Share

#7. Hukuman

Penulis: azzurayna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-05 23:36:59

“Yi Jiaojiao, berhenti membuat ulah!” Nada suara datar mengintimdasi membuat para pelayan bergetar takut.

Putri Yipeng mendengus keras, “Ulah apa? Aku hanya ingin membeli pelacur kecilmu secara sah!”

“Aku tidak menjual orangku,” balasnya dingin. Paras tampannya sudah dipenuhi amarah sejak tadi, kesabarannya hampir habis. “Angkat kakimu dari sini atau aku hancurkan gerbang rumahmu!”

Ancaman barusan jelas bukan omong kosong belaka. Alih-alih keras kepala, Putri Yipeng berhenti mengacau. Berbalik pergi bersama para dayang.

Raja Yan menyentuh pelipisnya, menahan sakit kepala.

Dari jendela kereta, Anqi menarik lengan hanfu sulam pria itu, “Yang Mulia ... anda baik-baik saja?”

Melotot marah, Raja Yan beralih meremas tangan lembut Anqi. Rahang tegas sang Raja tampak mengetat akibat gejolak kemarahan.

“Mei Anqi, kau masih berpikir untuk pergi dari Raja ini?”

Tubuh Anqi seketika terjebak kaku oleh rasa takut. Bahkan meringis pun tak berani, terpaksa menelan rasa sakit jepitan Raja Yan pada tangannya.

“Bu-bukan seperti itu, anda salah paham Yang Mulia!” Sanggahnya panik.

“Ho?” Intimidasi Raja Yan semakin keras, memperpendek jarak keduanya. Hingga deru nafas segarnya menerpa kulit wajah Anqi. “Jelaskan dibagian mana aku salah paham.”

“Saya—”

“Yang Mulia,” salah satu prajurit pengawal menyela berani. “Mohon menahan diri, lingkungan sekitar terlalu ramai. Tidak bagus kalau Kaisar sampai mendengar masalah hari ini.”

Mei Anqi bisa bernafas lega berkat tindakan prajurit tersebut. Refleks tersenyum suka cita ke arahnya sebagai tanda terima kasih.

Sang prajurit lantas menunduk, terkejut ketika diberi senyuman.

Sedangkan Raja Yan berasap lagi saat melihat Anqi tersenyum untuk pria lain. Sifat posesifnya terhadap sesuatu ‘miliknya’ seakan dipatik.

“Bawa kudaku, aku akan naik kereta.” Titahnya sambil lalu pergi menaiki transportasi kuno itu.

Alhasil, kereta yang semula terasa luas. Tiba-tiba menjadi sempit.

Mei Anqi menahan cemberut, badan Raja Yan tinggi dan kekar setelah ditempa bertahun-tahun di medan perang. Sehingga menelan banyak ruang kosong begitu datang.

“Apa? Tidak ingin aku naik satu kereta denganmu?” tanyanya santai, namun bertentangan dengan mata phoenix tajam pria itu.

Merasa bahwa leluhur besarnya akan marah, Anqi lantas tersenyum lebar. “Mana mungkin? Tentu saja saya suka bisa bersama Yang Mulia!”

Pria di sudut diam tak membalas. Namun terdengar deruan nafas puas.

Untunglah, bujukan Mei Anqi berhasil.

Kereta pun turut mulai bergerak kembali ke Mansion Yan.

Rencana jalan-jalan pupus akibat gangguan Putri Yipeng.

Sedih melanda hatinya, andai saja Putri Yipeng tidak datang, Anqi pasti akan mendapat kesempatan bagus.

Kapan lagi dia bisa main keluar bersama Raja dan mempererat hubungan?

“Turun.”

Perintah tegas menarik kesadaran Mei Anqi, pupil caramelnya menatap kaget uluran tangan Raja Yan.

Protagonis pria sebenarnya bersedia membantunya turun?

“Lambat sekali,” sinis Zhen Ming, kehabisan rasa sabar. Langsung meraih pinggang gadis tersebut dan menggendongnya sepanjang memasuki Mansion Yan.

Selama digendong, Mei Anqi terdiam. Lengannya melingkar erat ke sekitar leher Raja Yan.

Dia takut salah bicara, jadi lebih baik diam tutup mulut. Jangan sampai menambah kemarahan sang Raja.

“Hormat saya, Yang Mulia,” sapa Xiao Bai serta Xiao Yun bersamaan.

Raja Yan mengangguk ringan, menurunkan Anqi. Sorot tajamnya masih dingin dan menekan. “Mulai sekarang, kau dilarang keluar halaman selama satu bulan!”

Xiao Bai dan Xiao Yun terkejut mendengar hukuman yang tiba-tiba. Apakah nona membuat masalah?

Mei Anqi pun tak kalah terkejut, mendongak menatap Raja Yan secepat kilat. “Bagaimana saya bisa melayani Yang Mulia kalau saya dihukum kurungan?!” serunya setengah merengek.

Lirikan dingin Raja Yan kian mebekukan, “Siapa pemimpinnya?” tandasnya galak.

Mei Anqi langsung berluntut usai diomeli, sadar bahwa dia baru saja melewati batas. Lupa sejenak, tempatnya berada saat ini bukanlah era modern.

“Yang Mulia, Qiqi telah lancang karena menentang kebijaksaan Raja. Mohon jangan marah, Qiqi akan patuh menerima hukuman!”

“Ketahuilah status rendahmu,” cibirnya, kemudian berbalik pergi meninggalkan halaman.

Mei Anqi angguk patuh, takut untuk sekedar mengangkat kepala. Selepas Raja Yan pergi sepenuhnya, Mei Anqi duduk tegak dengan nafas cepat.

Kakinya keram, nyaris jatuh karena rasa takut yang masih membekas.

“Nona!”

“Nona, hati-hati!”

Dan begitulah akhirnya, Mei Anqi terpaksa dikurung selama satu bulan penuh. Dilarang keluar dari halaman pribadi barang selangkah kaki pun.

Namun, meski terkurung di halaman, Mei Anqi tidak kekurangan apa pun. Ia juga memutar otak, merubah hukuman menjadi kesempatan.

Mei Anqi menyibukkan diri untuk membaca buku sejarah setiap hari. Sehingga saat dia menunjukkan kecerdasannya, Raja Yan tidak akan curiga.

Selama hampir satu minggu pula, Raja Yan sering berkunjung untuk bermalam karena efek racun timbul lebih sering. Selain itu, Putri Yipeng sesekali datang membawakan banyak hadiah.

Sebagai balasan, Mei Anqi harus tunduk di bawah asuhan tangan Putri Yipeng yang memperlakukannya seperti merawat seekor anak kucing.

“Nona, hadiahnya mau dibuka dulu?” Xiao Bai bertanya, menggendong dua kotak besar pemberian Putri Yipeng.

“Tidak, akan aku buka dilain waktu. Taruh ke gudang penyimpanan, simpan dengan baik.”

“Dimengerti!” Setelahnya Xiao Bai pergi bersama Xiao Yun, mengangkut banyak hadiah dari Putri Yipeng.

Mei Anqi bersandar lelah ke sofa kayu panjang, bergumam lega, “Setidaknya plot berdarah antara aku dan putri berhasil dihindari.”

Kelopak mata yang terasa berat, perlahan menutup. Belum sempat dia terlelap, suara kepala pelayan mengejutkannya.

“Nona Mei, saya datang membawa desain gaun musim semi pemberian Yang Mulia.”

Meski enggan, Mei Anqi terpaksa bangkit. Memberi salam sopan ke kepala pelayan, kemudian memilih sepuluh set gaun baru musim semi.

“Terima kasih, nona. Pakaiannya akan dikirim ke halaman tiga hari lagi.”

“Terima kasih kembali Bibi Chen. Oh iya, kapan Festival Chun Jie diadakan?”

“Dua minggu lagi tepat dihari pertama bulan pertama sesuai kalender lunar. Ada apa, nona?”

Tertawa polos, Mei Anqi menggeleng. “Aku hanya ingin bertanya saja, Bibi Chen.”

“Baik, saya mengerti. Kalau begitu saya undur diri dulu.” Bibi Chen pamit, melenggang pergi.

Seperginya Bibi Chen, warna kulit Mei Anqi berubah pucat. Bagaimana bisa dia lupa tentang salah satu tokoh antagonis lainnya?

Itu adalah Raja Fei! Saudara yang dianggap baik oleh Raja Yan, padahal sejatinya Raja Fei ialah pion rahasia Permaisuri Kaisar!

Apabila Putri Yipeng disebut antagonis wanita utama, maka Raja Fei adalah antagonis pria utamanya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Budak Cantik sang Raja Arogan   #60. Sengaja Membuatnya Kesal

    “Xiao Bai!” “Hamba datang, nona!” Dayang muda di luar pintu bergegas masuk ke ruangan, menunjukkan kehadirannya. “Siapkan air hangat.” “Baik!” Mei Anqi beringsut duduk ke tepian ranjang. Kaki putih panjangnya tergantung, bagian betisnya terekspos— memperlihatkan bengkak keunguan. ‘Sialan, cengkeraman Zhen Ming semalam amat kejam!’ batinnya dongkol. Baru mencoba melangkah sedikit, timbul nyeri menusuk tak tertahankan. Ia terpaksa kembali duduk, bersandar lemah pada pilar ranjang. Suara gemerisik pelan terdengar dari arah belakang tubuhnya. Ia berkata dingin tanpa menoleh, “Karena anda sudah bangun, silahkan kembali Yang Mulia. Halaman miskin ini tak mampu menampung anda lagi.” Di belakang, Zhen Ming bangun dan mencari sandaran ternyaman. Selimut tipis melorot dari tubuhnya. Memamerkan badan atletisnya yang berotot dengan kulit gandum eksotis mempesona. Bibirnya menyungging senyuman kecil, “Betapa teganya kau padaku. Kamu memerasku satu malam penuh dan begini imbal

  • Menjadi Budak Cantik sang Raja Arogan   #59. Tersiksa Sepanjang Malam

    “Sayangnya aku tidak bisa tidur dan bermimpi sekarang. Urusan kita belum selesai,” tekanan memenuhi nada suaranya. Mei Anqi terkapar lemah di atas ranjang. Sensasi tusukan yang mengejutkan merobek paksa rasionalitasnya. Napasnya terseret dan tersengal, bibirnya terbuka, mendesah sakit. “Akh!” Lehernya melengkung indah saat nyeri dan kenikmatan menyergap bersamaan. Geraman panas menggelegar dari atas tubuhnya. “Mei Anqi—enggh!” Wajah tampannya menegang tak senang saat jepitan hebat mencekik miliknya. “Sial,” ia mengumpat rendah, menyibak surai hitam panjangnya ke belakang dengan maskulin. ”Belum ada satu bulan kita berpisah dalam hal ini dan milikmu menggigitku begitu erat.” Zhen Ming membelai pinggang rampingnya yang sehalus giok. “Harus ku akui, tubuhmu terlahir untuk menjerat pria mana pun.” “Berhenti membual! Aku tahu kau hanya ingin merendahkanku sebagai pelacur, ‘kan?” pekik Mei Anqi setengah marah, setengah linglung. Bibir kecilnya terengah-engah, membuka lalu menutup.

  • Menjadi Budak Cantik sang Raja Arogan   #58. Panggil Aku ‘Suami’

    “Racun anda kambuh lagi?” Tatapan Mei Anqi menelisik tubuh kekar Zhen Ming yang tak tertutupi hanfu dengan benar. Cahaya lampu minyak bergoyang redup membayangi struktur wajah tegas pria itu. Membuatnya terlihat sedikit menyeramkan. “Mmm,” sahut Zhen Ming dengan suara serak tertahan. Efek kambuhnya Racun Gu Afrodisiak baru mulai tertangkap mata ketika kulit gandumnya ternodai rona merah. ‘Pria brengsek ini selalu tahu cara mengusikku!’ cecarnya melalui batin. Mei Anqi harus melakukan tugasnya meski ia enggan. Jemari lentiknya bergerak membuka tali gaun tidur yang ia kenakan. Berhubung malam ini ia hanya mengenakkan selapis hanfu karena suhu masih panas. Alhasil setelah ikatan terbuka sepenuhnya, hanfu ungu mudanya meluruh ke atas ranjang— sosoknya yang indah dan ramping terpampang menggoda di depan mata. Surai hitam panjang Mei Anqi diikat longgar menggunakan pita panjang, ia lantas menarik pita itu sampai terlepas. Tanp aba-aba, Mei Anqi menggunakan kain tersebut se

  • Menjadi Budak Cantik sang Raja Arogan   #57. Layani Orang yang Kau Benci

    Mei Anqi mendorong kuat bahu Zhen Ming hingga berhasil melepaskan diri dari pelukan memuakkannya. “Yang Mulia, anda akan membutuhkan saya di masa depan. Sebaiknya kita tetapkan beberapa aturan demi menjaga keharmonisan kerja sama.” “Membutuhkanmu di masa depan?” mengulangi ucapan Mei Anqi diselingi kekehan ringan, Zhen Ming dengan malas menopang dagunya. “Benarkah?” Jika boleh jujur, Mei Anqi semakin tidak menyukai sikap arogan pria itu. Entah si Permaisuri Wei atau Raja Yan, dua-duanya bukan orang baik. Seluruh penghuni istana juga bukanlah orang baik. Meskipun ada orang baik, jumlahnya pasti bisa dihitung menggunakan jari. “Yang Mulia akan tahu sendiri nanti.” Mei Anqi menjawab acuh seraya berbalik. Sebelum pergi, ia menolehkan paras cantiknya melintasi bahu. Sudut bibir ranumnya menipis lembut. Kepercayaan diri bersinar di balik mata almond indahnya. “Mari kita lihat apakah anda yang akan membutuhkan saya atau justru sebaliknya.” Seolah terpicu oleh kata-kata kelinci ke

  • Menjadi Budak Cantik sang Raja Arogan   #56. Saling Memanfaatkan

    Kaisar tidak akan berani menyentuh bisnis kertas jika dia tahu ‘orang suci’ adalah pelindung dibaliknya. “Cai Lun, keluar,” Zhen Ming mengusirnya tanpa belas kasih secara tiba-tiba. Pemuda berhanfu biru tua di dekat meja lantas berdiri gugup. ”Ya, Yang Mulia!” Mei Anqi memperhatikan punggung pemuda itu menghilang dibalik pintu kayu. Detik berikutnya wajahnya merunduk, memilih diam. Dari belakang, Zhen Ming datang menghampiri. Kemudian duduk di sampingnya. Lengannya yang kuat bergerak memeluk pinggang ramping Anqi, seperti yang biasa dia lakukan. Namun gadis itu tersentak kaget hanya karena sentuhan kecil. Raja Yan terlihat marah setelah ditolak. Mei Anqi menggeser tempat duduknya. Menciptakan jarak di antara mereka berdua. “Anda punya sesuatu yang ingin dikatakan, Yang Mulia?” Zhen Ming menahan kemarahannya, menarik kembali lengannya seraya mendengus. Kurangnya istirahat membuat sifatnya menjadi lebih sensitif. “Qiqi pamit kembali jika anda hanya diam.” Tepat saat ia h

  • Menjadi Budak Cantik sang Raja Arogan   #55. Balas Dendam

    “Tidak ada yang tidak mungkin,” jawab Zhen Ming datar tanpa emosi berlebih. Walaupun syarat menjadi kasim memerlukan langkah-langkah ketat, bukannya tidak mungkin meloloskan satu kandidat di antara ratusan kandidat lainnya. “Kasim itu mengikuti Permaisuri Wei saat dia masih seorang Selir Utama?” “Benar.” Berarti sudah jelas semuanya. Permaisuri Wei menyelundupkan kekasihnya melalui antek-antek di bawah naungan keluarganya. Sedikit suap saja sudah bisa meruntuhkan prinsip pejabat tinggi. Apalagi pejabat berstatus rendah yang tugasnya hanya mengurusi penyeleksian calon kasim. Tetapi tetap saja terdengar mengejutkan. Ada rasa jijik timbul dihati Mei Anqi. Manusia seperti Permaisuri Wei selalu paling merepotkan untuk dihadapi. Cocok dengan gelarnya sebagai penjahat terakhir bersama Raja Fei. Karena dia ingin mendudukkan anaknya dikursi naga, mari kita lihat apakah dia mampu? Mei Anqi bukanlah kesemek lembut yang akan diam ketika seseorang sengaja menghantamnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status