Share

Bab 2

Author: Vero Margaretha
Aku mendorongnya ke arah pintu.

“Cepat pergi, Diana sedang menunggumu.”

Usai bicara, aku pun menutup pintu, menghalangi tatapan Benedict yang sedang mengamatiku.

Begitu pintu tertutup, senyuman tipis di wajahku langsung menghilang, hanya tersisa wajah dingin tanpa ekspresi.

Sisa tujuh hari lagi.

Benedict, aku tidak akan menunggumu lagi.

Seperti yang kuduga, Benedict tidak pulang semalaman.

Saat aku masih melamun di ranjang, pintu kamarku terbuka.

Bukan Benedict yang masuk, melainkan kepala pelayan wanita Keluarga Liander.

“Nyonya besar memintamu membawa Ryan ke rumah tua hari ini.”

Nyonya besar Keluarga Liander, ibu Benedict memang tidak menyukaiku sejak awal. Oleh karena itu, para pelayan pun tak pernah bersikap ramah padaku.

Begitu tiba di rumah tua, aku baru sadar semua anggota Keluarga Liander sudah hadir.

Benedict yang menghilang semalaman sedang berdiri di samping Diana, satu tangannya bertumpu di perutnya, tatapan matanya penuh senyuman manja.

Nyonya besar Keluarga Liander menatap perut Diana dengan gembira, mengabaikan aku dan anakku. Lalu mengumumkan,

“Diana hamil. Sesuai kesepakatan, Benedict akan menjadi bos besar mafia Keluarga Liander.”

“Anak Benedict dan Diana akan menjadi bos besar mafia Keluarga Liander dan Keluarga Lowi berikutnya. Nggak lama lagi, kita akan menggelar pernikahan Benedict dan Diana.”

Perwakilan Keluarga Liander yang kini menjabat sebagai wakil maju ke depan, menyerahkan cincin rubi, simbol bos besar mafia Keluarga Liander kepada Benedict.

Di tengah sorak-sorai orang-orang, Benedict menggenggam tangan Diana dengan tangan yang telah mengenakan cincin itu, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

Aku mendongak, menatap ke arah mereka bersama yang lain, seolah semua orang lupa kalau akulah tunangan Benedict.

Benedict mengusap lembut perut Diana dan berkata,

“Akhirnya, aku akan menjadi seorang ayah.”

Rasa bahagia yang terlukis di tatapannya tidak terlihat palsu. Bahkan ketika anak kami lahir, ekspresinya tak pernah seperti itu.

Tiba-tiba, tanganku mengepal erat, tetapi malah mendengar suara anakku,

“Ibu, aku juga anaknya ayah….”

Perkataan Ryan membuat semua orang menoleh.

Nyonya besar mengernyit dan menatap kami, dia berkata,

“Sekarang Benedict adalah bos besar mafia Wilayah Noesa. Kalau kabar dia punya anak haram di luar nikah tersebar, itu akan merusak reputasi Keluarga Liander. Mulai sekarang, bilang saja Ryan itu anak pelayan keluarga yang kita adopsi.”

“Ryan, kamu nggak boleh panggil Benedict ayah lagi dan jangan panggil aku nenek. Jangan salahkan aku, salahkan saja ibumu, si perempuan rendahan dari Keluarga Marilin.”

Nyonya besar tidak suka padaku, jadi otomatis juga tidak suka pada Ryan.

Ide agar Benedict menjaga Diana demi mendapatkan posisi bos besar mafia itu pun sebenarnya berasal dari dia.

Sekarang Diana hamil, posisi kami pun semakin jatuh.

Benedict terlihat agak panik, dia berkata,

“Ibu, ini agak keterlaluan.”

Benedict berniat mendekat ke arahku, tapi Diana menahan tangannya. Karena takut melukai Diana, dia pun tak berani melepaskan diri.

Aku melihatnya dengan jelas dan hanya bisa tertawa dingin. Lalu, menggandeng Ryan mendekati nyonya besar dan berkata,

“Baiklah, mulai sekarang, Ryan nggak ada hubungan apapun dengan Keluarga Liander.”

Usai bicara, aku berlutut di depan Ryan dan menghapus air matanya perlahan.

Aku berkata, “Sayang, mulai sekarang jangan panggil Liander ayah lagi, panggil saja dia bos besar, paham?”

Benedict terdiam. Dia tahu aku sudah lama ingin pulang dan salah satu alasanku bertahan di sini adalah menunggu dia memberi Ryan status resmi.

Sekarang, aku justru melepaskannya sendiri. Benedict mencoba mencari rasa sedih atau enggan di mataku.

Namun, dia tidak menemukannya.

Bahkan setetes air mata pun tidak ada.

Namun, Ryan masih kecil, dia tak mengerti kenapa bisa tiba-tiba kehilangan ayahnya, sehingga menangis tersedu-sedu, membuat hatiku perih.

Aku buru-buru membawanya pergi, mencari tempat sepi untuk menenangkannya. Tapi, suara Diana menghentikanku,

“Jenny, kudengar kalung batu safir biru bagus untuk bayi dalam kandungan. Lagipula, kalung di lehermu itu dibelikan Benedict dan akulah menantu Keluarga Liander yang sah.”

Sambil bicara, dia mengelus perutnya, bibirnya terangkat membentuk senyuman penuh kemenangan.

Aku tidak menatapnya, melainkan menatap Benedict lekat-lekat.

Kalung safir biru ini adalah simbol cinta kami. Benedict membelinya dengan harga tinggi di sebuah lelang, lalu melamarku. Dia bilang warna biru itu seindah mataku.

Aku menerima lamarannya dan Benedict sendiri yang memakaikannya di leherku. Dia memelukku sambil berkata,

“Kita akan bersama selamanya.”

Aku tahu Diana menyukai kalung itu. Dia sudah memintanya pada Benedict berkali-kali, tapi Benedict selalu menolak.

Namun kali ini, Benedict malah menghindari tatapanku, sorot matanya dipenuhi rasa bersalah dan ragu.

“Jenny… hanya sebuah kalung saja….”

“Baiklah.”

Tak ingin mendengar alasan Benedict lagi, aku pun tersenyum sambil melepaskan kalung itu dan melempar ke tangannya.

Melihat Benedict memakaikan kalung itu pada Diana dan senyuman puas Diana, aku hanya tersenyum sambil berkata,

“Selamat atas pernikahan kalian.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 8

    Di hadapan tatapan terkejut Benedict, aku melanjutkan, “Benedict, kamu membuatku merasa muak.”Benedict yang malu sekaligus marah, langsung melangkah mendekat. Tapi, kakakku langsung mendorongnya hingga terhuyung beberapa langkah. Benedict berteriak, “Aku bahkan sudah minta maaf! Apa lagi yang kamu mau?!”“Kamu nggak seperti ini dulu… padahal kamu….”Dia tak menyelesaikan kalimatnya, tapi aku tahu maksudnya.Aku berjalan mendekat. Melihat aku semakin dekat, muncul senyuman tipis di wajah Benedict. Namun, aku langsung menamparnya.Melihat ekspresinya yang tak percaya, aku malah tersenyum.“Kamu kira hanya dengan minta maaf, aku akan memaafkanmu dan ikut pulang bersamamu?”“Aku memang sangat mencintaimu dulu, sampai rela pergi keluar negeri demi dirimu dan melahirkan anakmu. Bertahan dari penghinaan keluargamu terhadapku, bahkan menahan sakit hati melihatmu berkali-kali masuk ke kamar Diana.”“Tapi Benedict, kamu harus tahu… cinta itu bisa habis. Kamu terus melukaiku, tapi masih berha

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 7

    Lingkungan yang familiar membuat aku dan anakku jauh lebih rileks.Sepanjang jalan, ada beberapa orang yang mengenal kami. Mereka semua menyapaku dengan senyuman ramah. Di mata mereka, aku adalah putri bungsu Keluarga Marilin yang paling disayang, bukan tunangan Benedict.Mobil kakak sudah terparkir di depan sejak tadi. Dia bilang akan langsung membawa kami pulang ke rumah, karena keluarga sudah menyiapkan jamuan makan malam.Begitu mendengar kata jamuan, Ryan langsung sedikit tegang dan bersembunyi di pelukanku. Aku menepuk pelan punggungnya untuk menenangkan. Aku tahu apa yang dia takuti.Dulu, setiap jamuan makan di Keluarga Liander, mereka selalu bersikap keras pada kami berdua. Ryan berbuat salah sedikit saja, bahkan sekadar pisaunya tak sengaja menyentuh piring saat memotong steak dan mengeluarkan suara, dirinya sudah dimarahi panjang lebar.Sementara aku harus berdiri di samping para pelayan, menunggu mereka selesai makan, barulah aku bisa ke dapur untuk makan sendiri.Mengingat

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 6

    Bersandar di sandaran kursi, Benedict membuka pesan-pesan aku dan dia.Setengah tahun belakangan, percakapan kami bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan aku hanya mengirimkan selamat pagi, selamat malam atau jangan lupa istirahat.Benedict jarang membalas. Kalaupun membalas, biasanya dia hanya membalas satu kata singkat, [Iya.]Sejak Benedict sering masuk ke kamar Diana, pesan di antara kami semakin jarang.Bahkan sebulan terakhir, aku tak lagi mengucapkan selamat pagi padanya.Benedict terus menggulir layar ponsel. Tiba-tiba, keningnya berkerut dan tubuhnya menegak. Dia melihat pesan-pesan terbaru, hanya beberapa hari yang lalu.Pesan itu adalah permintaanku yang menyuruhnya pulang menghadiri pesta ulang tahun Ryan.Waktu itu dia sibuk mengurus acara pertunangannya dengan Diana, sampai benar-benar lupa bahwa hari itu hari ulang tahun anaknya sendiri.Dia mengira kedatangan kami yang mendadak waktu itu hanya untuk mempermalukannya dan bayangan Ryan yang berlutut memanggilnya bos besar k

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 5

    [Kalau memang ini pilihanmu, aku akan mengabulkannya untukmu. Aku dan Ryan akan pergi. Semoga kamu bisa bahagia.]Di saat yang sama, Benedict yang tengah mengenakan setelan pengantin sambil menunggu first look merasakan ponselnya bergetar. Entah kenapa, hatinya juga bergetar aneh.Saat melihat pesan di layar, dia langsung melempar buket bunga yang tadinya mau diberikan pada Diana dan berlari keluar.Begitu tirai terbuka, Diana melangkah keluar dengan gaun pengantin khususnya. Dia membayangkan tatapan Benedict saat melihatnya, tapi yang dia dapat hanyalah panggung kosong.Benedict langsung melompat ke sebuah mobil sport, melaju menuju bandara.Sambil terus menginjak pedal gas dan menyalip mobil demi mobil yang menghalangi. Dia menekan nomor teleponku berulang kali.Suara operator di ponselnya membuatnya semakin gelisah, tangannya sampai tak lepas dari klakson.“Kenapa banyak sekali orangnya?!”Di percobaan kelima nyaris menabrak pejalan kaki, akhirnya Benedict memukul setir dengan kasar

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 4

    Mendengar panggilan Ryan, raut wajah Benedict sedikit melunak dan bisik-bisik di sekitar pun mereda.Ryan menatap kue besar di sampingnya, lalu berkata, “Bos besar, ini pesta ulang tahun yang disiapkan untukku? Bolehkah aku memotong kue bersamamu?”Ryan sudah lama menantikan acara ulang tahun hari ini. Dalam hatinya, asalkan bisa bersama Benedict, meski tak lagi memanggilnya ayah pun tak masalah.Namun tiba-tiba, seorang wanita bergaun merah dengan dandanan mencolok melangkah ke samping Benedict. Dia melingkarkan lengannya di lengan pria itu, sambil berkata, “Nggak boleh, ya.”“Sayang, ini pesta pertunangan tertutup, sepertinya orang luar nggak diundang, ‘kan?”Dia sama sekali tak melihat Ryan dan hanya bicara pada Benedict.Aku langsung paham. Semua ini adalah rencana Diana. Dia yang mengirim pesan, memancing kami datang ke sini. Hanya untuk mempermalukan kami di depan umum dan memaksa Benedict mengakui bahwa kami hanyalah orang luar.Bukan hanya Diana yang menatap Benedict, aku pu

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 3

    Keluar dari aula pesta, aku membawa Ryan menyusuri kawasan pertokoan dan membelikannya es krim.Sambil menikmati es krimnya, Ryan pun berhenti menangis. Aku mengusap kepalanya, rambutnya berwarna cokelat, persis seperti Benedict.“Sayang, bagaimana kalau ibu membawamu keluar negeri?”Ryan mendongak, menatapku dan bertanya pelan, “Bagaimana dengan ayah?”Ternyata memang masih anak-anak, begitu cepat sudah melupakannya. Aku dengan lembut menyeka sisa es krim di sudut bibirnya sambil berkata, “Ayah akan tetap tinggal di sini menjadi bos besar mafia. Ingat, mulai sekarang kamu juga harus memanggilnya bos besar, dia bukan ayahmu lagi.”Ryan menunduk, air mata kembali membasahi matanya. Aku bisa merasakan ketidakrelaannya.Siapapun pasti sulit menerima kenyataan ayahnya sendiri tak menginginkannya lagi. Saat aku masih berpikir apakah harus memohon pada Benedict untuk tetap membiarkan Ryan bersamaku, Ryan sudah menggenggam tanganku dengan tatapan tegar dan berkata, “Ibu, aku ikut denganmu.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status