Share

Bab 3

Author: Ashana
Saat duduk di bangku kelas satu SD, aku sudah berusia delapan tahun. Jadi, setelah lulus SD, aku sudah berusia empat belas tahun.

Pencari jodoh dari desa sebelah menunjuk ke televisi. "Orang zaman dahulu sudah punya anak di usia seperti ini."

"Aku bisa membiayai semua yang kamu butuhkan selama tiga tahun SMP. Tapi setelah lulus SMP, kamu harus menikah. Bagaimana?"

"Bukannya aku ingin menasihatimu. Anak dari pedesaan nggak akan bisa mengikuti perkembangan di kota. Anak perempuan nggak perlu belajar tinggi-tinggi seperti anak laki-laki. Tiga tahun kemudian, bagaimana kalau kamu nggak bisa lulus ujian? Bagaimana kalau ada yang menghamilimu? Saat itu, kamu nggak akan mendapatkan apa pun."

Sekilas, ibuku tampak tidak setuju.

Beberapa hari kemudian, saat kakak baik hati yang selalu memberikan uang menanyakan situasiku.

Ibuku baru mengatakan ingin aku bertunangan.

Kakak itu terkejut. Dia mencari temannya dan memutuskan untuk terus menyokongku.

Ibuku baru merasa puas dan menolak pencari jodoh itu.

Dia sudah terbiasa mendapatkan uang dengan menarik simpati orang lain terhadapku.

Asalkan memanfaatkanku dengan baik, dia bisa menghasilkan uang dengan mudah. Bahkan, jauh lebih mudah daripada transaksi jual beli.

Dia ingin aku diterima di universitas terkenal seperti Universitas Palapa dan Universitas Gading. Itu juga karena dia dengar Universitas Palapa dan Universitas Gading bisa menarik lebih banyak simpati dan pendanaan dari masyarakat.

Bagaimanapun, siswa miskin yang nilainya bagus bisa mendapatkan lebih banyak simpati dan pengakuan dibandingkan siswa miskin yang nilainya buruk.

Di layar besar, ibuku sedang mengajari Nomor 1. "Saat bertemu guru dan kepala sekolah, menangislah dengan sedih. Dengan begitu, kamu baru bisa menghasilkan uang. Mengerti?"

"Aku melakukan semua ini juga karena mengkhawatirkanmu."

"Biarlah aku yang menjadi orang jahat. Aku mendapat uang, tapi semua uang itu juga untukmu. Siapa tahu kelak masih bisa belikan rumah untukmu."

"Aku sudah menciptakan kondisi yang bagus agar kamu bisa belajar. Kamu harus belajar baik-baik."

Di layar, Nomor 1 mengangguk dengan tegas.

Para penonton kini juga memiliki pendapat berbeda. Sebagian berpendapat bahwa ibu tidak boleh menghasilkan uang dengan menarik simpati.

Yang sebagian lagi mengatakan kebaikan orang tua patut dipuji. Meski si ibu melakukan hal licik, itu juga karena dia tidak punya kemampuan lain. Jadi, dia hanya bisa menghasilkan uang dengan cara ini.

Kehidupan dalam SMP Perdana juga dimulai dengan berlutut lagi.

Nomor 1 berkulit gelap dan kurus. Dia jauh lebih pendek dari teman-teman sebayanya. Apalagi, pakaiannya compang-camping.

Setelah kepala sekolah dan guru berjanji untuk memberikan kebijakan pendanaan kepada Nomor 1, ibuku baru bangkit.

Namun, ibuku tidak puas. Pada pertemuan orang tua murid untuk pendaftaran sekolah, dia menargetkan orang tua murid paling kaya di kelas.

Dia menangis dan memohon bantuan kepada orang tua paling kaya itu sambil mengatakan bahwa dia bisa menjodohkan Nomor 1 pada putranya.

Orang tua kaya tidak berdaya. Dia berjanji akan memberikan 1 juta untuk biaya makan setiap tanggal 1.

Ibuku kini telah menerima uang dari tiga orang yang berbeda. Kakak baik hati, bantuan dari pihak sekolah, dan juga orang tua murid yang kaya.

Namun, Nomor 1 sering mengeluh tidak kenyang. Dia meminta ibunya untuk memberinya lebih banyak uang untuk makan.

Ibuku berkata, "Kalau kamu menjalani kehidupan yang baik, apa orang lain masih akan mengasihanimu? Lagi pula, kita ini orang miskin. Jadi, kita harus berhemat."

Nomor 1 mengalami semua hal yang mungkin dialami siswa miskin di sekolah.

Anak laki-laki yang membuat keributan itu tersenyum sinis saat melihatnya. "Ibunya menjualnya!"

Teman sekelas juga mulai meledeknya.

Satu bulan setelah sekolah dimulai, Nomor 1 mendapatkan menstruasi pertamanya. Dia bingung dan menerima sebungkus pembalut pemberian gurunya.

Dia telah mengikuti instruksi pemakaian dan mengganti pembalut setiap empat hingga lima jam. Namun, sebungkus pembalut tidak cukup untuk seminggu. Dia meminta uang kepada ibunya, tetapi ibunya malah memberinya gulungan tisu toilet.

Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap kali menghadapi pertanyaan di kelas, dia pasti akan melihat bangkunya dengan ketakutan.

Meski kondisinya sangat sulit, Nomor 1 masih tetap giat belajar.

Dia tidak mengikuti les privat dan tidak punya uang untuk membeli buku pelajaran. Jadi, dia hanya bisa mengikuti kelas dengan cermat dan bertanya kepada guru.

Teman-teman sekelas mentertawakannya. Dia menghabiskan waktu luang untuk belajar.

Beberapa penonton tersentuh.

"Orang yang mampu menghadapi kerasnya hidup, pasti akan menjadi orang yang berhasil begitu memasuki masyarakat."

"Aku sangat mengagumi karakter Nomor 1. Dia nggak peduli dengan pendapat orang lain dan fokus pada tujuan sendiri. Menghadapi kondisi seperti itu, dia juga nggak mementingkan ego-nya. Setelah dia menang nanti, aku akan menghadiahinya 200 juta."

Jujur saja, aku sangat mengagumi karakter ibuku. Dia memiliki mental yang sangat kuat.

Namun, mental yang kuat bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi nilai belajar yang baik.

Saat berada di kelas satu SMP, nilai Nomor 1 selalu berada di posisi menengah ke atas. Belakangan, nilainya mulai menurun secara bertahap.

Penonton tidak senang. "Bukankah Nomor 1 bilang, asal diberi kesempatan, dia akan belajar dengan giat? Mengapa dia selalu nggak fokus dan tertidur di kelas?"

Aku menjawab, "Karena lapar."

Di masa pertumbuhan remaja, rasanya sangat tersiksa kalau perut tidak terisi kenyang. Dia sangat kelaparan dan sering terbangun di tengah malam. Jadi, memengaruhi kualitas tidur.

Badannya kurang nutrisi dan kepalanya selalu terasa berat.

Terlebih lagi, Nomor 1 selalu begadang untuk belajar di bawah cahaya lampu berkekuatan belasan watt. Dia kini mulai rabun.

Ibuku enggan membelikan kacamata untuk Nomor 1. "Buat kacamata itu mahal. Jangan bertingkah seakan-akan kamu putri orang kaya. Kamu hanya perlu minta tolong pada gurumu agar membiarkanmu duduk di barisan pertama."

Nomor 1 sudah memohon, tetapi guru mengatakan bahwa tempat duduk dirotasi setiap minggu dan tidak ada yang namanya perlakuan khusus. Para guru dan teman sekelas mulai bosan dengan ibunya. Tidak ada yang mau memanjakan Nomor 1 lagi.

Penonton terdiam. "Kita tertipu. Dia sama sekali nggak memberikan apa yang dibutuhkan anaknya dalam belajar."

"Ditertawakan dan tekanan mental mungkin nggak masuk hitungan. Tapi setidaknya kebutuhan dasarnya harus terjamin, 'kan?"

Ada seorang gadis tersenyum padaku dan berkata, "Kak, kamu sudah bekerja keras."

Aku menggelengkan kepala, "Masih lumayan. Sebenarnya aku nggak punya bakat dalam belajar. Itu sebabnya, nilaiku nggak begitu bagus."

Seperti yang aku katakan, begitu ada pelajaran kimia dan fisika, Nomor 1 mulai kesulitan mempelajarinya.

Ibuku enggan mendaftar les privat. Apalagi, tidak ada teman sekelas yang mau membantu Nomor 1. Lantaran keluarga Nomor 1 aneh dan miskin. Tidak ada yang mau berbicara dengan Nomor 1 karena mereka takut ibunya akan mendatangi keluarga mereka dan meminta dukungan.

Nilai Nomor 1 mulai menurun drastis.

Di atas persidangan, wajah suamiku perlahan berubah kusut. "Apa Nomor 1 yang berisi kesadaran ibu mertuaku punya bakat belajar yang sama dengan Hera Kumala?"

Sistem menjawab, "Ya. Kalau kamu hebat, kamu maju. Ini mengacu pada sejauh yang bisa kamu lakukan dalam kondisi yang sama."

Suamiku tiba-tiba berkeringat dingin. Putraku memandang kami dengan bingung.

Aku tersenyum sinis pada mereka semua.

Ujian masuk SMA sudah tiba.

Sistem mengumumkan. "Nilai ujian masuk SMA Ningsih lebih rendah daripada nilai orang yang diadili. Persyaratan 'Kamu Hebat, Kamu Maju' belum terpenuhi. Dia akan dimusnahkan."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Ibu Bukanlah Hal Mudah   Bab 8

    Farel menjadi bos yang tidak melakukan apa pun. Nomor 3 menjalani kehidupan di mana harus menghasilkan uang dan melakukan pekerjaan rumah tangga selama dua tahun.Nomor 3 akhirnya berhasil mengumpulkan 200 juta. Di tahun ini, Nomor 3 hamil secara tidak terduga.Namun, selama kehamilan, Farel berselingkuh.Farel pernah bilang, jadi istri harus berlapang dada.Jadi, Nomor 3 hanya bisa menahan emosinya. Jika tidak, dia akan gagal.Banyak penonton yang melihat adegan itu dengan geram. "Kesal sekali. Saat ini, seharusnya dia gugurkan bayi dalam kandungannya dan bercerai.""Kak, seleramu dalam menilai pria terlalu buruk. Setelah punya 60 miliar nanti, kamu harus lebih berhati-hati. Jangan tertipu dengan pria seperti itu lagi."Aku mengangguk.Saat menikah dengan Farel, aku selalu menganggap aku tidak layak mendapatkan cinta sejati dan merasa rendah diri.Selanjutnya, aku dikecewakan oleh kerabat terdekatku. Hanya dengan bekerja menghasilkan uang dan berhubungan dengan lebih banyak orang, kit

  • Menjadi Ibu Bukanlah Hal Mudah   Bab 7

    Sayangnya, Farel tidak bisa masuk ke dalam dan menghentikan Nomor 2.Dua bulan pertama.Nomor 2 mengambil uang yang dikumpulkan Farel selama bertahun-tahun untuk meningkatkan statusnya. Dia berdandan dan mencari pekerjaan kelas atas. Berusaha untuk menjadi ibu yang diinginkan oleh semua anak saat menghadiri pertemuan orang tua dan guru.Leon belajar dengan giat.Untuk sesaat, rasanya seperti 'seorang ibu yang penuh kasih dan anak yang berbakti'.Namun, setelah dua bulan, keduanya mulai malas.Menjadi siswa dengan nilai bagus ibaratnya menjadi ibu yang anggun. Semuanya membutuhkan tenaga dan uang.Apalagi, sangat melelahkan.Keduanya memutuskan untuk menjadi selebriti internet.Nomor 2 tampak gugup. Lantaran tidak mendengar suara sistem, dia baru merasa lega dan berkata, "Pemikiran ibuku terlalu kaku. Dengan menjadi selebriti Internet, bukankah bisa dengan mudah menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga? Selain itu, juga akan punya reputasi dan status sosial yang baik."Di tempat keja

  • Menjadi Ibu Bukanlah Hal Mudah   Bab 6

    Nomor 2 tidak mengontrol waktu yang dihabiskan Leon untuk bermain ponsel. Dia masih seorang anak kecil yang tidak punya kemampuan untuk membedakan. Setiap hari, dia menerima banyak informasi yang merangsang, bahkan vulgar dan berbahaya dari Internet.Dia begadang setiap malam sambil bermain ponsel. Setelah mengantuk berat, dia baru tidur. Itu sebabnya, dia tidak bisa bangun keesokan paginya.Leon terlalu banyak menonton video pendek yang menegangkan. Dia bahkan sulit berkonsentrasi saat kelas berlangsung. Nomor 2 juga tidak membimbing studinya Leon. Alhasil, nilai Leon juga mulai menurun.Saat bermain dengan teman sekelasnya, Leon tanpa sadar meniru beberapa adegan vulgar dalam video pendek hingga membuat teman sekelasnya marah.Saat melihat anak-anak dari keluarga kaya di ponsel, dia juga menginginkan mainan mahal dan ingin tinggal di rumah besar. Dia mulai meremehkan kondisi keluarganya sendiri ….Nomor 2 menyadari bahwa dia makin tidak bisa mengatur Leon lagi.Dia bertanya pada diri

  • Menjadi Ibu Bukanlah Hal Mudah   Bab 5

    Leon mengerutkan kening. "Huh! Ibu bodoh. Aku nggak mungkin jauh lebih buruk darimu."Aku menggelengkan kepala.Sistem bertanya lagi, giliran siapa selanjutnya.Leon berkata dengan murah hati, "Aku duluan. Ayah dan aku akan menjadi miliarder yang punya kekayaan 40 miliar."Sistem bertanya seperti biasa, "Lalu, menurutmu, aspek mana yang bisa kamu lakukan lebih baik dari orang yang diadili?""Semua aspek. Aku pasti akan menjadi seorang ibu yang lembut dan murah hati. Semua orang di kelas akan iri karena aku punya ibu seperti itu," kata Leon dengan percaya diri."Baiklah. Karena orang yang mengadili masih di bawah umur, ingatanmu nggak akan kuhapus kali ini." Sistem memberikan perlakuan istimewa kepada anak di bawah umur.Detik berikutnya, kesadaran Leon berubah menjadi Nomor 2 versi aku.Sistem mengingatkan. "Demi menghindari pengulangan, Nomor 2 akan memulai perjalanan hidupnya setelah Leon masuk SD."Singkatnya, semua yang terjadi sebelum Leon berusia tujuh tahun akan dirilis ketika F

  • Menjadi Ibu Bukanlah Hal Mudah   Bab 4

    Semua penonton kebingungan."Kenapa?""Dia bahkan nggak bisa bertahan sampai masuk SMA ataupun ujian masuk universitas?"Dalam sistem, nilai kimia dan fisika Nomor 1 yang buruk telah memberikan jawaban kepada semua orang.Sebenarnya, jika dia mempelajari fisika dan kimia dengan giat dan lebih banyak menghafal, dia masih bisa mempelajari sesuatu.Namun, mana mungkin orang seperti ibuku, yang terbiasa menarik simpati dan menipu orang untuk mendapatkan uang, akan berjuang keras, menerima pahitnya kehidupan, dan rajin belajar?Ketika menghadapi kesulitan, dia sudah terbiasa mengandalkan bantuan orang lain.Oleh karena itu, Nomor 1, yang berisi kesadaran ibuku, memilih untuk menyerah setelah dia tidak bisa mempelajarinya lagi.Jika ada dorongan dan bantuan dari guru ataupun teman sekelas, Nomor 1 mungkin bisa menjadi lebih baik. Sayangnya, Nomor 1 tidak punya teman.Sistem memutar ulang apa yang terjadi ketika aku masih SMP. Aku berbeda dengan Nomor 1.Aku memiliki harga diri yang kuat. Ora

  • Menjadi Ibu Bukanlah Hal Mudah   Bab 3

    Saat duduk di bangku kelas satu SD, aku sudah berusia delapan tahun. Jadi, setelah lulus SD, aku sudah berusia empat belas tahun.Pencari jodoh dari desa sebelah menunjuk ke televisi. "Orang zaman dahulu sudah punya anak di usia seperti ini.""Aku bisa membiayai semua yang kamu butuhkan selama tiga tahun SMP. Tapi setelah lulus SMP, kamu harus menikah. Bagaimana?""Bukannya aku ingin menasihatimu. Anak dari pedesaan nggak akan bisa mengikuti perkembangan di kota. Anak perempuan nggak perlu belajar tinggi-tinggi seperti anak laki-laki. Tiga tahun kemudian, bagaimana kalau kamu nggak bisa lulus ujian? Bagaimana kalau ada yang menghamilimu? Saat itu, kamu nggak akan mendapatkan apa pun."Sekilas, ibuku tampak tidak setuju.Beberapa hari kemudian, saat kakak baik hati yang selalu memberikan uang menanyakan situasiku.Ibuku baru mengatakan ingin aku bertunangan.Kakak itu terkejut. Dia mencari temannya dan memutuskan untuk terus menyokongku.Ibuku baru merasa puas dan menolak pencari jodoh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status