Share

Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah
Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah
Penulis: azura_sky

01. Tidak Punya Mama

Seorang anak berusia lima tahun tengah merengek di pinggir mobil orang tuanya. Ia tidak mau masuk sekolah. Padahal hari ini adalah hari pertama anak itu menjadi murid TK. Saat menyadari apa yang tengah terjadi, Adora Claretta Jasmeen, salah satu tenaga pengajar di sekolah tersebut pun mencoba menghampirinya.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Adora dengan ramah dan sopan.

"Pagi juga, Bu. Ini anak saya nggak mau saya tinggal, padahal saya ada meeting sebentar lagi," keluh Pria yang menjadi lawan bicara Adora saat ini.

"Biar saya coba bujuk, ya." Adora berjongkok sambil mengelus pipi gembul anak itu. "Hai, boleh Ibu tahu nama kamu?"

"Valelie, panggil Lili saja," jawab anak itu seraya mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya.

"Oh, Valerie? Nama yang bagus. Nama Ibu Adora, panggil saja Bu Rara. Ibu boleh tahu kenapa papa Valerie nggak boleh pergi?" tanya Adora yang memahami ucapan gadis kecil itu yang belum fasih mengatakan namanya dengan benar.

"Aku takut. Nanti Papa nggak jemput aku lagi," celotehnya dengan polos.

Adora tersenyum tipis. "Papa Riri pasti jemput lagi, kok. Nanti kalau telat jemput, Ibu bakalan temani Riri bermain dulu sampai dijemput. Bagaimana?"

Valerie menatap lekat wajah Adora. Ia pun tersenyum dan berhenti menangis. "Ibu Lala cantik juga baik, aku mau main sama Ibu!"

"Kalau begitu, ayo berdiri! Kita masuk untuk bermain bersama, mau?" ajak Adora.

Valerie mengangguk dengan semangat. "Mau!"

Keduanya pun berdiri. Valerie langsung mengizinkan papanya untuk berangkat bekerja.

"Makasih, Bu Rara. Gak tahu saya kalau Ibu nggak bantu bujuk anak saya ini. Mungkin saya nggak bisa pergi, padahal meeting kali ini sangat penting buat saya," ungkap Papa Valerie.

"Sama-sama, Pak?" Adora belum mengetahui nama lawan bicaranya itu.

"Oh, ya. Perkenalkan nama saya Brandon Calvin," ucapnya memperkenalkan diri.

"Baik, kalau begitu Pak Brandon, saya ajak Valerie untuk masuk terlebih dahulu sehingga Bapak bisa segera berangkat. Semoga rapatnya berjalan dengan lancar, permisi, Pak!" pamit Adora sambil menggandeng tangan mungil Valerie menuju gedung sekolah.

Brandon sempat terdiam, ia melihat putrinya sampai masuk ke dalam gedung sekolah untuk memastikan Valerie tidak rewel lagi. Setelah merasa aman, baru ia masuk ke dalam mobil untuk menuju tempat kerja.

***

Pelajaran pertama dimulai. Anak-anak diminta membuat gambar orang tua beserta saudara mereka menggunakan pensil gambar. Namun, Valerie tampak hanya diam saja sambil melihat ke sekitarnya. Teman-temannya yang lain sudah mulai sibuk dengan pensil dan buku gambar masing-masing.

Adora yang merupakan pengajar di kelas Valerie pun melihat gelagat berbeda dari anak itu. Wanita itu pun mendekati meja Valerie untuk menanyakan apa yang terjadi, barangkali anak itu mengalami kesulitan atau menginginkan pensil warna lain sebelum mulai menggambar.

"Kenapa belum mulai, Riri? Mau pensil warna lain? Ibu bisa bantu ambilkan," tanya Adora.

"Lili nggak punya mama. Mama Lili meninggal, jadi cuma ada papa," jawab Valerie dengan polosnya.

Adora tampak terkejut mendengar pengakuan dari anak kecil itu. Namun, sebisa mungkin ia tidak menunjukkannya. Ia tidak ingin membuat Valerie sedih dan merasa dikasihani, karena hal tersebut tentu akan melukai hatinya.

"Bu Rara juga nggak punya mama lagi. Kita sama, ya. Berarti Tuhan tahu kalau kita ini perempuan yang kuat dan hebat. Mama kita sudah bahagia di sisi Tuhan, jadi kita di sini juga harus bahagia. Sekarang, Riri gambar saja papa dan Riri. Bisa ditambah sama tante, om, sepupu, kakek atau nenek juga boleh, kok," ucap Adora seraya mengusap rambut bagian belakang Valerie.

Valerie langsung ceria. "Oke! Aku mau gambal sekalang," katanya dengan cadel.

"Anak pintar! Kalau begitu Ibu tinggal dulu, ya. Ibu mau lihat gambar teman-teman Riri yang lainnya. Nanti, Ibu lihat lagi punya Riri, oke?"

Valerie pun mengangguk. “Ya, Bu."

Adora pun berkeliling, melihat anak-anak muridnya yang lain. Tahun ini yang mendaftar di sekolah TK tempat ia mengajar cukup banyak. Sehingga bisa mendapatkan tiga kelas, padahal tahun kemarin hanya dapat dua kelas saja.

Tahun ini adalah tahun kedua baginya mengajar di sekolah tersebut. Bertemu dan mengenal banyak anak-anak yang memiliki sikap serta sifat yang berbeda tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Adora. Namun, kecintaannya kepada anak-anak membuatnya mampu menangani itu semua. Apalagi sekarang ia termasuk guru yang disukai oleh banyak muridnya.

Setiap kelas akan ada dua guru yang bertugas mengajar anak-anak. Adora pun tentu memiliki rekan kerja. Namanya, Ayumi. Dia adalah sahabat Adora sejak lama. Melalui informasi dari Ayumi pula wanita itu dapat bekerja untuk mengajar anak-anak di sekolah tersebut.

Bel berbunyi. Waktu pelajaran pertama usai. Adora dan Ayumi pun membawa kertas-kertas gambar hasil karya murid mereka. Ketika Adora mendatangi meja Valerie, anak itu sudah tersenyum lebar ke arahnya.

"Ibu coba lihat gambal aku!" Anak itu meminta Adora untuk memeriksa hasil karyanya.

Adora pun menuruti keinginan anak itu. Ia melihat gambar yang telah dibuat oleh Valerie dengan menggunakan crayon.

"Wah, bagus! Riri pintar dalam menggambar. Ini Riri, papa sama satu lagi siapa?" tanya Adora yang tak lupa memberikan pujian juga.

"Bu Lala," jawabnya sambil cengegesan.

Adora cukup terkejut mendapatkan jawaban demikian. Namun, Ia pun tetap tersenyum dan kembali memuji Valerie. "Terima kasih. Ibu senang digambar sama Valerie. Nanti setelah diberi bintang, sebelum pulang, Ibu bagikan lagi hasil gambarnya. Riri bisa kasih lihat ke papa nanti, ya!"

"Oke," sahutnya sambil mengangguk.

Adora pun berpindah ke meja lain untuk membawa hasil karya murid yang lainnya. Baru setelah itu, ia kembali ke mejanya. Anak-anak dipersilahkan untuk bermain. Kebetulan di dalam kelas pun sudah difasilitasi berbagai mainan untuk mengasah tumbuh kembang anak.

Ayumi menyenggol lengan Adora sehingga wanita itu pun menoleh ke arahnya. "Kenapa?"

"Baru satu hari di tahun ajaran baru, sudah ada saja anak yang mulai menempel ke kamu, Ra," kata Ayumi seraya tersenyum.

"Nanti juga semuanya begitu, Yum. Seperti tahun lalu, awalnya biasa saja, lama kelamaan juga pasti nempel semua ke kamu sama ke aku," sahut Adora.

"Anak cewek biasanya ke kamu, sih. Kalau yang cowok-cowok baru ke aku. Soalnya kalau pada berantem, aku yang pisahin, ha ha ...." Ayumi tertawa karena isi kepalanya teringat kembali kejadian anak laki-laki ketika tengah bertengkar karena hal sepele.

"Iya, yang cewek pada ngumpet di aku. Soalnya pada takut lihat yang lagi pada berantem. Anak-anak cowok lain 'kan malah pada nonton sambil manas-manasin," timpal Adora.

Mereka pun mengobrol sambil terus mengingat kembali memori kejadian tahun lalu saat mengajar anak-anak yang naik ke kelas B atau bahkan ada yang sudah mulai masuk SD sambil menilai gambar anak-anak.

***

Brandon datang terlambat untuk menjemput anaknya. Ia pun berjalan dengan tergesa-gesa memasuki gedung sekolah. Pria itu sempat bertanya kepada salah satu petugas kebersihan mengenai keberadaan anaknya. Setelah mendapatkan jawaban, Brandon pun pergi menuju tempat di mana anaknya berada.

Sebuah taman di samping bangunan sekolah menjadi tempat Valerie menunggu papanya itu. Ia ditemani oleh Adora. Mereka tengah bermain ayunan. Brandon pun menghampiri keduanya.

"Itu Papa!" Valerie menunjuk ke arah Brandon.

Adora pun menghentikan ayunan anak itu. Valerie langsung turun dan berlari memeluk papanya.

"Maaf, Papa telat jemput kamu, ya? Nunggu lama nggak, Sayang?" tanya Brandon.

Valerie mengangguk. "Lama, tapi aku bisa main sama Bu Lala jadinya."

"Makasih Bu Rara sudah mau ajak main Riri sambil nunggu saya datang. Maaf juga kalau sudah merepotkan," kata Brandon yang merasa tidak enak kepada ibu guru anaknya itu.

"Nggak apa-apa, Pak. Saya senang kok bisa ada waktu lebih main sama Riri." Adora pun tersenyum.

"Papa mau lihat gambal aku, nggak? Aku hali ini gambal bagus," celoteh Valerie sambil membuka resleting tasnya.

Brandon pun jongkok untuk membantu putrinya memegangi tas sekolah Valerie. "Gambar apa? Papa mau lihat, dong!"

Valerie mengeluarkan hasil karyanya itu, ia lantas memberikannya kepada sang papa. Brandon menerimanya dan melihat gambar tersebut.

"Bagus sekali! Ini Riri gambar Papa, kan?" tanya Brandon setelah memuji hasil karya anaknya.

"Ini Papa, aku sama Bu Lala," jawab Valerie seraya menjelaskan tentang gambar tersebut.

Brandon mendongak melihat ke arah Adora. Kebetulan wanita itu juga tengah melihat ke arahnya sehingga keduanya kini saling beradu pandang.

"Pa, Ibu gulu aku cantik, ya?" tanya Valerie saat tahu papanya kini tengah melihat ke arah Adora.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status