Home / Rumah Tangga / Menjadi Ibu Pengganti / Bab 2. Pajangan Cantik

Share

Bab 2. Pajangan Cantik

Author: woaini
last update Last Updated: 2022-09-16 17:14:12

"Selamat pagi, Suamiku!" seru Kinara, dilihatnya Dipta melintasi dapur dan bergerak menuju mesin kopi, pria itu mengabaikan Kinara yang sudah begitu heboh di pagi hari ini.

"Mas, aku buatkan sarapan yang enak pagi ini,” lanjut Kinara.

Sejak kejadian kemarin, Kinara telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menunjukkan kesedihannya pada Dipta.

Mulut Dipta masih bungkam, pria itu sibuk sendiri dengan mesin kopinya.

Merasa tetap diabaikan, Kinara mulai memanggil, "Mas?"

Pria itu langsung berdecak. "Apa?"

"Dari tadi kamu tidak mendengar aku sedang berbicara dengan kamu?"

Tatapan tajam milik Dipta kini mengarah kepada Kinara yang sedang memasak nasi goreng spesial andalannya.

"Tidak penting," jawab Dipta sambil meraih cangkir berisi kopi racikannya dan pergi begitu saja meninggalkan dapur, membuat Kinara mematung di tempat. Kinara hanya bisa menatap nasi goreng buatannya dengan hampa.

Dipta memilih untuk duduk di ruang tamu, menikmati secangkir kopi sambil memeriksa sesuatu di layar tabletnya.

Tidak berselang lama, Kinara muncul di hadapan Dipta setelah melepaskan apronnya dan duduk di hadapan suamiya, mata berlensa hazel yang terlihat alami itu menatap suaminya dengan intens, meminta perhatian Dipta.

Merasa kesal dengan tatapan Kinara, Dipta menaruh tabletnya ke atas meja lalu menyesap kopinya untuk terakhir kalinya.

Dia beranjak sambil mengeluarkan dompet, membukanya, dan menyerahkan sebuah kartu ATM platinum, serta beberapa uang tunai berwarna merah ke hadapan Kinara. “Gunakan sesukamu dan jangan menggangguku."

Kinara tercengang, lalu berdiri kala suaminya bergerak untuk meninggalkan apartemen mewah itu. "Mas?"

Langkah Dipta terhenti, dia menoleh dengan malas. "Apa lagi?"

"Serius kamu menikahi aku cuma untuk menjadi seperti ini?" tanya Kinara.

Dipta mendelik. "Ya, aku menikahimu untuk aku jadikan pajangan cantik di sini.”

Kinara menghela nafas dengan berat, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Setidaknya perlakukan aku sebagai istri meskipun kamu tidak mau menyentuhku."

Mata Dipta melirik ke arah kartu ATM platinum serta uang yang masih tersimpan di atas meja ruang tamu. "Aku sudah melakukannya beberapa detik yang lalu."

"Ini bukan soal materi!"

"Lalu apa? Jangan menuntut banyak hal kepadaku karena aku tidak tertarik denganmu."

Kinara mulai berkacak pinggang, merasa kesal dengan sikap Dipta. "Setidaknya hargai kerja kerasku, aku sudah memasak sarapan untuk kamu, tapi kamu malah pergi begitu saja."

"Aku tidak suka makan makanan berat di pagi hari."

Ekspresi di wajah Kinara mulai melunak, merasa baru mengetahui informasi yang terlihat sederhana namun ternyata lumayan penting. "Kalau begitu bilang, beritahu aku segala hal tentang kamu."

Selama beberapa saat, pria itu terdiam. Lalu dia mendengkus dan kembali berbalik. "Aku mau ke kantor. Ingat, jangan sampai ada yang tahu soal hubungan kita," katanya, memperingati Kinara.

“Ke kantor? Bukankah seharusnya kamu cuti selama beberapa hari ke depan?” tanya Kinara.

Dipta berdecak. “Aku sibuk dan aku tidak mau membuang waktuku untuk cuti, apalagi menemanimu di sini,” jawabnya.

“Tapi kita baru saja menikah, akan sangat aneh kalau kamu tiba-tiba muncul di kantor pagi ini. Ayah dan Ibumu pasti akan mencurigai kita berdua,” ujar Kinara, berusaha menahan kepergian Dipta.

Dipta menoleh ke belakang dan menatap wajah Kinara dengan tajam. “Kamu tidak perlu repot memikirkan soal itu. Biar itu jadi urusanku.”

Kinara merasa sangat kesal, dia mengikuti langkah Dipta menuju pintu apartemen. “Lalu aku harus melakukan apa saat kamu pergi bekerja?”

“Terserah, aku tidak peduli tentang apa pun yang akan kamu lakukan,” jawab Dipta, santai sekali.

“Mas Dipta,” lirih Kinara, merasa putus asa.

Tanpa memedulikan Kinara yang berdiri di belakangnya, Dipta keluar dari apartemen itu, terlihat tidak bersedia untuk mengurungkan niatnya.

Setelah kepergian Dipta, Kinara berjalan lesu menuju meja sofa, duduk sendirian sambil memperhatikan apa yang Dipta beri beberapa menit yang lalu. Kinara menginginkan cinta dari seorang Dipta, tapi itu terasa begitu mustahil setelah melihat dan merasakan sendiri bagaimana sikap Dipta terhadapnya.

Jika dipikir-pikir lagi, banyak hal yang Kinara korbankan saat menikah dengan Dipta. Cita-citanya untuk menggelar pernikahan impian kandas begitu saja karena mereka harus menikah secara diam-diam, alasannya adalah untuk melindungi Kinara dari pesaing bisnis Dipta. Katanya mereka sering berbuat macam-macam sampai berani melukai hingga membunuh. Kinara mempercayai itu karena mendengarnya dari mulut Inggit dan Wiratama.

Kedua, dia harus rela tidak berbulan madu karena Dipta menolak itu. Dipta lebih memilih untuk bekerja ketika seharusnya mereka cuti dan menghabiskan waktu untuk berduaan seharian.

Sambil menghela nafas lelah, Kinara mulai beranjak dan mengambil apa yang Dipta beri tadi. “Uang yang selalu menjadi sumber masalah di kehidupanku, kini seakan tak berharga ketika aku hanya menginginkan cinta dari Mas Dipta.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Pengganti   Bab 22. Tuduhan

    Suara berdecak bisa ditangkap jelas oleh telinga Kinara, setelahnya dia lihat Dipta bergerak menjauh dari tubuh Kinara, meraih kembali pakaiannya yang baru beberapa menit terlepas dari tubuh dan mengenakannya kembali.Melihat hal itu, Kinara mengulum senyum. Tak dia pedulikan lagi suhu tubuhnya yang masih tinggi, lagi pula Kinara tak yakin tujuan Dipta melakukan metode skin to skin ini apakah murni untuk membantu menurunkan suhu tubuhnya, atau justru modus semata. Satu hal yang bisa dia sadari adalah Dipta yang mulai goyah.“Gak jadi bantuin aku, Mas?” goda Kinara. Dipta segera bangkit dan melangkah menuju pintu kamar Kinara. “Enggak, kayaknya metode ini gak efektif buat kamu.”Sekeras tenaga Kinara menahan tawa. “Gak efektif menurunkan suhu tubuhku, tapi malah bikin kamu panas, ‘kan, Mas?”Pria itu berdeham dan buru-buru meninggalkan istrinya yang sudah tak lagi bisa menahan tawa, Kinara puas sekali melihat Dipta yang tampak canggung. Tak berselang lama, belum juga tawa Kinara mere

  • Menjadi Ibu Pengganti   Bab 21. Pria Normal

    Setelah malam-malam panjang yang membuatnya terlelap dalam dekapan hangat Dipta, Kinara terbangun dalam kondisi kurang baik, kepalanya pusing, dia merasakan tubuhnya hangat. Perempuan itu terduduk di atas tempat tidur, berusaha mengumpulkan nyawa selama beberapa saat. Sampai akhirnya dia mendengar suara bising dari luar kamar, Kinara memutuskan untuk segera beranjak. Langkah kecilnya membawa Kinara menuju dapur, dia melihat suaminya mondar-mandir di sana, memindahkan beberapa mangkuk ke atas meja makan. “Kamu lagi apa?” Dipta menoleh ke belakang dan tersenyum lembut, Kinara sempat tertegun menyaksikan senyum sehangat matahari pagi muncul di wajah suaminya. Ini terasa bagai mimpi karena biasanya Dipta tidak seperti ini. “Duduk, Kin,” perintah pria itu sambil menaruh dua gelas air putih ke atas meja makan. Kinara berjalan ragu dan duduk di hadapan suaminya, matanya menatap awas ke arah Dipta dengan kening yang berkerut dalam. Dipta membalas tatapan Kinara dengan sorot mata lembut

  • Menjadi Ibu Pengganti   Bab 20. Rasa Sesal

    “Kin, udah selesai?” Kinara terkesiap karena ketahuan menguping, dia mengangguk dengan canggung dan melanjutkan langkah menghampiri anak dan ibu yang semula membicarakannya. Ibu Gavin terlihat sama terkejutnya dengan dia, perempuan paruh baya itu beranjak dan tersenyum hangat. “Makan malam di sini ya?” Pandangan Kinara beralih pada Gavin yang tersenyum lembut sembari mengangguk, karena merasa harus menghargai Ibu Gavin, pada akhirnya Kinara mengangguk setuju. Meskipun beberapa jam yang lalu dia mengunjungi sebuah restoran dengan menu yang luar biasa enak, nyatanya dia sudah menghabiskan banyak tenaga untuk melawan para pria jalanan di gang sempit tadi, Kinara juga tidak bisa menikmati makan malamnya dengan Dipta ketika isi kepalanya penuh sekali. “Ibu baru aja bikin rendang loh,” ungkap Ibu Gavin. “Wah, kayaknya Ibu jago masak ya?” tanya Kinara, air liurnya nyaris menetes melihat makanan yang tersaji di meja makan. Wanita paruh baya itu terkekeh. “Kalau kamu mau belajar masak, b

  • Menjadi Ibu Pengganti   Bab 19. Penyelamat

    "Lepas!"Kinara memberontak dengan keras, menyentak tangan kedua pria yang tampak mabuk itu dan menendang pria yang tadi menyentuhnya. Aroma minuman keras yang menguar dari mulut ketiga pria itu membuat Kinara semakin merasa takut. Setelah berhasil terbebas, Kinara segera berbalik dan berlari cepat, setidaknya dia harus sampai di jalan utama agar bisa meminta pertolongan kepada siapa pun yang kebetulan lewat. “Tolong!” Kinara terus berteriak karena melihat ketiga pria itu masih mengejarnya. Dia melepaskan sepatunya dalam gerakan cepat, lalu melemparkannya ke arah tiga pria itu. Sehingga kaki Kinara kini menyentuh jalanan secara langsung. Tak peduli kepada tubuhnya yang semakin menggigil, Kinara terus berlari. “Aw!” Dia meringis ketika merasakan sesuatu yang tajam menyentuh telapak kakinya, karena merasa tak punya waktu untuk memeriksanya, Kinara terus berlari hingga dia tiba di jalan utama.“Kinara?”Wanita itu berhenti bergerak dan menoleh ke arah sumber suara, dia melihat Gavin s

  • Menjadi Ibu Pengganti   Bab 18. Merasa Dicampakkan

    “Dasar egois!” Dipta tercengang mendengar kalimat istrinya, dia melengos dan terkekeh sinis. “Demi apa pun aku tidak pernah memaksamu untuk menikah denganku.” Pada akhirnya semua berbalik menjadi kesalahan Kinara, wanita itu menunduk dan tersenyum getir, menatap kedua tangan yang saling meremas di atas pangkuan. Merasa tak mendapatkan respon berarti dari Kinara, Dipta lantas beranjak. “Aku ke toilet dulu,” pamitnya. Wajah Kinara kembali terangkat, dia menatap punggung suaminya yang semakin menjauh. Lalu bibirnya mengulas senyuman getir, dia merangkum wajahnya sendiri dengan frustasi. Sedangkan Dipta, pergi ke toilet adalah upaya menghindar yang dia lakukan untuk mengakhiri perdebatan dengan istrinya yang tak pernah berujung. Isi kepala pria itu sudah dipenuhi oleh berbagai masalah yang menyerangnya akhir-akhir ini.Alasan utama Dipta tak menginginkan pernikahan ini adalah karena dia belum menyelesaikan berbagai urusan yang entah kapan akan selesai, melibatkan Kinara secara tidak l

  • Menjadi Ibu Pengganti   Bab 17. Tak Tergoyahkan

    "Kalau kamu tidak suka, kamu gak mungkin membalas ciumanku," lanjut Dipta dengan senyuman miring di wajahnya. Mulut Kinara terkunci rapat, dia membuang pandangan ke luar jendela mobil untuk menyembunyikan wajahnya yang diyakini sudah berubah menjadi merah. Dipta terkekeh pelan dan mulai menyalakan mesin, lalu melajukan mobilnya meninggalkan basement untuk menuju ke sebuah restoran. Sepanjang perjalanan, Kinara hanya bungkam. Dia merasa sangat malu karena menyadari bahwa dia menikmati apa yang Dipta lakukan kepadanya, Kinara yang tidak pernah tersentuh oleh pria mana pun akhirnya merasakan bagaimana hebatnya sebuah ciuman, bahkan Kinara sempat membayangkan saat di mana dia dan Dipta akan melangkah ke tingkat yang lebih tinggi dari sekedar berciuman. Menyadari isi kepalanya yang mulai berlayar terlalu jauh, Kinara segera menggeleng, berharap itu bisa menyingkirkan isi kepalanya yang sangat mengganggu. Akan sangat memalukan jika Dipta tahu bahwa fantasi liar di dalam diri Kinara mulai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status