi sebelum benar-benar keluar dari rumah yang ditempati gadis itu Ia kembali berujar."Dia akan ke sini besok...persiapkan dirimu."****Barbakara Victoria Selena adalah anak tunggal dari pasangan pemilik perusahaan furnitur yang dibesarkan dengan sangat baik, gadis dengan perawakan yang tinggi dan juga berwajah bak dewi dengan visual yang sangat sempurna, hidung mancung dipadukan oleh alis tebal tidak heran jika semua orang menginginkannya. Namun, sayang gadis yang sudah terbiasa hidup dengan kemewahan tersebut tiba-tiba harus dihadapkan dengan penderitaan yang mengubahnya seratus delapan puluh derajat.Satu minggu yang lalu orang tuanya kecelakaan hingga tewas dan meninggalkan hutang yang sangat banyak, ditambah dengan berita tersebut saham perusahaan jatuh alhasil semuanya di sita oleh bank. Tidak hanya itu orang tua Kara meninggalkan hutang dengan seorang investor luar negeri yang sama sekali Kara tidak tau bahwa jaminannya adalah dirinya.Bulir-bulir air mata sedari tadi membasahi wajah Kara yang sedang duduk bersimpuh di lantai dingin bersandar dengan kasur menjadi tumpuhannya. Gadis yang baru saja duduk dibangku semester dua itu tidak sanggup menikah di usia dini, terlebih Ia sama sekali tidak mengenal pria tersebut. Parahnya laki-laki itu juga memiliki istri.Miris. Kara merutuki dirinya sendiri seraya terisak."Kenapa Aku tidak ikut meninggal bersama orang tuaku saja Tuhan...." Kara mengeluh seraya mengingat kehidupannya yang sebelum ini.Orang tuanya sangat menyayangi Kara, tidak sekalipun Kara kekurangan apapun. Keinginannya selalu dituruti bahkan sebelum masuk ke Universitas internasional Kara sudah di daftarkan di Universitas Harvard tapi, Ia menolak karena tidak ingin jauh dari orang tuanya."Kenapa engkau tidak adil Tuhan...," rutuk Kara Ia merasa bingung harus melakukan apa sekarang terbesitlah di dalam dirinya untuk bunuh diri tapi, Ia bingung caranya seperti apa.Kara tidak berani bahkan saat ini kakinya keluh untuk hanya sekadar berdiri. Seharian ini Ia habiskan hanya untuk menangis selepas mendengar apa yang dikatakan pamannya tadi."Aku harus bagaimana...," pekik Kara lalu bersamaan dengan itu pintu kamarnya dibuka paksa."Kamu kenapa Kara?" tanya Tantenya yang langsung khawatir dan menghampiri gadis itu."Aku tidak ingin menikah Tante," keluh gadis itu dan wanita itupun mendekat lalu memeluk Kara."Kamu tidak bisa menolak Kara," ujar wanita paru baya yang sekarang mengelus rambut gadis ini. Kara terdiam dengan masih berlinang air mata. Kepalanya berada di paha wanita ini yang kini menjadi sandarannya selepas kepergian malaikat terbaik di dalam hidupnya."Ini sudah takdir Kamu...dengan begitu Kamu tidak harus merasakan hidup susah Kara," lanjut wanita itu lagi mereka juga tidak bisa membantu apapun karena hutang yang dimiliki orang tua Kara sangatlah banyak.Kara meringis membayangkan tinggal satu rumah dengan istri dari suaminya. Tidak. Kara merasa ini bukan jalan yang benar melainkan kesesatan yang akan membuat dirinya terkekang."Tapi Kara benar-benar tidak ingin Tante...apakah tidak ada solusi lain?" ungkap Kara yang berharap ada jalan yang bisa menyelamatkan dirinya. Bahkan menjadi pembantu sekalipun, setidaknya lebih baik dari pada menjadi istri kedua."Inilah solusi yang terbaik Kara...bukankah Kamu tidak ingin membuat Mami dan Papimu sedih." kalimat itu mengingatkan kembali Kara pada kedua orang tuanya.Terpaksa Kara harus menerima semua ini, selepas keluarnya Tante Kara gadis itu kembali berdiam diri di kamar menunggu keajaiban jikalau ada.Dilain tempat seorang laki-laki sibuk dengan berkas yang ada di hadapannya. Seharusnya Ia sudah pulang sejak dua jam yang lalu, menenangkan istrinya yang sekarang sedang merasa sedih.Setiap rumah tangga memiliki ujiannya masing-masing, tidak ada pernikahan yang sempurna. Pernikahan bukan akhir dari penyelesaian masalah, melainkan menciptakan masalah baru akan tetapi setiap pernikahan tentu memiliki solusinya masing-masing tergantung pada pasangan suami istri itu sendiri.Dan inilah yang menjadi solusi dari pasangan yang sudah menikah hampir lima tahun tersebut. Merelakan suami menikah kembali tentu tidaklah mudah tapi, apa daya wanita itu harus kuat. Desakan dari keluarga dan juga perusahaan yang menginginkan penerus tentu harus dipenuhi, sedangkan sang istri tak bisa memenuhi hal tersebut."Sayang apakah Kau sudah tidur?" tanya laki-laki tersebut mengirim pesan pada istrinya pukul 22:13 waktu Indonesia bagian barat.Tak lama pesannya pun dibalas,"Belum nih sayang...Aku masih nonton," alibi wanita itu berbohong yang sebenarnya Ia sedang merenung. Ketika sang suami menelponnya dengan cepat-cepat Ia menghidupkan n*****x."Kenapa belum tidur?" tanya laki-laki itu seraya memandang istrinya."Aku masih nonton Sayang," balasnya melebarkan senyum walaupun ada rasa getir di dalam hatinya."Jangan terlalu malam, besok Kita akan pergi," ingat laki-laki itu yang sekarang kembali melihat berkas mendengar itu istrinya langsung terdiam dan berubah raut wajah tapi, laki-laki itu tidak melihatnya."Kamu ingat bukan?" tanyanya kembali melihat istrinya."Tentu Aku mengingatnya...lamaranmu untuk Dia." Mereka lantas sama-sama terdiam, tidak ada kebahagiaan hanya ada keikhlasan siapa yang bahagia jika suaminya akan menikah lagi dan itu atas permintaannya pula.Bibirnya keduanya seakan keluh, laki-laki itu kembali fokus pada pekerjaannya hanya itu yang bisa Ia lakukan untuk mengalihkan ingatan dia tentang luka yang Ia berikan pada sang istri.****Thanks guysHappy ReadingBabymoon yang diidamkan semua wanita tanpa terkecuali Kara walaupun Ia tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang Ibu dalam usia yang cukup muda. Kara tidak pernah berpikir akan menikah muda. Sepuluh tahun yang lalu ketika Ia mengobrol pada orang tuanya di ruang tamu Ia mengatakan bahwa Ia ingin menikah setelah menjadi ceo di perusahaan milik orang tuanya. "Mami...Aku nggak mau nikah muda," celoteh Kara kecil sambil melihat televisi yang menampilkan seorang perempuan bussiness independent dengan setelan blazer dan tas ala perempuan dewasa yang sangat sibuk. "Kamu mau jadi seperti Dia?" tanya Ayah Kara seraya merangkul putrinya yang sedang memeluk sang Ibu. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga, sangat hangat dan damai. "Tentu saja Papi, siapa sih yang nggak mau kayak putri Isabella," balas Kara yang saat itu sangat mengidolakan seorang wanita yang juga sangat lincah. "Kalau begitu belajar yang rajin Papi akan menyiapkannya untuk Kamu." "Siap Papi
Happy Reading"Aku pengennya naik pesawat yang biasa," rengek Kara saat sudah menaiki pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke London.Setelah mengetahui bahwa isi pesawat ini hanya mereka berdua dan dua asisten lainnya Kara merasa sangat sepi dan Dia ingin keramaian. Bukannya lebih nyaman dan leluasa jika hanya ada mereka pikir Marco Ia tidak mengerti dengan keinginan Ibu hamil itu. "Kara...yang ini lebih nyaman," jelas Marco wajah Kara lantas mendadak merengut Ia pun mengajak wanita itu berjalan ke belakang menuju ke sebuah ruangan yang ternyata adalah kamar. "Tapi sepi," keluh wanita itu kalau sudah begini sudahlah Marco membujuknya. "Tidak...Kamu bisa menonton film." Marco lalu menghidupkan netflix mencarikan film disney yang disukai oleh Kara. "Nggak...Aku nggak suka." lama Kara merengut dan tidak ingin berbunyi pada Marco sampai dua puluh menit berlalu seseorang pun mengetuk pintu Marco pun bangkit dan membukanya. Laki-laki itu lalu membuka sesuatu yang ada di tanga
Happy ReadingMarco mengantar pulang Kara keesokan paginya, setelah mengecup bibir Kara sekilas Marco membiarkan wanita itu masuk yang ditemani oleh Lala. Ia tidak lagi turun karena harus langsung pulang. Wajah Kara tampak lemas karena semalaman itu hanya tidur sebentar, sementara di lain tempat Abella dengan wajah masam menyambut pagi hari ini. Matahari yang sudah naik tidak membuatnya beralih dari tempat duduk, kulitnya menyala oleh sinar matahari pagi ini. Wanita itu mengenakan dress satin tanpa lengan dengan belahan yang sangat turun. Marco turun dari mobilnya lalu langsung masuk ke dalam tidak perlu sampai ke parkiran karena ada anak buahnya yang akan melakukan hal tersebut. Marco naik melalui lift langsung masuk ke kamar Abella. Ia pun mengecup kening wanita itu. "Dari mana saja Kamu," sambut Abella dengan pertanyaan, seolah Marco habis pulang dari tidur dengan selingkuhan. "Dari kantor sayang," balas Marco tidak ingin jujur jika Ia semalaman bersama dengan Kara. Melihat ked
Happy Reading"Maafkan keluargaku Om," ujar Kara seraya menundukkan kepala dengan meletakkan kedua tangannya di depan Ia sangat merasa bersalah dengan masalah ini. Delapan jam yang lalu Marco langsung menerbangkan helikopter ke tempat Kara tinggal dahulu yaitu rumah pamannya, Marco turun dengan setelan kemeja hitam dan tuxedo yang warnanya senada. Laki-laki itu berjalan dengan keenam bodyguardnya masing-masing memiliki tugas. Ada yang membawakan koper hitam, membawakan tas hingga membawa sebuah senjata. Wajah Marco tampak kaku dengan rahang mengeras laki-laki itu berjalan dengan langkah kaki yang tegap tidak seperti biasanya Ia jauh lebih sangar. Paman Kara yang hampir duduk di sofa ruang tamu mendadak panik sekaligus takut, Ia tidak menyangka Marco akan langsung ke sini setelah mendengar apa yang Ia lakukan. "Selamat siang Tuan Marco, Saya tidak tau jika Tuan akan ke sini padahal Kami bisa menyiapkan diri dulu," sapa Paman Kara dengan wajah yang dipaksakan untuk tersenyum. "Tid
Happy Reading"Tugas Kamu itu hanya melayani Saya!" Marco membelai pundak Kara wanita itu hanya bisa menggeliat menahan geli yang sedari tadi menghinggapinya. Marco seringkali mampir ke sini hanya untuk bercinta pada istri keduanya sementara Abella kembali sibuk dengan pekerjaan dan juga bisnis yang baru di bukanya. Lagi pula Abella tidak bisa lagi memberikan hasrat kepada Marco sebab Ia tidak tertarik. Semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Abella. Wanita itu juga menjalani perawatan jalan yang seminggu sekali harus chek up. Kara mencoba untuk tetap berdiri dengan tenang agar tidak tumbang sedangkan Marco terus-menerus melakukan foreplay. Kehamilan Kara memasuki usia delapan bulan di mana sudah sangat besar dan turun. Teman-teman Kara masih tidak ada yang tau kecuali Bagas, yang sekarang harus duduk di meja hijau mendapatkan interogasi dari kedua temannya yang lain. "Lo sembunyikan di mana Kara?" tuding Della di siang hari bolong ini belum lagi menghadapi cuaca panas kini Ba
Happy ReadingLagi-lagi Kara hanya bisa menggeleng dengan kelakuan Abella yang senantiasa sangat menyebalkan. Wanita itu sekarang kembali ke villa dan marah-marah tidak jelas. "Sekarang Kamu juga mau mengambil Marco dari Saya," ujarnya seraya menunjuk-nunjuk wajah Kara wanita hamil itu hanya memakan es cream sambil duduk dengan tenang tidak ingin terbawak emosi walaupun ingin sekali Ia mencabik-cabik wajah wanita itu. "Tenang Kara tenang. Dia pasti lagi meninggalkan ulah." Kara mengelus dadanya sedangkan Lala berdiri di samping wanita hamil ini takut sekali jika Abella akan melakukan sesuatu pada Kara. "Kamu membuat Marco nggak pulang," teriak Abella lagi Kara pun berdiri agar sejajar dengan wanita ini."Dia yang mau tinggal bukan Aku yang memintanya," balas Kara dengan tenang seraya berucap dengan sopan. "Dasar wanita penggoda," cibir Abella mendengar itu Kara langsung mengerutkan kening. "Nggak perlu digoda, Marco memang nafsuan padaku," kata Kara hendak berbalik tapi, Abella l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น