Home / Romansa / Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO / 2. Solusi yang Menghancurkan Prinsip

Share

2. Solusi yang Menghancurkan Prinsip

Author: Ndraa Archer
last update Last Updated: 2024-12-19 10:08:38

Keesokan harinya,  ’Apa yang harus aku lakukan? Tiga hari saja, tapi rasanya seperti tiga tahun. Nenek terbaring di rumah sakit, menunggu operasi yang mungkin bisa menyelamatkan nyawanya. Tapi, bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebanyak itu? Aku sudah mencoba semua cara, tapi tidak ada yang berhasil.’

Jasmine duduk termenung di toko serba ada milik Zora, sepupunya. Tangannya sibuk menyusun rak barang, tetapi pikirannya melayang-layang.

’Aku tidak bisa kehilangan Nenek. Nenek adalah segalanya bagiku. Aku harus mencari cara, tidak peduli seberat apa pun. Tapi, apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya gadis desa yang tidak punya apa-apa.’

Zora, yang sedang memeriksa laporan keuangan di kasir, mengangkat wajah dan memperhatikan Jasmine.

’Apa yang terjadi dengan Jasmine? Wajahnya terlihat lebih suram dari biasanya. Apakah ada masalah atau ada hal lain yang mengganggu pikirannya? Aku harus mencari tahu dan membantunya.’ Zora berbicara dalam hati.

"Jasmine, ada apa? Kamu kelihatan kusut sekali," tanya Zora, sepupu Jasmine dari pihak ayahnya.

Sambil melangkah mendekati Jasmine dengan ekspresi khawatir. Zora juga pemilik toko serba ada tempat Jasmine bekerja paruh waktu.

Jasmine menghela napas panjang, lalu mulai menceritakan segalanya. "Nenek Cahaya, dirawat di rumah sakit karena kondisinya kritis. Dokter bilang operasi katup jantung harus dilakukan segera, tapi biayanya sangat mahal, Rp250 juta. Aku harus membayar dalam waktu tiga hari. Aku sudah mencoba semua cara, tapi tidak ada yang berhasil.”

Jamine tertunduk, lalu melanjutkan menceritakan masalah lainnya, ”Ditambah uang kuliahku Rp.20 juta, juga harus di bayar. Kalau tidak, status mahasiswaku akan di cabut. "

Zora terkejut, matanya membelalak. "Rp270 juta? Bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat? Apakah kamu sudah berbicara dengan pihak universitas tentang tunggakan biaya kuliahmu?"

"Aku sudah mencoba,  kak Zora. Tapi mereka tidak mau menunda. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Nenek adalah segalanya bagiku. Aku tidak bisa kehilangannya," kata Jasmine, suaranya bergetar, air matanya menggenang.

Zora terdiam beberapa saat, matanya berbinar penuh pertimbangan. Lalu Zora berkata, "Aku mungkin punya solusi untukmu."

Jasmine mengernyit. "Solusi apa, Kak Zora?"

Zora menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kamu tahu aku dan suamiku sudah menikah lama, tapi aku tidak bisa punya anak. Dokter menyarankan kami untuk mencari ibu pengganti. Kalau kamu setuju, aku akan membayarmu cukup untuk menyelesaikan semua masalahmu."

Kata-kata Zora terasa seperti petir di siang bolong. Jasmine memandangnya dengan mulut setengah terbuka, tidak percaya.

"Apa? Kak Zora serius?" Jasmine bertanya, suaranya bergetar.

"Aku tahu ini bukan hal yang mudah untukmu, tapi aku benar-benar membutuhkan bantuan. Aku akan memastikan kamu tidak kekurangan apa pun. Semua biaya rumah sakit nenekmu, tunggakan kuliahmu, semuanya akan aku urus," Zora mencoba meyakinkan.

Jasmine terdiam, pikirannya berkecamuk. Tawaran Zora memang solusi tercepat, tapi bertentangan dengan prinsipnya.

"Aku masih muda, masa depanku panjang. Aku tidak ingin menjadi bahan gunjingan orang," Jasmine berpikir.

"Tidak ada jalan lain, Kak Zora? Mungkin... aku bisa membuka bon di toserba milikmu?" tanya Jasmine, berharap Zora mau memberikan.

"Aku tidak bisa, Jasmine. Toserba ini franchise, urusan rugi laba diatur pusat. Tapi, jika kamu setuju dengan tawaranku, aku bisa membicarakannya dengan suamiku," jawab Zora.

Jasmine terdiam, menyusun kembali barang-barang di rak. Zora mencoba membujuknya dengan senyum. "Pikir-pikir saja dahulu."

”Kak Zora, bisa pinjamkan pada Ayahmu. Sebenarnya aku tidak enak , karena nenek orang tua dari pihak ibuku. Sedangkan Ayahmu adalah adik dari  almarhum ayahku.” Jasmine masih berusaha agar tidak menjadi Ibu pengganti.

Walau dia tahu, Suami  Zora adalah anak Tunggal konglomerat. Tapi Jasmine benar-benar belum siap.

Zora mengembuskan napas panjang. ”Bukan aku tidak mau menyampaikan ke ayah. Pasti dia akan bertanya bagaimana saudara almarhum Ibumu. Pikirkan saja dulu tawaranku, dengan begitu kamu tidak harus mengembalikan uangnya.”

Kata-kata Zora itu tidak masuk akal menurut Jasmine, spontan Jasmine menolak tawaran itu. “Maaf kak, aku tidak bisa. Aku merasa seperti menjual diriku.”

Jasmine terdiam sejenak lalu kembali berbicara, “Aku akan cari cara lain terlebih dahulu.“ Zora menarik napas panjang dan tersenyum setelah mendapat jawaban Jasmine.

Zora mengangguk pelan, "Aku mengerti, Jasmine. Aku tidak akan memaksa kamu. Tapi, ingatlah, aku selalu ada di sini untuk membantumu."

Zora menyerahkan selembar kertas dengan nomor telepon suaminya. "Jika kamu membutuhkan bantuan, hubungi dia."

Jasmine menerima kertas itu dengan ragu, kemudian menyimpannya di kantongnya. "Terima kasih, Kak Zora. Aku sangat menghargai tawaranmu."

Zora tersenyum dan memeluk Jasmine. "Kamu adalah keluarga, Jasmine. Aku tidak bisa membiarkan kamu sendirian menghadapi kesulitan ini. Kenapa aku memilihmu, karena aku tidak mau mendapat keturunan dari orang lain."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Arthea Velsha
sukaaa deehhh sm alurnyaaa, lanjuuttt pokonyaaa
goodnovel comment avatar
ochaa ochaa
suka banget alurnya bikin aku penasaran apalagi saat jasmine berpikir berasa jajdi jasmine
goodnovel comment avatar
Indra Gunawan
sial lah aku pikir solusinya apaan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO    Epilog

    Anak-anak itu menoleh, tertawa, lalu tetap berlari, seperti semua anak-anak yang percaya bahwa dunia ini cukup luas untuk menampung kebebasan mereka. Di antara ilalang dan bunga rumput yang bergoyang ringan diterpa angin, mereka tampak seperti cahaya kecil yang menari di dunia yang akhirnya bersedia memberi ruang bagi kebahagiaan.Di samping Jasmine, Noah duduk dengan tangan melingkar santai di bahu istrinya. Wajahnya tenang, tidak lagi menyimpan beban yang dulu begitu menggerogoti. Rambutnya sedikit lebih panjang sekarang, dengan gurat waktu di sekitar matanya, tapi senyumnya tetap sama—tulus dan hangat, seperti pagi yang tidak terburu-buru.“Mereka cepat sekali tumbuh, ya,” kata Noah, suaranya lembut namun sarat kebanggaan. Matanya mengikuti setiap langkah kecil yang penuh semangat di halaman itu.“Kadang aku merasa... kita terlalu beruntung bisa sampai di titik ini,” sahut Jasmine, menatap mereka dengan pandangan yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   414. Merangkul Jasmine Erat

    Noah keluar dari dalam rumah, membawa selimut kecil yang mereka beli dulu—saat masih menanti kelahiran. Ia membentangkannya di bangku kayu panjang di teras, lalu duduk di samping Jasmine.“Masih ingat waktu pertama kita ke sini?” tanyanya pelan.Jasmine mengangguk, tersenyum samar. “Kita bahkan belum tahu bagaimana caranya memasak air dengan kompor kayu.”Noah tertawa kecil. “Dan kamu nyaris membakar tirai karena mau bikin teh.”“Tapi kamu tetap minum tehnya. Padahal rasanya...” Jasmine menggigit bibir, menahan tawa.“Kayak air rendaman kayu bakar,” Noah menyambung.Tawa mereka menyatu dengan suara dedaunan yang ditiup angin. Ringan. Seperti hati mereka sore itu.Sejenak, keheningan datang lagi. Tapi bukan yang canggung. Keheningan yang penuh penerimaan.“Jas,” ucap Noah pelan, “kamu tahu... kalau waktu bisa diulang, aku nggak akan memilih jalan

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   413. Tempat Kita Kembali

    Siang itu, Noah dan Jasmine duduk bersama di ruang kerja Oma Dursila. Ruangan itu sunyi sejak terakhir kali Noah dan neneknya berdebat. Namun mereka datang bukan untuk membuka luka baru, melainkan untuk mencoba menyembuhkan yang lama.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Oma Dursila masuk dengan langkah pelan, wajahnya tampak lebih tua dari sebelumnya. Matanya menatap mereka berdua bergantian, lalu ia duduk di kursi yang biasa ia tempati di balik meja.Tidak ada pembuka basa-basi. Hanya hening yang menegangkan. Hingga akhirnya Jasmine bersuara, “Oma, saya tahu... mungkin selama ini saya cuma duri di mata Oma. Tapi saya ingin jujur hari ini. Saya ingin kita semua berhenti saling menuduh.”Oma mengangkat alisnya. “Jujur tentang apa?”“Noah dan saya akan pergi dari rumah ini. Bukan karena takut. Tapi karena kami ingin hidup tanpa bayang-bayang. Tapi sebelum itu... saya ingin Oma tahu bahwa saya tidak pernah memanipulasi Noah. Saya

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   412. Bayangan yang Tersisa

    Ada jeda yang panjang, sebelum Jasmine akhirnya berkata, “Aku takut.”Noah menoleh, keningnya berkerut. “Takut kenapa?”Jasmine menatap matanya, lalu bergeser menjauh sedikit, masih memeluk dirinya sendiri. “Takut kalau semua ini cuma sebentar. Kalau pada akhirnya, kita akan hancur lagi. Takut kalau aku nggak cukup kuat untuk menghadapi semua ombak yang akan datang.”Noah melangkah mendekat. Ia berdiri di belakang Jasmine, lalu tanpa memaksakan, ia menyentuh pundaknya dengan lembut. “Aku juga takut,” ucapnya lirih. “Tapi kita bisa takut bersama. Kita bisa kuat bareng. Kita nggak harus pura-pura baik-baik saja.”Jasmine memejamkan mata. Sentuhan Noah masih sama—hangat, dalam, dan membingungkan. Ada bagian dari dirinya yang ingin menyerah, tapi ada juga bagian lain yang perlahan tumbuh lagi, seperti tunas kecil yang berani muncul di antara reruntuhan musim dingin.“Noah,” u

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   411. Renggang yang Perlahan Mendekat

    “Aku tahu apa yang Nenek lakukan,” katanya pelan tapi tajam. “Penyelidikan terhadap Jasmine. Orang yang Nenek kirim diam-diam. Nenek mengira aku tidak tahu?”Oma mengangkat alis. “Aku melakukan apa yang perlu aku lakukan. Untuk keluargaku. Untuk masa depanmu.”Noah menatap langsung ke mata neneknya. “Atau untuk mempertahankan kekuasaan dan kendali?”Pertanyaan itu menggantung, menampar ruang di antara mereka.“Jasmine adalah—” Noah terdiam sejenak, menahan gelombang emosi yang hampir meledak. “Dia orang yang aku pilih. Apa pun masa lalunya, aku akan tetap bersamanya. Karena dia membuatku merasa hidup kembali. Bukan seperti boneka pewaris yang selalu Nenek bentuk.”Oma menyipitkan mata, namun nadanya tetap tenang. “Kamu terlalu cepat percaya. Dunia ini lebih kejam daripada yang kamu kira, Noah.”“Tapi aku tahu siapa yang jahat di sini,” balas

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   410. Kebenaran yang Tertinggal

    Noah berdiri. “Siapa?”“Namanya… Melinda. Dia mengaku pernah mengenal ayah Tuan, dan Ibu Jasmine.”Jasmine dan Noah saling berpandangan. Dunia mereka kembali goyah. Jasmine bangkit perlahan, wajahnya tampak pucat.“Aku ikut,” ucap Jasmine cepat.Noah tak menolak. Mereka berjalan berdampingan menuju ruang tamu, dada mereka sama-sama dipenuhi pertanyaan yang belum sempat terjawab.Di ruang tamu, seorang wanita berusia sekitar empat puluhan duduk dengan anggun namun terlihat gugup. Rambutnya diikat sederhana, dan matanya terus mengamati setiap sudut ruangan, seolah sedang memanggil kenangan yang lama terkubur.Saat Noah dan Jasmine masuk, wanita itu berdiri cepat. “Kalian pasti… Noah dan Jasmine?”Mereka mengangguk. Noah melangkah maju. “Ibu Melinda, kami diberitahu bahwa Anda mengenal orang tua kami?”Melinda tersenyum lemah. “Bukan hanya mengenal. Ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status