Share

Menikahi Wanita Terkutuk
Menikahi Wanita Terkutuk
Penulis: Utiiie

1. Pernikahan yang Gagal

    Deburan ombak memenuhi ruang hening di bibir pantai, embusan angin pantai telah ikut memporak-porandakan suasana hati pria itu. Bagaimana tidak, baru beberapa menit lalu, gadis yang duduk di sebelahnya telah membatalkan pernikahan mereka secara sepihak. Pernikahan yang seharusnya akan digelar besok.

    Jingga di kaki langit Sydney perlahan surut, sesurut harapan pria itu tentang bahagia di hari esok, karena berhasil mempersunting wanita yang dicintainya.

    "Maafkan aku, tapi ini tidak bisa diteruskan. Keluargamu sudah tahu apa kekuranganku, aku wanita terkutuk, dan tidak sepantasnya pria sesempurna kamu akan menikahi wanita terkutuk sepertiku," ujar gadis berambut cokelat kemerahan itu.

    Seperti tidak merasa terbebani sama sekali, setelah mengatakan kalimatnya dia berdiri hendak pergi, sebelum si pria membuka suara menahan langkahnya.

"Kenapa kamu baru jujur sekarang, Arjani? Kamu tidak melakukan kebohongan hanya untuk menghindar dariku, demi pria di Indonesia itu, 'kan?" tanyanya.

    Arjani menelan saliva kasar, ia menggeleng. Ia tidak pernah berniat membohongi pria baik hati itu yang mau menerima dirinya yang belum bisa melupakan masa lalu, hanya karena ingin menghindar dan mencari pria masa lalunya, yang tidak pernah mencintainya sama sekali.

    "Meski aku menerimamu di awal hanya karena paksaan ayahku, bukan berarti aku ingin menghindar. Sudah sejak awal aku ingin jujur, aku wanita terkutuk yang tidak bisa dinikahi, tetapi melihat kebahagiaan dan antusiasmu menggelar acara pernikahan, aku tidak berani mengecewakanmu," tutur arjani.

    Menghela napas, Arjani mendongak menghalau air mata yang hendak jatuh. Namun, angin sore itu terlalu kuat mendorong bulir bening tersebut untuk luruh. "Sejujurnya aku tertekan selama proses persiapan kemarin, dan hari ini aku mengambil keputusan yang tepat--"

    Suara gadis itu menghilang sejenak, berganti isakan kecil yang lolos dari mulutnya. "Lebih baik kamu kecewa sekarang, dan malu sekarang. Daripada kamu akan kecewa dan malu di kemudian hari, yang tentunya akan lebih menyakitkan."

    "Aku pergi, Dave, maaf dan terima kasih untuk semuanya," tandas Arjani. Gegas ia berbalik, tidak peduli ketika sudut matanya menangkap sosok perempuan yang mengawasinya dengan Dave sejak tadi.

    Dave seperti kehilangan nyawa sesaat, ia tidak merespon apa pun selain mendengarkan badai yang bergemuruh di dalam hatinya. Sesekali, kain-kain putih dengan hiasan bunga itu menari di depan matanya karena tertiup angin, mengoloknya yang duduk di sini sebagai mempelai yang gagal melangsungkan pernikahan besok.

    Wanita paruh baya yang mengawasi sejak tadi, kini berjalan mendekati Dave. Pandangannya menyapu semua bibir pantai yang telah dipasangkan dekorasi untuk acara pernikahan besok, beberapa orang bahkan masih terlihat sibuk mengatur segalanya yang belum rampung. Tanpa mereka ketahui, jika pengantin yang akan dinikahkan besok, sudah membatalkannya beberapa menit lalu.

    Menghela napas, wanita itu mulai berseru, "Hentikan semuanya sampai di sana! Tidak akan ada pernikahan yang dilaksanakan besok. Semuanya telah dibatalkan!"

    Terdengar para pekerja dari Wedding Organizer, mulai riuh saling berbisik tetapi tidak ada yang berani mendekat ke arah wanita tersebut.

    "Dave, bangkitlah dari sana. Kita harus datang ke rumah Tuan Jimi, untuk membatalkan pernikahan ini secara resmi," titah Elden, ibu dari Dave.

***

    Pria berambut pirang itu menghela napas berat, mata birunya menatap orang di sana satu persatu. "Dengan berat hati, saya Dave Jayden, memutuskan membatalkan pernikahan ini karena alasan yang diungkapkan oleh Arjani sendiri. Maafkan saya atas keputusan ini, tetapi putri Anda sendiri yang meminta pembatalan ini, Tuan Jimi Mason."

    Selesai mengucap kalimat panjangnya yang begitu menguras tenaganya, pria berdarah Swiss asli itu kembali mengempaskan punggung ke sofa. Pandangannya tidak pernah lepas dari pria paruh baya di depannya, pria yang seharusnya akan menjadi mertuanya setelah mengucap janji suci besok.

    Pada akhirnya, Tuan Jimi hanya bisa mengangguk pasrah. Tidak ada yang bisa ia salahkan di sini, sebab batalnya pernikahan yang akan diselenggarakan besok, tidak lain karena ulah putrinya sendiri. Ya, gadis pemilik nama lengkap Arjani Mason itu, mendadak mendatangi keluarga besar Dave, lalu mengungkapkan sesuatu yang ada pada dirinya, sesuatu yang membuat ia dimaki sebagai wanita terkutuk.

    Tanpa sepengetahuan Jimi, Arjani begitu nekat membatalkan pernikahan yang tinggal menghitung jam. Jimi masih merasa syok berat, ketika ia mengetahui alasan Arjani membatalkan pernikahan ini. Bahkan sejak kedatangan keluarga besar Dave ke rumahnya, ia belum mengeluarkan sepatah kata pun, selain anggukan ketika keluarga Dave berbicara kepadanya.

    "Kami tidak menyangka Arjani akan menyembunyikan rahasia sebesar itu, sungguh, kami kecewa berat, Tuan Jimi. Maafkan kami," ujar pria tua yang duduk di samping Dave, dia Robert, ayah dari Dave, sang arsitek ternama di Sydney.

    Entah untuk kali keberapa, Jimi kembali mengangguk, kali ini senyum getir ikut merayakan wajahnya yang sepi. "Sejujurnya saya juga baru mengetahui putri saya menyimpan rahasia sebesar itu, Tuan Robert. Saya meminta maaf atas nama Arjani."

    Semua keluarga besar Dave menganggukkan kepala, meski kecewa masih bercokol sempurna di hati mereka. Gadis yang sempat mereka banggakan itu, kini seperti hilang ditelan bumi. Arjani bahkan tidak hadir dalam pertemuan kali ini, sosoknya seperti hilang bersamaan dengan makian yang terlontar dari Elden, ibu Dave, sore tadi.

    "Terima kasih sudah tetap bersedia datang secara homat untuk membatalkan pernikahan ini, Tuan Robert," tandas Jimi, kembali mengumbar senyum kaku.

    Dave mengangguk, meski manik birunya menjelajah setiap sudut rumah yang bisa ia jangkau, berharap gadis pujaan hatinya itu dapat ia lihat untuk terakhir kalinya. Namun, Arjani memang telah pergi, mendapati kenyataan itu membuat Dave dirundung sesak. Bagaimanapun juga, ia tetap menerima Arjani apa adanya, hanya saja keluarga besarnya itu yang tidak bisa menerima kekurangan Arjani. Dan tentunya, Arjani sendiri yang ingin lepas darinya.

    Masih jelas terekam di otak pintar Dave, kala Arjani jujur jika dia mencintai seorang pria dari negara asal gadis itu, Indonesia. Dan dari Arjani sendiri, Dave mendengar jika dia akan kembali pulang ke Indonesia, meninggalkan ayahnya di sini.

***

    Suara derap kaki itu kian menggema memenuhi lorong kecil di apartemen seperti tengah terburu, bahkan sempat sandi yang dimasukkannya salah, membuat ia semakin dibakar emosi. Pintu itu dibuka kasar, Jimi mendapati dua koper sudah teronggok di ruang tengah, begitu juga dengan ruang apartemen ini yang telah kosong.

    Dari dalam kamar, keluar gadis bermantel krem, ia tampak tidak terkejut melihat Jimi. Seperti tidak memedulikan siapa yang datang, ia menarik kopernya hendak keluar. Namun, suara bas yang menggema dari pria di sana seketika memekakkan telinganya. "Arjani Mason!"

    "Mau ke mana kamu?" tanyanya tajam.

    "Ke manapun, ke tempat di mana aku tidak akan bertemu dengan Ayah lagi." Arjani menjawab ketus, wajahnya datar saja, seperti telah kehabisan ruang untuk menggambarkan emosinya yang tengah meledak.

    Jimi menutup pintu apartemen, tidak membiarkan Arjani keluar. "Kamu mempermalukan Ayah, Arjani! Kenapa kamu tidak mengatakan ini sebelumnya!"

    Arjani melongos, bibirnya berdecih meremehkan. "Kenapa aku tidak mengatakan ini ke Ayah? Aku bahkan tidak tahu Ayah masih hidup di dunia."

    "Arjani!" Jimi berseru lantang, manik birunya bersirobok dengan bola mata cokelat terang milik Arjani.

    Mendapati teriakan emosi Jimi, tidak lantas membuat Arjani menciut. Gadis itu semakin menaikkan dagunya percaya diri. "Kenapa? Tidak setuju? Ayah bahkan membiarkanku di Indonesia belasan tahun sendiri dan hanya mengandalkan pengasuh dan body guard bayaran Ayah. Ayah hanya berkunjung ke Indonesia saat ziarah ke makam Ibu. Lalu, saat aku akan kuliah, Ayah memutuskan sendiri aku akan kuliah di mana. Ayah yang mendaftarkanku sekolah di sini."

    "Sudah kukatakan sejak jauh-jauh hari, jika aku tidak mau menikah karena aku wanita yang terkutuk. Akan tetapi, Ayah tetap mempertahankan sikap otoriter Ayah, Ayah menjodohkanku dengan Dave. Lalu, sekarang Ayah malu karena kutukan yang ada pada diriku, sesuatu yang Ayah tahu sejak awal. Jangan bodoh dengan menyalahkan aku!"

    Arjani menggeret kopernya, membiarkan Jimi mematung terpaku pikirannya sendiri. Baru saat Arjani membuka pintu apartemennya, Jimi kembali membuka suara. "Kamu bisa ke negara mana saja, asal jangan pulang ke Indonesia."

    Mendengar titah Jimi, darah Arjani mendidih seketika. Ia kembali menarik gagang pintu, masa bodoh dengan peringatan Jimi. Lagi pula kenapa ia tidak boleh pulang ke negara yang mengakui namanya sebagai salah satu penduduknya di sana? Arjani tumbuh besar di sana, di negara itu pula Arjani meninggalkan sepotong hatinya untuk seorang pria.

    Jimi gegas menyusul Arjani yang abai dengan perintahnya. "Arjani! Indonesia tidak aman untukmu!"

    Kali ini, Arjani berhenti lalu berbalik. "Kenapa? itu negaraku, sudah tentu aman untukku. Sama seperti Ayah yang aman di sini, karena ini negara Ayah."

    "Arjani! Kamu akan memahami suatu hari nanti, kenapa Ayah bersikap otoriter membawamu ke sini, dan melarangmu tinggal di Indonesia!"

Seruan Jimi, tidak ubahnya hanya angin lalu bagi Arjani yang terus berjalan menjauh. 

***

    Di rumah besar bergaya Belanda tahun 90-an iu, Arjani kembali memijakkan kaki. Setelah meletakkan koper di sudut ruangan, diamatinya rumah yang dulunya ia tempati bersama pengasuh dan satu body guard yang merangkap sopir pribadinya. Tidak ada yang berubah sama sekali di rumah ini, masih tetap sama sejak sepuluh tahun lalu saat ia dijemput Jimi untuk ikut ke Sydney.

    Seorang wanita paruh baya yang mengenakan kebaya Jawa, masuk dengan nampan di tangan juga seulas senyum hangat di wajahnya. "Lama ndak pulang, to, Nduk. Arja nyaman sekali di Sydney sepertinya," ujar wanita itu menggoda.

    Arjani mengumbar tawa, lalu memeluk tubuh wanita itu erat. "Arja kangen sama Ibu."

    Wanita pemilik nama Sri itu, adalah pengasuh Arjani yang telah dianggap sebagai ibu sendiri oleh Arjani. "Kalau kangen, kenapa ndak pulang, to, Nduk? Ibu dengar kamu akan menikah besok, Ibu senang karena sepertinya kamu sudah melupakan dia. Kenapa sekarang mendadak pulang?"

    "Ibu kaget, tapi biarkan Ibu menebak alasan kamu ndak jadi nikah. Karena dia atau karena kutukan itu?" tanya Sri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status