Barbakara Victoria Selena terpaksa menikah dengan pria yang sudah memiliki istri. Marco Alexandria Welden merupakan pria yang berpengaruh di dunia, memiliki perusahaan dengan banyak cabang. Karena hutang almarhum kedua orang tuanya Barbakara tidak bisa menolak sebab ancaman. Dibalik itu pula Marco menginginkan keturunan. Mampukah Kara memberikan Marco keturunan? Haruskah Ia menjadi yang kedua diantara wanita yang dicintai suaminya?
ดูเพิ่มเติมHappy ReadingKara memandang jam di layar ponselnya. "Wow, sudah jam 10 malam," dia berkata ke diri sendiri. Hari ini, dia tidak memiliki kelas kuliah karena libur. Dia berpikir tentang apa yang harus dilakukan pada hari ini. Mereka memiliki beberapa pilihan, seperti pergi ke bioskop, bermain game, atau melakukan kegiatan amal.Kara memutuskan untuk melakukan kegiatan amal. Dia telah lama ingin berpartisipasi dalam kegiatan amal, tapi belum sempat. Hari ini, dia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Dia memutuskan untuk pergi ke tempat pengumpulan bahan makanan yang terdekat.Setelah berjalan beberapa menit, Kara tiba di tempat pengumpulan bahan makanan. Dia melihat beberapa orang lain yang juga berpartisipasi dalam kegiatan amal. Mereka semua sedang mengumpulkan bahan makanan untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.Kara mulai mengumpulkan bahan makanan. Dia memilih beberapa bungkus makanan ringan dan beberapa botol air mineral. Dia juga menemukan beberapa bungkus makan
Happy ReadingKara dengan penampilannya dari klinik kecantikan langsung menuju Kafe yang biasanya Ia dan teman-temannya berkumpul sepulang dari kuliah. Mengingat kejadian kemarin wajahnya mendadak blushing, hari ini Ia ada kegiatan belajar bersama dengan Hana, Della dan juga Bagas. Sesampainya di Kafe Kara turun dari mobil saat ingin ditemani Ia mengangkat tangan sebelah kiri pertanda tidak perlu, Kara pun berjalan menuju tempat duduk teman-temannya. Saat melihat Kara mereka pun langsung tersenyum dan terperangah, tidak heran semuanya menyukai gadis itu karena memang Kara sangatlah cantik, terlebih ketika gadis itu saat ini. Kara mengenakan crop top dengan bawahan jeans cutbry ditambah rambutnya habis di curly jauh bertambah cantik. "Hai...Kara...." sapa mereka semua dengan kompak. "Ahh Kamu cantik banget...," puji Hana yang langsung menyentuh tangan Kara seperti gadis kebanyakan yang heboh akan sesuatu. "Bagas...are you okay?" tanya Kara melihat Bagas yang diam saja sedari tadi.
Happy ReadingMalam ini Kara dan Marco melakukan hubungan intim selayaknya suami istri untuk memenuhi keinginan Abella. Seperti permintaan Abella Marco sebisa mungkin memakai perasaan walaupun sangat sulit baginya. Laki-laki itu mengecup bibir ranum milik istri keduanya yang masih sangat kaku ini. "Rileks Kara...," bisik Marco seraya menyapu telinga wanita itu, Kara meremang merasakan dirinya seperti disengat oleh sesuatu geli dan perasaan yang tidak bisa Ia deskripsikan. Walaupun sebenarnya ini bukan kali pertama tetap saja bagi Kara merasakan hal ini. Sapuan Marco turun tangannya mulai mengelus perut Kara yang masih rata menghantarkan kupu-kupu yang berterbangan. Kara hanyut, Ia merasa kepalanya pusing hingga satu tangan Marco masuk ke dalam celana dalam, mengobrak-abrik bagian tubuh paling sensitif milik wanita ini. Tangan yang satunya pun tidak tinggal diam meremas gunung kenyal yang sekarang terasa sangat kencang. "Eumm...kepala Aku pus...singgg Ooom," rintih Kara meremas ra
Happy ReadingSetelah hari itu Kara akhirnya memutuskan untuk pulang tepat waktu, walaupun begitu Marco tetap saja dingin pada dirinya sampai hari itupun tiba mereka dengan terburu-buru ke rumah sakit karena Abella mau kembali ke ruangan ICU. Tubuh wanita itu sudah sangat kurus, Ia hanya mengandalkan makanan dari inpus. Kara berdiri di depan ruangan sedangkan Marco mengurus semua keperluan Abella. "Masa satu dokter pun tidak ada yang mampu," ujar Marco berbicara dengan nada meninggi saking kesalnya Ia pun memukul salah satu bodyguardnya. Kara hanya menunduk takut dan juga tidak mengerti harus apa, sampai seorang dokter pun keluar. "Nyonya Abella sudah stabil," ujarnya Marco hendak masuk tapi, belum diizinkan. "Ruangan ini sangat sensitif Tuan, sebaiknya tunggu pasien lebih baik," kata Dokter tersebut terpaksa Marco menurut. Kara yang mendengar hal itupun dapat bernapas dengan tenang, mereka pun duduk di depan ruangan. Kara ditemani oleh Lala sementara Marco bolak-balik ntah mengu
Happy ReadingMalam hari di rumah Marco dan Kara. Ruang tamu yang nyaman dengan dekorasi elegan. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Pintu depan terbuka, dan Kara masuk dengan wajah lelah namun berusaha tetap tersenyum. Marco sedang duduk di sofa, wajahnya gelap dan tegang. Lampu-lampu menerangi ruangan, menambah kesan tegang." Maaf aku pulang terlambat, Marco. Tadi di kampus ada rapat dadakan sama dosen pembimbing." ujar Kara seraya menundukkan kepala"Jam sebelas malam, Kara. Apa kamu tahu ini udah jam sebelas malam? Kenapa kamu nggak kasih kabar sama sekali?" balas Marco dengan nada dingin dan marah. "Aku benar-benar nggak sempat, rapatnya mendadak dan aku nggak kepikiran buat ngabarin kamu." Kara terkejut dan sedikit defensif. "Ini bukan pertama kalinya kamu kayak gini! Kamu selalu punya alasan! Aku di sini nungguin dengan perasaan was-was, mikirin hal-hal buruk yang mungkin terjadi sama kamu!" Marco berdiri dengan cepat nadanya juga meninggi. "Marco, aku minta maaf. Aku nggak s
Happy ReadingKata baru saja tiba di rumah sakit bersama dengan Marco, Ia yang seharusnya makan siang terlebih dahulu akhirnya urung karena Abella yang mendadak drop. Mereka berdua diikuti oleh banyaknya bodyguard berlari memasuki rumah sakit beberapa awak media menyoroti Marco. Kara sempat terkejut untungnya sebelum turun Ia sudah memakai menutup kepala agar tidak terlihat. Orang-orang akan mengira Kara adalah saudara dari Abella. Sesampainya di depan ruangan Kara menghela napas sedangkan Marco langsung masuk ke dalam ruangan.. Hampir satu jam Kara dan yang lainnya menunggu barulah Marco keluar dari ruangan. "Bawak Kara pulang saja," ujar Marco pada asisten dan bodyguardnya melihat wajah Kara yang sudah pucat dengan mata tertutup. Wanita muda itu rupanya tertidur. Lala pun langsung membangunkan Kara, tapi wanita itu tidak juga bangun sampai Marco yang turun tangan."Kara...bangun...Kara." Marco menepuk-nepuk wajah istri kecilnya itu. Marco melakukannya dengan sangat pelan tidak
Happy ReadingSebagai suami yang dingin dan cuek Marco tidak mengerti apa mau Kara yang saat ini berdiri di depannya seraya mengangkat telapak tangan seolah meminta sesuatu. Kara melebarkan senyumnya walaupun itu bukan pertanda senyuman manis melainkan hanya dilebarkan tanpa ekspresi. "Apa?" tanya Marco yang duduk di depan komputer di ruang kerja menengadahkan kepalanya untuk melihat ke arah Kara dengan jelas. "Om nggak ngerti?" ujar Kara yang sudah lelah mengangkat tangannya sambil mendengus melihat gelengan kepala dari Marco. "Minta uang jajan," ujar Kara seperti bocil kelas dua SMP yang meminta uang jajan kepada ayahnya. "Bukannya kartu debit sudah ada denganmu," kata Marco seraya berwajah aneh, pasalnya Ia bukan hanya memberikan kartu debit biasa melainkan yang prioritas dimana uang tersebut juga sering Marco cek dan ditambahnya. "Aku mau cash kayak orang-orang yang setiap pagi di kasih uang sama ayahnya, aku 'kan nggak punya ayah lagi jadi kangen," lirih Kara menampilkan wa
Happy ReadingKara menarik napas panjang dan melepaskannya perlahan. Hari ini adalah hari yang sudah dinanti-nantikan dan sekaligus ditakutinya selama enam bulan terakhir. Ujian semester 3 sudah tiba, dan seluruh usahanya selama setengah tahun terakhir akan diuji dalam beberapa jam ke depan. Dia bangun pagi-pagi sekali, bahkan sebelum matahari terbit. Suara alarmnya terdengar keras, namun Kara sudah terjaga beberapa menit sebelumnya, matanya terpaku pada langit-langit kamar yang masih gelap. Dia melompat dari tempat tidur, melangkah dengan cepat ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air dingin untuk menghilangkan kantuk yang tersisa. Sarapan pagi ini hanya roti bakar dan secangkir kopi. Maid sudah menyiapkan semuanya, namun Kara hampir tidak merasakan rasa makanannya. Pikirannya terus-menerus berputar, mengingat-ngingat pelajaran yang telah dipelajarinya. Setelah selesai makan, dia pamit kepada orang tuanya dan berjalan ke kampus. Jalanan pagi itu masih sepi, hanya beberapa k
Happy readingPov KaraKenapa aku akhir-akhir ini merasakan hampa yang sangat terasa, Aku tidak merasakan emosional dari apa yang terjadi. Hanya kekosongan yang tidak Aku mengerti hingga pada titik dimana aku tidak memedulikan semuanya bahkan diriku sendiri. Aku merasa kehilangan, sebagian diriku yang lalu dan ntah sampai kapan keadaan seperti ini menyiksa diriku. Aku terlalu lelah untuk berdebat, menjelaskan bahkan memenuhi ekspektasi orang-orang. Mereka menganggapku seolah-olah Aku baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak. Aku rapuh, kacau dan menderita. Aku hilang dari bumi ini, bahkan setelah hari kepergian orang tuaku. Tidak ada lagi yang nikmat sekarang setelah kepergian mereka. Aku menyadarinya bahkan tubuhku juga merespon akan hal demikian. Sampai pada hari ke tujuh, Om dingin menghampiri seraya bertanya. "Apa yang mengganggumu?" tanyanya dengan suara seperti biasa dingin dan datar. Aku menggeleng tapi, Ia tidak percaya dan laki-laki itupun membawaku ke sebuah rumah sak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.