Share

Berhemat yang Menyiksa

last update Huling Na-update: 2024-01-24 08:10:37

Piring makan keramik itu terbang melayang kemudian jatuh ke atas lantai dapur dan pecahannya berhamburan ke mana-mana. Bu Nining sengaja melemparkan piring tersebut karena kesal pada Gayatri, pasalnya Gayatri tidak memasak masakan kesukaan Bu Nining dan Damilah. Hari ini Gayatri tidak masak karena tukang sayur keliling tidak dagang dan jika Gayatri berbelanja ke pasar, dirinya harus mengeluarkan uang tambahan untuk ojek karena jarak antara pasar dan rumahnya sangat jauh.

"Ibu sama Damilah itu bukan domba yang setiap hari harus makan hijau-hijauan." Bu Nining kembali melemparkan sendok dan gelas.

"Kamu mau bikin darah ibu makin naik gara-gara ibu harus memakan sayur daun singkong ini?"

"Bukan begitu, Bu..."

"Terus maksud kamu apa? Kamu jadi orang pelit banget! Kamu pikir kamu hidup di sini sama siapa? Rumah yang kamu tinggali ini awalnya tanahnya milik siapa? Siapa yang membiayai rumah ini pas dibangun, hah?"

Bu Nining kembali mengungkit-ungkit perihal harta warisan yang memang sudah diberikan pada Hendar, anak pertamanya. Tapi semenjak Hendar tidak ada, Bu Nining seperti tidak ikhlas jika rumah Hendar ini jadi hak Gayatri.

Makanya setelah kepergian Hendar, Bu Nining dan juga Damilah pindah ke rumah Hendar, sementara Engkom dan suaminya tinggal di rumah Bu Nining. Sepertinya rumah tersebut akan diwariskan kepada anak keduanya itu.

"Pergi kamu ambil ikan di kolam. Awas saja kalau sampai nanti sore belum ada makanan, ibu gak akan ngasih uang jajan lagi ke anak-anak kamu!"

Gayatri buru-buru mengambil pancingan dan pergi ke kolam yang letaknya berada tidak jauh dari belakang rumah Gayatri. Sambil ditemani oleh kedua anaknya yang masih kecil, Gayatri mulai mencari umpan cacing dan daun, dalam hati berharap semoga saja dirinya berhasil mendapatkan ikan.

***

"Gayatri! Kamu pagi-pagi masih tidur! Cepat bangun dan masak sana! Jadi orang males banget, sih!" Bu Nining mengguyur Gayatri dengan segelas air minum.

Gayatri yang tidak sengaja terlelap karena kelelahan pasalnya dari subuh sampai sekarang pukul dua belas siang hari dirinya tidak berhenti bekerja. Dimulai dari masak nasi di tungku karena Bu Nining melarangnya memasak nasi di rice cooker, katanya boros listrik. Kemudian pergi mencuci piring dan baju di empang yang jaraknya cukup jauh serta jalanan yang naik turun. Padahal ddi rumah ada air, dan sekali lagi Bu Nining mengatakan harus hemat listrik. Sementara empang kolam di belakang rumah airnya memang kecil karena sekarang memasuki musim kemarau dan juga air dari hulu selalu digilir ke tempat lain.

Setelah selesai dengan urusan rumah tangga, Gayatri langsung mencabuti rumput yang mulai tumbuh di sekeliling rumah. Biasanya ketika ada Hendar sering disemprot dengan herbisida, tapi karena harganya mahal dan sekarang sedang mengirit, mau tidak mau sekarang harus dibabad menggunakan tangan yang sangat menguras tenaga.

Ibu Nining baru saja datang dari pengajian bulanan yang diselenggarakan di mesjid desa. Melihat Gayatri yang ketiduran di teras depan membuatnya murka, apalagi sampah dari rumput yang masih berserakan dan belum dikumpulkan. Kekesalan Bu Nining makin memuncak ketika dirinya baru masuk ke rumah melihat di ruang tengah banyak sekali mainan yang berceceran di sana-sini. Bantal sofa sudah tidak pada tempatnya, gorden lepas dari tempatnya, noda spidol mengotori lantai yang banyak berserakan mainan.

"Gayatri!!! Kamu dari pagi ngapain aja? Kenapa kamu belum juga beres-beres rumah, hah?"

Gayatri buru-buru menghampiri. Kedua anaknya yang kaget mendengar suara menggelegar dari neneknya itu langsung berlindung di kaki ibunya.

"Maafin Ghifari dan Baiq, Bu. Mereka masih kecil jadi gak tahu kalau habis main harus dibereskan lagi."

"Seharusnya kamu didik anak kamu yang bener. Jangan bisanya cuma main dan berantakin rumah. Sana cepat beresin, malu kalau dilihat tetangga rumah kayak tempat sampah gini. Ini lagi, kalau tivi gak ditonton gak usah dinyalain, buang-buang listrik aja. Nih, gara-gara anak kamu yang dari pagi sampai pagi nonton tivi terus listrik di rumah ini jadi naik. Besok kalian gak usah nonton tivi lagi."

"Maaf, Bu."

Kedua anak Gayatri hanya menangis dalam diam. Mereka berdua takut pada neneknya, soalnya bukan sekali ini saja mereka dimarahi seperti itu, sering sekali mereka dimarahi apalagi ketika mereka sedang bermain dan berteriak-teriak, neneknya selalu menyentak sambil melotot. Selain itu, mereka berdua sering mendengar teriakan amarah dari neneknya untuk ibunya. Makin bertambah saja trauma anak kecil tersebut. Yang membuat mereka sedih  juga karena mereka tidak diperbolehkan main dengan tetangga, soalnya nanti kalau anak tetangga jajan, pasti mereka berdua juga harus jajan.

Dengan gerakan cepat, Gayatri merapikan mainan yang berantakan tersebut ke dalam kardus kemudian menyimpannya ke kamarnya. Gayatri juga menyapu dan mengepel ruang tengah hingga sekarang bersih kembali. Gayatri juga cepat-cepat membereskan halaman rumah karena hari sudah siang sementara dirinya belum masak untuk makan sore nanti.

Malam harinya, ketika Bu Nining dan Damilah sudah selesai makan malam, kini giliran Gayatri dan kedua anaknya yang makan. Entah kenapa ibu mertua dan adik iparnya itu anti sekali makan bersama dengan Gayatri, padahal dulu ketika Hendar masih ada, mereka makan bersama saja tidak terlihat keberatan sama sekali.

"Ibu, kakak bosen makan tempe terus. Kakak juga pengen makan ikan," ucap Ghifari dengan pelan dan nada bicara khas anak kecil yang belum begitu jelas artikulasinya.

"Sabar ya, kapan-kapan ibu masakin kamu daging." Gayatri mengelus kepala anak sulungnya.

Meskipun masih kecil, tetapi Ghifari tidak mau makan disuapi oleh ibunya karena dirinya sudah mengerti kalau adiknya sekarang sudah menjadi prioritas utama yang harus disuapi. Apalagi kata Ghifari sendiri, dirinya sudah besar. Baru saja dirinya berulang tahun yang ke lima dua bulan lalu dan sebentar lagi akan masuk TK, tapi sayangnya Bu Nining tidak mengijinkan.

Setelah selesai menyuapi Baiq makan sayur bayam, kini giliran Gayatri yang makan. Ia kembali memakan ikan asin sisa tadi pagi. Gayatri merasa nelangsa dengan kehidupannya sekarang apalagi melihat kedua anaknya yang masih kecil tapi makan sehari-hari dengan seadanya, bisa dibilang kalau asupan gizi untuk anak-anaknya itu sangat kurang.

Gayatri menghela napas disela makan malamnya. Kepalanya terus berpikir tentang rencana ke depan. Saat ini dirinya sudah tidak memiliki pemasukan uang. Uang simpanannya juga sudah tinggal sedikit. Sebenarnya Gayatri ingin bekerja serabutan, tetapi dirinya takut kalau nantinya Bu Nining tidak setuju. Tapi kalau seperti ini terus, hidupnya akan semakin menderita dan Gayatri takut akan berdampak pada kedua anaknya jika ekonominya benar-benar ambruk.

"Apa aku bujuk saja ibu, ya?" pikir Gayatri.

Untuk saat ini, ibu mertuanya itu pikirannya kadang memang suka plin-plan. Sepertinya jika nanti musim menanam padi, atau panen hasil kebun, akan ada orang yang mengajak Gayatri bekerja. Tapi mereka biasanya mengajak Gayatri ketika pekerjaan di sawah dan di kebun milik Bu Nining sudah selesai. Selain itu, Gayatri juga ingin meminta ijin untuk membeli mesin jahit. Dari hasil menjahit baju atau mengecilkan baju, uangnya cukup lumayan untuk jajan sehari-hari anak-anaknya. Pun, Gayatri tidak ingin menyia-nyiakan keterampilannya. Dulu sebelum Hendar tiada memang Gayatri sudah meminta ijin dan diperbolehkan oleh suaminya. Sayangnya keinginan tersebut belum terealisasikan sampai sekarang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Cindy

    "Gayatri, bisa bicara sebentar?" tanya Bu Nela setelah Gayatri selesai mengerjakan pekerjaan rumah.Gayatri hanya mengangguk. Kemudian ia mengikuti Bu Nela dan duduk di kursi santai di balkon apartemen Bram."Jadi begini, saya sudah membicarakan hal ini dengan Bram tadi malam. Saya berencana mengerjakan kamu menjadi baby sitter, untuk masalah gaji kamu tenang saja, tidak usah khawatir. Gaji kamu akan naik dua kali lipat." Bu Nela menatap Gayatri. "Kamu sanggup, kan?""Saya sanggup, Bu.""Lusa kamu mulai pindah ke sini.""Eh? Maaf, Bu?""Bram nggak bilang, ya?"Gayatri menggeleng.Bu Nela menjelaskan. "Jadi gini, karena kamu akan mengurus bayi, jadi tidak mungkin kalau kamu harus pulang pergi, apalagi bayi selalu terbangun tengah malam. Jadi kamu akan tinggal di sini, di apartemen sebelah Bram. Kebetulan itu apartemen punya saya. Sebenarnya saya menyuruh Bram untuk tinggal di rumah. Tapi ia tidak mau.""Lalu apakah anak-anak saya juga ikut?""Benar. Kamu bawa saja anak-anak ke sini. Na

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nela

    "Pak Bram!" Gayatri mengetuk pintu. Meskipun kemarin Bram mengatakan kalau hendak membangunkannya Gayatri masuk saja ke kamar tapi Gayatri sungkan. Masa iya seorang janda seperti dirinya harus masuk ke dalam kamar bujangan yang tengah tertidur pulas. "Saya sudah bangun, Tri!" Gayatri langsung kembali ke dapur untuk mengambil vacum cleaner dan pel-an. Untuk hari ini ia tidak mencuci baju karena kata Bram, Gayatri mencuci bajunya dua atau tiga hari sekali saja. Pukul setengah tujuh pagi Bram sudah rapi dan bersiap untuk berangkat. Gayatri juga sudah selesai membereskan rumah dan sekarang ia hendak pulang untuk bekerja di rumah yang lain. Bram juga sudah memberikan ijin untuk Gayatri bekerja yang lain asalkan nanti pas bagian bekerja di rumahnya, Gayatri datang tepat waktu. Gayatri bekerja dari rumah ke rumah sebagai buruh cuci. Kalau ada yang menyuruhnya untuk menyetrika, Gayatri menolaknya karena menyetrika menyita banyak waktu. Ia melakukannya harus berada di waktu yang benar-bena

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bram

    Seorang lelaki berperawakan tinggi dan berkulit kecokelatan dengan potongan rambut bergaya undercut itu menguap lebar. Sambil menunggu pintu lift terbuka ia mencoba membuka matanya lebar-lebar supaya kesadarannya masih terjaga. Pekerjaannya dari luar kota menguras tenaganya, ditambah perjalanan yang jauh membuatnya benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.Selang beberapa menit kemudian dirinya sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia membuka kunci kemudian masuk. Keningnya sedikit mengkerut melihat ada sandal lusuh. Sepertinya itu milik asisten rumah tangga yang baru. Aroma masakan juga mulai tercium harum menyeruak ke seisi ruangan. Laki-laki itu yang sedang lelah dan kelaparan perutnya semakin perih dan tidak sabar untuk makan."Ini beneran apartemen-ku, bukan, sih?" gumam laki-laki itu. Ia terkejut melihat seorang perempuan muda yang tengah mengelap meja dapur. Sebuah menu masakan sudah terhidang di meja makan.Laki-laki itu kembali ke luar apartemen, hanya untuk

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Kehidupan yang Baru

    "Minum dulu, Tri." Asti memberikan air hangat untuk Gayatri dan kedua anaknya.Gayatri baru saja sampai di Pelabuhan Merak setelah beberapa jam mengarungi lautan dari Pelabuhan Bakauheuni.Ya, benar, Gayatri sekarang berada di Pulau Jawa, ia tidak benar-benar pergi ke Batam sesuai apa yang dikatakan Alin pada keluarga Bu Nining dan para warga.Pelarian Gayatri ini dibantu oleh ketiga sahabatnya yang berada di Lampung, keluarga Bu Uri, Pak RT dan beberapa warga yang lain. Gayatri kabur dari rumah tepat pukul satu malam saat ibu mertuanya dan adik iparnya sedang tidur pulas. Sengaja Gayatri memilih waktu tersebut karena memang Gayatri sudah terbiasa bangun tengah malam, jadi kalau Bu Nining terbangun ia tidak akan curiga kalau menantunya itu sebenarnya sedang melarikan diri.Gayatri pergi menggunakan mobil pickup milik Bu Uri, sekalian Bu Uri mengantarkan sayuran ke pasar subuh. Perjalanan yang sangat menegangkan bagi Gayatri itu sekarang sudah selesai. Ia bisa bernapas lega dan hatinya

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nining

    Sampai pukul tujuh pagi Gayatri dan kedua anaknya tidak kunjung datang juga ke rumah. Bu Nining sudah tidak enak duduk, tidak enak makan dan sebagainya. Ia terus saja mondar-mandir dan sesekali berdecak kesal, kepalanya terus menoleh ke arah jalan, siapa tahu nanti begitu Gayatri muncul, ia akan langsung memborbardir Gayatri dengan amukan yang meledak-ledak.Setengah jam kemudian, ada sebuah mobil pickup berwarna hitam yang sering digunakan untuk mengangkut hewan ternak berhenti di depan rumah Gayatri.Bu Nining mengerutkan keningnya kemudian menghampiri sopir dan seorang yang duduk di kursi penumpang."Lho, juragan Iwan. Mau ke mana?" tanya Bu Nining."Ini saya mau mengambil ternak milik Gayatri, Bu.""Ternak? Ternak apa?" Bu Nining terheran-heran."Kambing milik Gayatri. Kemarin lusa Gayatri menjual semua kambingnya ke saya. Dan hari ini saya mau mengambil semuanya termasuk ayam-ayam yang Gayatri pelihara.""Mengambil? Gayatri menjual kambing? Kok saya gak tahu? Juragan Iwan jangan

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Rencana

    Darsa sudah melaksanakan pertunangan dengan anak Pak RW, tanggal pernikahan mereka juga sudah direncanakan dan kabar tersebut sekarang menjadi topik perbincangan hangat di antara para warga desa. Termasuk Bu Nining, dengan kesal ia membicarakan dua sejoli itu. Bahkan sampai saat ini Bu Nining selalu saja menyalahkan Gayatri atas gagalnya rencana mengenalkan Damilah pada Darsa.Pernah waktu kemarin saat kabar Darsa berpacaran dengan anaknya Pak RW, Bu Nining menyalahkan Gayatri dan memaki menantunya itu. Bu Nining juga sempat main tangan dan mulutnya berkata kasar saking emosinya. Ia juga selalu menyuarakan untuk Gayatri hengkang dari rumahnya. Ralat, ini sebenarnya rumah milik Hendar. Sertifikat dan SPPT juga atas nama Hendar. Meskipun ini adalah tanah warisan, tetapi biaya pembangunan rumah semuanya atas jerih payah Hendar dan Gayatri. Dan sekarang, Bu Nining merasa tidak ikhlas saat tanah warisannya itu diambil alih oleh Gayatri, istri sah dari anaknya. Karena memang Gayatri-lah yan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status