Share

Bab 4

Author: Vero Margaretha
Mendengar panggilan Ryan, raut wajah Benedict sedikit melunak dan bisik-bisik di sekitar pun mereda.

Ryan menatap kue besar di sampingnya, lalu berkata,

“Bos besar, ini pesta ulang tahun yang disiapkan untukku? Bolehkah aku memotong kue bersamamu?”

Ryan sudah lama menantikan acara ulang tahun hari ini.

Dalam hatinya, asalkan bisa bersama Benedict, meski tak lagi memanggilnya ayah pun tak masalah.

Namun tiba-tiba, seorang wanita bergaun merah dengan dandanan mencolok melangkah ke samping Benedict. Dia melingkarkan lengannya di lengan pria itu, sambil berkata,

“Nggak boleh, ya.”

“Sayang, ini pesta pertunangan tertutup, sepertinya orang luar nggak diundang, ‘kan?”

Dia sama sekali tak melihat Ryan dan hanya bicara pada Benedict.

Aku langsung paham. Semua ini adalah rencana Diana. Dia yang mengirim pesan, memancing kami datang ke sini. Hanya untuk mempermalukan kami di depan umum dan memaksa Benedict mengakui bahwa kami hanyalah orang luar.

Bukan hanya Diana yang menatap Benedict, aku pun melangkah maju, berdiri di depan Ryan. Lalu, menatap Benedict sambil bertanya dengan suara rendah,

“Benarkah begitu? Benedict, aku dan Ryan itu orang luar?”

Pertengkaran ini menarik lebih banyak perhatian. Bahkan nyonya besar Keluarga Liander dan ketua geng mafia Keluarga Lowi pun mendekat.

Wajah Benedict memucat.

Mendengar suara batuk berat di belakangnya, akhirnya dia menunduk dan berkata,

“Iya, mereka orang luar.”

Diana tersenyum tipis ke arahku, seperti kambing betina yang baru saja memenangkan pertempuran.

Sekeliling mulai terdengar tudingan bahwa kami sudah merusak suasana pesta.

Beberapa orang bahkan mengenaliku sebagai Jenny Marilin dan menuduhku mencoba mengulang trik lama untuk memikat Benedict.

Ryan sudah terdiam kaku, tubuhnya gemetar tanpa sadar di tengah ejekan orang-orang.

Amarahku memuncak. Aku melangkah cepat ke arah menara sampanye, mengambil satu gelas dari lapisan terbawah.

Menara itu langsung goyah dan ambruk. Kaca pecah berserakan, memicu teriakan tamu, sementara cairan keemasan membasahi setengah rambut Diana, membuatnya tampak seperti ayah basah kuyup.

Aku mengangkat gelas di tangan, menatap Benedict dan berkata,

“Karena hari ini hari bahagia kalian, aku doakan kalian langgeng sampai tua.”

Usai bicara, aku meneguk habis sampanye lalu melepaskan gelasnya hingga jatuh dan pecah di lantai.

Aku menggandeng Ryan dan berjalan keluar tanpa menoleh.

Ryan tak lagi gemetar. Matanya berbinar menatapku, seperti melihat seorang pahlawan.

“Ibu hebat sekali!”

Aku tersenyum, menggendong Ryan ke pelukan dan dengan suara yang dapat didengar Benedict, aku berkata,

“Mulai sekarang, Ryan hanya anakku seorang. Dia nggak punya ayah….”

Belum sempat aku selesai bicara, dua tentara sudah menghadang jalan kami.

Bagaimana bisa aku lupa, harga diri keluarga mafia tidak boleh diinjak-injak. Apalagi aku baru saja mengacaukan pesta pertunangan dua keluarga besar, Keluarga Liander dan Lowi.

“Jenny, inikah tata krama Keluarga Marilin? Cepat minta maaf padaku!”

Terdengar suara tajam Diana.

Aku menempatkan Ryan di belakangku dan menatap mata Diana tanpa mundur sedikit pun.

Aku tidak tahu tata krama yang mereka yang maksud. Yang kutahu, Keluarga Marilin tidak pernah tunduk pada siapapun.

“Kalau nggak minta maaf, aku bersumpah kamu nggak akan keluar dari sini hidup-hidup. Keluarga Lowi juga akan menyatakan perang dengan Keluarga Marilin!”

Aku menoleh melihat Benedict di kejauhan. Wajahnya tampak bimbang, tapi dia tidak menghentikannya.

Aku tersenyum miris. Yang terlintas di pikiranku adalah Benedict tujuh tahun lalu di pesta dansa. Wajahnya memerah saat mengajakku menari.

Lima tahun lalu saat dia melamar dengan batu safir biru dan tiga tahun lalu saat dia berkata ingin menjadi bos besar mafia dan menjadikanku istri satu-satunya.

Namun, kini wajah pemuda itu memudar dari ingatanku.

Selama ini, Keluarga Marilin sudah menjadi mafia terkuat di Wilayah Malaya. Kami selalu rendah hati dan karena aku adalah tunangan Benedict, ayahku membiarkan keluarga-keluarga di Wilayah Noesa tetap bertahan.

Kini, melihat Diana mencoba mengancamku dengan kekuatan keluarga, aku malah merasa konyol.

“Keluarga Lowi yang sudah rapuh itu demi bertahan hidup membiarkanmu tidur dengan dua bos besar mafia Keluarga Liander. Kamu hanyalah anak perempuan anak buah Keluarga Lowi. Kamu pikir mereka akan benar-benar melawan Keluarga Marilin demi dirimu?”

Nada suaraku datar, tapi cukup untuk mengungkapkan posisi Diana yang sebenarnya. Aku melihat wajahnya berubah muram karena marah.

“Kurang ajar! Berani-beraninya menghina Keluarga Lowi! Usir dia sekarang juga!”

Beberapa tentara bergerak mendekat, tapi tiba-tiba Ryan melangkah maju dan berdiri di depanku.

Dia berkata pada Benedict, “Ayah… oh bukan, bos besar, tolong jangan biarkan mereka menyakiti ibu.”

“Hentikan semuanya!”

Benedict memberi perintah. Dia menatap Ryan dengan terkejut, anak ini seolah tumbuh dewasa dalam sekejap.

Saat Benedict hendak bicara lagi, Ryan mundur selangkah, lalu menunduk sopan dan berjarak.

“Tempat ini nggak menyambut kami. Aku dan ibu akan pergi sekarang. Terima kasih atas jamuannya.”

Usai bicara, Ryan menggenggam tanganku. Aku membalas genggamannya erat-erat, seakan menggenggam seluruh duniaku.

Hari terakhir, Benedict tetap tidak pulang. Dia hanya mengirim satu pesan,

[Jangan marah. Aku akan pulang menemani kalian beberapa hari lagi.]

Aku tahu dia sedang sibuk. Sibuk menikah, sibuk mengokohkan posisinya sebagai bos besar mafia.

Hari terakhir, aku merapikan semua barang, menaruh semua barang milikku dan anakku di taman. Lalu, membakarnya hingga habis.

Aku menggandeng Ryan, berbalik meninggalkan rumah itu dan naik pesawat menuju luar negeri.

Sebelum mematikan ponsel, aku mengirim pesan terakhir untuk Benedict.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 8

    Di hadapan tatapan terkejut Benedict, aku melanjutkan, “Benedict, kamu membuatku merasa muak.”Benedict yang malu sekaligus marah, langsung melangkah mendekat. Tapi, kakakku langsung mendorongnya hingga terhuyung beberapa langkah. Benedict berteriak, “Aku bahkan sudah minta maaf! Apa lagi yang kamu mau?!”“Kamu nggak seperti ini dulu… padahal kamu….”Dia tak menyelesaikan kalimatnya, tapi aku tahu maksudnya.Aku berjalan mendekat. Melihat aku semakin dekat, muncul senyuman tipis di wajah Benedict. Namun, aku langsung menamparnya.Melihat ekspresinya yang tak percaya, aku malah tersenyum.“Kamu kira hanya dengan minta maaf, aku akan memaafkanmu dan ikut pulang bersamamu?”“Aku memang sangat mencintaimu dulu, sampai rela pergi keluar negeri demi dirimu dan melahirkan anakmu. Bertahan dari penghinaan keluargamu terhadapku, bahkan menahan sakit hati melihatmu berkali-kali masuk ke kamar Diana.”“Tapi Benedict, kamu harus tahu… cinta itu bisa habis. Kamu terus melukaiku, tapi masih berha

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 7

    Lingkungan yang familiar membuat aku dan anakku jauh lebih rileks.Sepanjang jalan, ada beberapa orang yang mengenal kami. Mereka semua menyapaku dengan senyuman ramah. Di mata mereka, aku adalah putri bungsu Keluarga Marilin yang paling disayang, bukan tunangan Benedict.Mobil kakak sudah terparkir di depan sejak tadi. Dia bilang akan langsung membawa kami pulang ke rumah, karena keluarga sudah menyiapkan jamuan makan malam.Begitu mendengar kata jamuan, Ryan langsung sedikit tegang dan bersembunyi di pelukanku. Aku menepuk pelan punggungnya untuk menenangkan. Aku tahu apa yang dia takuti.Dulu, setiap jamuan makan di Keluarga Liander, mereka selalu bersikap keras pada kami berdua. Ryan berbuat salah sedikit saja, bahkan sekadar pisaunya tak sengaja menyentuh piring saat memotong steak dan mengeluarkan suara, dirinya sudah dimarahi panjang lebar.Sementara aku harus berdiri di samping para pelayan, menunggu mereka selesai makan, barulah aku bisa ke dapur untuk makan sendiri.Mengingat

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 6

    Bersandar di sandaran kursi, Benedict membuka pesan-pesan aku dan dia.Setengah tahun belakangan, percakapan kami bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan aku hanya mengirimkan selamat pagi, selamat malam atau jangan lupa istirahat.Benedict jarang membalas. Kalaupun membalas, biasanya dia hanya membalas satu kata singkat, [Iya.]Sejak Benedict sering masuk ke kamar Diana, pesan di antara kami semakin jarang.Bahkan sebulan terakhir, aku tak lagi mengucapkan selamat pagi padanya.Benedict terus menggulir layar ponsel. Tiba-tiba, keningnya berkerut dan tubuhnya menegak. Dia melihat pesan-pesan terbaru, hanya beberapa hari yang lalu.Pesan itu adalah permintaanku yang menyuruhnya pulang menghadiri pesta ulang tahun Ryan.Waktu itu dia sibuk mengurus acara pertunangannya dengan Diana, sampai benar-benar lupa bahwa hari itu hari ulang tahun anaknya sendiri.Dia mengira kedatangan kami yang mendadak waktu itu hanya untuk mempermalukannya dan bayangan Ryan yang berlutut memanggilnya bos besar k

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 5

    [Kalau memang ini pilihanmu, aku akan mengabulkannya untukmu. Aku dan Ryan akan pergi. Semoga kamu bisa bahagia.]Di saat yang sama, Benedict yang tengah mengenakan setelan pengantin sambil menunggu first look merasakan ponselnya bergetar. Entah kenapa, hatinya juga bergetar aneh.Saat melihat pesan di layar, dia langsung melempar buket bunga yang tadinya mau diberikan pada Diana dan berlari keluar.Begitu tirai terbuka, Diana melangkah keluar dengan gaun pengantin khususnya. Dia membayangkan tatapan Benedict saat melihatnya, tapi yang dia dapat hanyalah panggung kosong.Benedict langsung melompat ke sebuah mobil sport, melaju menuju bandara.Sambil terus menginjak pedal gas dan menyalip mobil demi mobil yang menghalangi. Dia menekan nomor teleponku berulang kali.Suara operator di ponselnya membuatnya semakin gelisah, tangannya sampai tak lepas dari klakson.“Kenapa banyak sekali orangnya?!”Di percobaan kelima nyaris menabrak pejalan kaki, akhirnya Benedict memukul setir dengan kasar

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 4

    Mendengar panggilan Ryan, raut wajah Benedict sedikit melunak dan bisik-bisik di sekitar pun mereda.Ryan menatap kue besar di sampingnya, lalu berkata, “Bos besar, ini pesta ulang tahun yang disiapkan untukku? Bolehkah aku memotong kue bersamamu?”Ryan sudah lama menantikan acara ulang tahun hari ini. Dalam hatinya, asalkan bisa bersama Benedict, meski tak lagi memanggilnya ayah pun tak masalah.Namun tiba-tiba, seorang wanita bergaun merah dengan dandanan mencolok melangkah ke samping Benedict. Dia melingkarkan lengannya di lengan pria itu, sambil berkata, “Nggak boleh, ya.”“Sayang, ini pesta pertunangan tertutup, sepertinya orang luar nggak diundang, ‘kan?”Dia sama sekali tak melihat Ryan dan hanya bicara pada Benedict.Aku langsung paham. Semua ini adalah rencana Diana. Dia yang mengirim pesan, memancing kami datang ke sini. Hanya untuk mempermalukan kami di depan umum dan memaksa Benedict mengakui bahwa kami hanyalah orang luar.Bukan hanya Diana yang menatap Benedict, aku pu

  • Meninggalkan Bos Mafia Bersama Anakku   Bab 3

    Keluar dari aula pesta, aku membawa Ryan menyusuri kawasan pertokoan dan membelikannya es krim.Sambil menikmati es krimnya, Ryan pun berhenti menangis. Aku mengusap kepalanya, rambutnya berwarna cokelat, persis seperti Benedict.“Sayang, bagaimana kalau ibu membawamu keluar negeri?”Ryan mendongak, menatapku dan bertanya pelan, “Bagaimana dengan ayah?”Ternyata memang masih anak-anak, begitu cepat sudah melupakannya. Aku dengan lembut menyeka sisa es krim di sudut bibirnya sambil berkata, “Ayah akan tetap tinggal di sini menjadi bos besar mafia. Ingat, mulai sekarang kamu juga harus memanggilnya bos besar, dia bukan ayahmu lagi.”Ryan menunduk, air mata kembali membasahi matanya. Aku bisa merasakan ketidakrelaannya.Siapapun pasti sulit menerima kenyataan ayahnya sendiri tak menginginkannya lagi. Saat aku masih berpikir apakah harus memohon pada Benedict untuk tetap membiarkan Ryan bersamaku, Ryan sudah menggenggam tanganku dengan tatapan tegar dan berkata, “Ibu, aku ikut denganmu.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status