Share

Sakit

Aвтор: Hayanis Kalani
last update Последнее обновление: 2024-02-24 08:11:57

Tubuh Gayatri panas dan mengeluarkan keringat dingin. Di tengah malam yang sunyi ini Gayatri sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara karena karena menangis dalam diam. Dirinya merasa nelangsa karena sedang sakit tapi tidak ada yang mengurus, juga Gayatri tidak bisa mengurus kedua anaknya, sekarang anaknya ditelantarkan dan bahkan kedua anaknya tidak makan malam sama sekali karena dimarahi oleh neneknya.

Gayatri memeras kompres yang sudah mendingin. Ia kembali berbaring sambil mengusap kepala anak-anaknya. Jika saja Gayatri masih memiliki kedua orang tua, mungkin hidup Gayatri tidak terlalu berat seperti ini. Dan andaikan saja ibu mertua serta iparnya berperilaku baik, hidupnya yang tinggal bersama di keluarga suami pasti tidak akan menderita.

Pagi harinya tubuh Gayatri sudah agak mendingan meskipun suhu tubuhnya masih cukup panas tetapi kepalanya tidak terlalu berat dan pusing. Rutinitas paginya seperti biasa, masak dari jam empat subuh dan beres-beres rumah. Hari ini rencananya Gayatri akan mencari kayu bakar dan mengambil rumput untuk pakan kambing. Sementara ibu mertuanya akan pergi ke kebun di bagian selatan untuk kembali memetik kapulaga dan kopi. Mungkin nanti Gayatri akan membantunya jika pekerjaannya sudah selesai.

Pukul setengah tujuh Gayatri sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Damilah juga sudah pergi ke sekolah mengendarai motor milik Gayatri yang semenjak Hendar meninggal barang-barang milik Gayatri diambil alih oleh adik iparnya itu, termasuk kamar tidurnya.

Bu Nining juga sudah pergi ke sawah, kini giliran Gayatri yang pergi ke kebun. Terpaksa juga Gayatri membawa kedua anaknya ya karena ke kebunnya sekarang hanya sebentar untuk mencari kayu bakar saja. Setelah sarapan dan meminum obat, Gayatri langsung pergi ke kebun yang berbatasan dengan sawah, ia terlebih dahulu akan mengambil rumput untuk kambing sebelum matahari semakin naik dan membuat rumput cepat layu.

Tubuh Gayatri mulai mengeluarkan keringat dingin lagi, kepalanya juga sedikit agak pusing. Padahal Gayatri baru saja bekerja belum lama, rumput yang terkumpul juga baru dapat seperempat karung. Istirahat sejenak, Gayatri selonjoran di bawah pohon pepaya, matanya terpejam saking pusingnya kepala dia. Sepuluh menit kemudian, tubuh Gayatri sudah agak mendingan. Ia kemudian melanjutkan mengambil rumput. Tidak berapa lama ada Bu Sari dan Pak Juned datang yang sama akan mengambil rumput juga.

Melihat Gayatri yang terlihat loyo dan sayu, pasangan suami istri itu membantu Gayatri karena merasa kasihan. Selain itu Pak Juned juga membawakan satu karung berisi rumput itu ke rumah Gayatri. Bu Sari juga membantu membawakan kayu bakar yang tadi sudah dikumpulkan sebelumnya oleh Gayatri juga Ghifari.

Sampai di rumah, Gayatri tidur sebentar sekitar lima belas menit. Setelah itu ia memasak nasi dan sayur juga balado telur. Setelah semua selesai, Gayatri kembali tidur untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

Bu Nining baru datang, wajahnya terlihat kesal karena Gayatri tidak datang membantunya. Sekarang di rumah Bu Nining sedang berteriak-teriak memanggil Gayatri, menyuruh Gayatri menyapu pekarangan rumah karena banyak daun berserakan akibat hari ini mulai ada angin kencang.

Ghifari yang sedang bermain di ruang tengah buru-buru berlari ke luar dan mengambil sapu lidi. Dengan tenaga yang seadanya Ghifari mulai mengayunkan sapu lidi tersebut dan menyapu dedaunan yang berserakan.

"Dari kemarin sakit mulu, nyusahin aja." Bu Nining menggerutu. Ia menutup pintu dapur dengan cara membantingnya dan menimbulkan suara dentuman yang keras.

Bu Nining kemudian mengambil alih sapu yang sedang digunakan oleh Ghifari. Mulutnya tidak pernah berhenti mengomel dan terus menjelek-jelekkan Gayatri di depan Ghifari yang meskipun anaknya masih kecil tapi Ghifari tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

"Nenek kenapa jelek-jelek terus ibu? Ibu Ghifari sedang sakit. Tadi saja waktu di kebun ibu pingsan."

"Kamu anak kecil tahu apa, hah?"

Meskipun tidak tahu secara spesifik apa itu pingsan dan hanya tahu dari mulut orang dewasa, tapi Ghifari mengerti kalau pingsan itu tiba-tiba terjatuh dan mata terpejam tidak sadarkan diri seperti orang yang sedang tidur.

"Tadi juga ibu waktu di kebun pulangnya sempat digotong sama orang-orang."

"Kamu kecil-kecil sudah berani berbohong. Kamu juga berani melawan. Dasar si Gayatri itu gak becus ngedidik anak."

"Assalamualaikum, Bu Nining." Tiba-tiba Bu Sari datang membawa kantong kresek berukuran sedang.

"Waalaikumsalam, Bu Sari. Ada apa ya tiba-tiba datang ke sini bersama ibu-ibu yang lain?"

"Saya sama ibu-ibu pengajian datang ke sini mau menjenguk Gayatri."

"Gayatri gak usah dijenguk, dia itu lagi sehat-sehat saja."

"Nggak kok, Bu. Gayatri itu sedang sakit. Tadi waktu ngambil rumput sama saya Gayatri pingsan, lho."

"Alah, itu bukan sakit, cuma pura-pura. Lagipula si Gayatri itu kalau sakit suka dirasa. Dia mah manja orangnya, lemah."

Bu Sari dan ibu-ibu yang lain saling pandang. "Kalau berkenan, boleh kami lihat keadaan Gayatri?"

"Bu Sari, saya sudah bilang kalau Gayatri itu sedang tidak sakit. Kalau sakit parah sih silakan saja jenguk, ini cuma sakit masuk angin biasa. Dasar si Gayatri itu hobinya ngerepotin orang-orang saja."

"Bu Sari bisa tunggu Ghifari dan Baiq? Ghifari mau ke mesjid sekarang. Tapi Ghifari mau mandi dulu."

Ghifari ini temannya cucu Bu Sari, Ikmal namanya. Mereka memang sering ke mesjid bersama.

"Iya boleh. Nanti katanya Ikmal juga akan datang ke sini."

Mau tidak mau Bu Nining mempersilakan rombongan ibu-ibu itu masuk ke dalam rumah. Selagi Bu Nining sedang berada di dapur, Bu Sari masuk ke dalam kamar dan melihat kondisi Gayatri. Betapa terkejutnya Bu Sari melihat kondisi Gayatri yang sangat pucat seperti tidak memiliki setetes darah dalam tubuhnya. Seluruh badannya juga panas.

"Gayatri, ayo kita pergi ke dokter. Kamu harus diperiksa."

Gayatri menggeleng lemah. Ia tidak bisa mengeluarkan suara barang satu kata pun.

"Gayatri, ayo kamu harus diperiksa. Kalau kamu sakit terus, ibu kasihan sama kamu dan anak-anak kamu karena gak ada yang ngurus. Kamu tahu sendiri, kan, ibu mertua kamu itu kayak gimana."

Ibu-ibu yang lain memanggil Alin supaya bisa membujuk Gayatri. Bu Nining yang mendengar suara keributan di ruang tengah kemudian menghampiri.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Kami mau bawa Gayatri ke dokter."

"Gayatri gak perlu dibawa ke dokter. Nanti juga sembuh sendiri."

"Bu Nining buta? Gak bisa lihat kalau Gayatri seperti mayat hidup?" Alin membalas dengan ucapan yang sangat tajam. Tanpa menerima persetujuan dari Bu Nining, Alin dan ibu-ibu yang lain membantu menggotong tubuh Gayatri dan dimasukkan ke dalam mobil.

Sebelum berangkat, Alin berbicara lagi pada Bu Nining. "Ibu Nining gak perlu cemas uang ibu habis. Tenang saja, Gayatri masih punya uang untuk berobat, ongkos mobil dan membiayai makan anak-anaknya. Bu Nining gak bakal rugi, kok. Kalau Gayatri gak sembuh-sembuh gara-gara gak berobat, yang ada nanti Bu Nining yang repot karena gak ada yang bantu seluruh pekerjaan Bu Nining."

Wajah Bu Nining sangat masam. Dirinya memang paling tidak suka diajari oleh anak kecil seperti Alin yang belum setengahnya merasakan asam garam kehidupan. Apalagi ini Alin selalu saja ikut campur dalam kehidupan keluarga Bu Nining. Kalau nanti Gayatri sudah sembuh, Bu Nining akan melarang Gayatri berteman dengan Alin karena Bu Nining tidak mau jika nanti Gayatri bisa melawan dirinya gara-gara hasutan dari teman terdekatnya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Cindy

    "Gayatri, bisa bicara sebentar?" tanya Bu Nela setelah Gayatri selesai mengerjakan pekerjaan rumah.Gayatri hanya mengangguk. Kemudian ia mengikuti Bu Nela dan duduk di kursi santai di balkon apartemen Bram."Jadi begini, saya sudah membicarakan hal ini dengan Bram tadi malam. Saya berencana mengerjakan kamu menjadi baby sitter, untuk masalah gaji kamu tenang saja, tidak usah khawatir. Gaji kamu akan naik dua kali lipat." Bu Nela menatap Gayatri. "Kamu sanggup, kan?""Saya sanggup, Bu.""Lusa kamu mulai pindah ke sini.""Eh? Maaf, Bu?""Bram nggak bilang, ya?"Gayatri menggeleng.Bu Nela menjelaskan. "Jadi gini, karena kamu akan mengurus bayi, jadi tidak mungkin kalau kamu harus pulang pergi, apalagi bayi selalu terbangun tengah malam. Jadi kamu akan tinggal di sini, di apartemen sebelah Bram. Kebetulan itu apartemen punya saya. Sebenarnya saya menyuruh Bram untuk tinggal di rumah. Tapi ia tidak mau.""Lalu apakah anak-anak saya juga ikut?""Benar. Kamu bawa saja anak-anak ke sini. Na

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nela

    "Pak Bram!" Gayatri mengetuk pintu. Meskipun kemarin Bram mengatakan kalau hendak membangunkannya Gayatri masuk saja ke kamar tapi Gayatri sungkan. Masa iya seorang janda seperti dirinya harus masuk ke dalam kamar bujangan yang tengah tertidur pulas. "Saya sudah bangun, Tri!" Gayatri langsung kembali ke dapur untuk mengambil vacum cleaner dan pel-an. Untuk hari ini ia tidak mencuci baju karena kata Bram, Gayatri mencuci bajunya dua atau tiga hari sekali saja. Pukul setengah tujuh pagi Bram sudah rapi dan bersiap untuk berangkat. Gayatri juga sudah selesai membereskan rumah dan sekarang ia hendak pulang untuk bekerja di rumah yang lain. Bram juga sudah memberikan ijin untuk Gayatri bekerja yang lain asalkan nanti pas bagian bekerja di rumahnya, Gayatri datang tepat waktu. Gayatri bekerja dari rumah ke rumah sebagai buruh cuci. Kalau ada yang menyuruhnya untuk menyetrika, Gayatri menolaknya karena menyetrika menyita banyak waktu. Ia melakukannya harus berada di waktu yang benar-bena

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bram

    Seorang lelaki berperawakan tinggi dan berkulit kecokelatan dengan potongan rambut bergaya undercut itu menguap lebar. Sambil menunggu pintu lift terbuka ia mencoba membuka matanya lebar-lebar supaya kesadarannya masih terjaga. Pekerjaannya dari luar kota menguras tenaganya, ditambah perjalanan yang jauh membuatnya benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.Selang beberapa menit kemudian dirinya sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia membuka kunci kemudian masuk. Keningnya sedikit mengkerut melihat ada sandal lusuh. Sepertinya itu milik asisten rumah tangga yang baru. Aroma masakan juga mulai tercium harum menyeruak ke seisi ruangan. Laki-laki itu yang sedang lelah dan kelaparan perutnya semakin perih dan tidak sabar untuk makan."Ini beneran apartemen-ku, bukan, sih?" gumam laki-laki itu. Ia terkejut melihat seorang perempuan muda yang tengah mengelap meja dapur. Sebuah menu masakan sudah terhidang di meja makan.Laki-laki itu kembali ke luar apartemen, hanya untuk

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Kehidupan yang Baru

    "Minum dulu, Tri." Asti memberikan air hangat untuk Gayatri dan kedua anaknya.Gayatri baru saja sampai di Pelabuhan Merak setelah beberapa jam mengarungi lautan dari Pelabuhan Bakauheuni.Ya, benar, Gayatri sekarang berada di Pulau Jawa, ia tidak benar-benar pergi ke Batam sesuai apa yang dikatakan Alin pada keluarga Bu Nining dan para warga.Pelarian Gayatri ini dibantu oleh ketiga sahabatnya yang berada di Lampung, keluarga Bu Uri, Pak RT dan beberapa warga yang lain. Gayatri kabur dari rumah tepat pukul satu malam saat ibu mertuanya dan adik iparnya sedang tidur pulas. Sengaja Gayatri memilih waktu tersebut karena memang Gayatri sudah terbiasa bangun tengah malam, jadi kalau Bu Nining terbangun ia tidak akan curiga kalau menantunya itu sebenarnya sedang melarikan diri.Gayatri pergi menggunakan mobil pickup milik Bu Uri, sekalian Bu Uri mengantarkan sayuran ke pasar subuh. Perjalanan yang sangat menegangkan bagi Gayatri itu sekarang sudah selesai. Ia bisa bernapas lega dan hatinya

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nining

    Sampai pukul tujuh pagi Gayatri dan kedua anaknya tidak kunjung datang juga ke rumah. Bu Nining sudah tidak enak duduk, tidak enak makan dan sebagainya. Ia terus saja mondar-mandir dan sesekali berdecak kesal, kepalanya terus menoleh ke arah jalan, siapa tahu nanti begitu Gayatri muncul, ia akan langsung memborbardir Gayatri dengan amukan yang meledak-ledak.Setengah jam kemudian, ada sebuah mobil pickup berwarna hitam yang sering digunakan untuk mengangkut hewan ternak berhenti di depan rumah Gayatri.Bu Nining mengerutkan keningnya kemudian menghampiri sopir dan seorang yang duduk di kursi penumpang."Lho, juragan Iwan. Mau ke mana?" tanya Bu Nining."Ini saya mau mengambil ternak milik Gayatri, Bu.""Ternak? Ternak apa?" Bu Nining terheran-heran."Kambing milik Gayatri. Kemarin lusa Gayatri menjual semua kambingnya ke saya. Dan hari ini saya mau mengambil semuanya termasuk ayam-ayam yang Gayatri pelihara.""Mengambil? Gayatri menjual kambing? Kok saya gak tahu? Juragan Iwan jangan

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Rencana

    Darsa sudah melaksanakan pertunangan dengan anak Pak RW, tanggal pernikahan mereka juga sudah direncanakan dan kabar tersebut sekarang menjadi topik perbincangan hangat di antara para warga desa. Termasuk Bu Nining, dengan kesal ia membicarakan dua sejoli itu. Bahkan sampai saat ini Bu Nining selalu saja menyalahkan Gayatri atas gagalnya rencana mengenalkan Damilah pada Darsa.Pernah waktu kemarin saat kabar Darsa berpacaran dengan anaknya Pak RW, Bu Nining menyalahkan Gayatri dan memaki menantunya itu. Bu Nining juga sempat main tangan dan mulutnya berkata kasar saking emosinya. Ia juga selalu menyuarakan untuk Gayatri hengkang dari rumahnya. Ralat, ini sebenarnya rumah milik Hendar. Sertifikat dan SPPT juga atas nama Hendar. Meskipun ini adalah tanah warisan, tetapi biaya pembangunan rumah semuanya atas jerih payah Hendar dan Gayatri. Dan sekarang, Bu Nining merasa tidak ikhlas saat tanah warisannya itu diambil alih oleh Gayatri, istri sah dari anaknya. Karena memang Gayatri-lah yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status