Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah

Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah

Oleh:  azura_sky  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
11Bab
664Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Adora Claretta Jasmeen (Rara), seorang guru di sekolah TK membuat dirinya berkenalan dengan seorang anak kecil bernama Valerie. Anak itu hanya memiliki seorang papa, sedangkan mamanya telah meninggal dunia saat ia melahirkan. Atas ketertarikan Valerie kepada ibu gurunya, membuat Brandon Calvin, sang papa pun lambat laun ikut tertarik kepada sosok Adora. Pria itu ingin menjadikan ibu guru tersebut sebagai mama sambung dari Valerie. Namun, Adora menyimpan masa lalu yang membawanya pada sebuah dilema disaat ia mendapatkan lamaran dari Brandon. Bagaimana kisah Adora selanjutnya?

Lihat lebih banyak
Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Viala La
Semoga Adora dan Brandon bersatu, biar Valeri merasakan punya mama..... lnjut thor
2023-08-12 10:17:14
0
11 Bab
01. Tidak Punya Mama
Seorang anak berusia lima tahun tengah merengek di pinggir mobil orang tuanya. Ia tidak mau masuk sekolah. Padahal hari ini adalah hari pertama anak itu menjadi murid TK. Saat menyadari apa yang tengah terjadi, Adora Claretta Jasmeen, salah satu tenaga pengajar di sekolah tersebut pun mencoba menghampirinya. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Adora dengan ramah dan sopan. "Pagi juga, Bu. Ini anak saya nggak mau saya tinggal, padahal saya ada meeting sebentar lagi," keluh Pria yang menjadi lawan bicara Adora saat ini. "Biar saya coba bujuk, ya." Adora berjongkok sambil mengelus pipi gembul anak itu. "Hai, boleh Ibu tahu nama kamu?""Valelie, panggil Lili saja," jawab anak itu seraya mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya. "Oh, Valerie? Nama yang bagus. Nama Ibu Adora, panggil saja Bu Rara. Ibu boleh tahu kenapa papa Valerie nggak boleh pergi?" tanya Adora yang memahami ucapan gadis kecil itu yang belum fasih mengatakan namanya dengan benar. "Aku takut. Nant
Baca selengkapnya
02. Dia Bukan Anakku!
"Bu Rara, maaf kami jadi merepotkan. Terima kasih sudah mau menemani Valerie sampai saya datang," kata Brandon. "Nggak masalah, Pak. Sudah termasuk tugas saya sebagai guru Valerie," sahut Adora mengulas sebuah senyuman. "Ayo, pulang! Aku mau tempel gambar aku di kamar, Pa," ajak Valerie sambil narik-narik ujung kemeja Brandon. "Iya, sebentar. Papa 'kan harus pamitan sama Bu Rara dulu," kata Brandon. "Oke, deh. Ibu, besok ketemu lagi sama aku, ya!" Mata Valerie menyipit seiring lengkungan bibir yang menghadap ke atas itu muncul. "Tentu. Besok kita main bersama lagi, ya!" jawab Adora sambil beberapa kali mengelus pucuk kepala muridnya. "Kalau begitu, kami pamit, Bu. Sekali lagi makasih sudah mau temani Valerie. Sampai bertemu besok," pamit Brandon. "Sama-sama, Pak. Baik, hati-hati di jalan, ya. Dah, Valerie, jangan lupa cuci tangan dan kaki kalau sudah sampai rumah, ya!" Adora melambaikan tangannya. Valerie pun mengangguk. Ia membalas lambaian tangan gurunya sebelum benar-benar m
Baca selengkapnya
03. Mama Baru
"Halo, Pa!" Adora mengangkat panggilan dari papanya yang kini tinggal jauh darinya. "Halo, Ra. Gimana kabar kamu? Sudah makan?" tanya Nicholas. "Baik, kok. Kabar aku juga baik. Gimana kabar, Papa? Usaha Papa lancar, kan?" Adora balik bertanya untuk mengetahui kabarnya. "Baik juga. Restoran berjalan lancar, bulan sekarang bahkan omsetnya besar. Papa barusan sudah kirim uang buat kamu, Ra. Tolong dicek nanti habis kita teleponan, ya!" pesan sang Papa. "Padahal nggak usah repot-repot kirim, Pa. Aku juga masih ada uang, kok. Mending Papa pakai buat tambah modal usaha lagi. Oh, ya, gimana kabar tante Naura?" Kali ini Adora menanyakan kabar mama tirinya. "Jangan gitu, ah! Papa juga usaha ya buat kamu juga, Ra. Papa nggak enak sudah tinggalkan kamu sendiri di sana. Kabar tante Naura baik. Dia lagi ngajar les muridnya, paling pulang setengah jam lagi," jawab Nicholas. "Bukan Papa yang tinggalin aku, tapi aku yang mau tetap tinggal di sini. Lagian aku nggak bisa jauh dari kota ini, Pa. Ta
Baca selengkapnya
04. Ajakan Brandon
Brandon menyesap rokok miliknya. Kepulan asap itu pun mengudara. Ia tengah berada di sebuah kafe. Menikmati secangkir kopi dengan nuansa vintage yang melekat dengan dekorasi tempat usaha tersebut. "Gimana rasa kopinya? Itu menu baru yang aku buat sendiri. Kamu orang ketiga yang mencoba kopi itu." Seorang pria duduk di hadapan Brandon. "Cukup enak. Tidak terlalu pahit, tapi aku bisa merasakan rasa asli kopinya. Ini bagus, kamu bisa menjualnya mulai hari ini," jawab Brandon. "Oke. Aku akan menjual kopi ini mulai besok saja. Gimana kabar Valerie? Aku dengar dia mulai masuk sekolah," tanya Lionel, pria yang menjadi lawan bicara Brandon itu. "Ya. Dia mulai masuk TK. Walau pelafalan huruf R-nya belum lancar, setidaknya anak itu sekarang bisa mulai belajar berinteraksi dengan teman-teman seusianya," tutur Brandon sambil mengetukkan batang rokok ke asbak untuk menjatuhkan abunya. Lionel mengangguk. "Itu bagus untuknya. Nggak terasa, anak itu semakin besar. Begitu juga dengan Jayden, bukan
Baca selengkapnya
05. Ibu Sudah Menikah?
Valerie menatap pusara mama Adora. Ia pun menoleh ke arah ibu gurunya itu sambil menatap sedih. Anak itu mengenggam tangan Adora dengan lembut ia pun mengatakan sesuatu yang membuat hatinya tersentuh. "Ibu, jangan nangis, nanti mama Ibu sedih lihatnya. Pasti dali Sulga mama Ibu sudah senyum sekalang lihat kita."Adora pun menoleh sembari tersenyum manis. "Nggak, kok. Ibu nggak nangis, nih lihat Ibu senyum lebar."Padahal sebernarnya Adora sudah mulai merasa bersedih. Setiap kali mengunjungi mamanya itu, ia sering menceritakan berbagai hal dengan sesekali derai air mata pun bercucuran. Apalagi kepergian sang mama bersangkutan dengan apa yang telah menimpa Adora. Rasa bersalah bertahun-tahun menyelimuti dirinya. Andai kejadian di masa lalu itu tidak pernah terjadi, mungkin saja mamanya masih ada hingga saat ini. Mereka bisa menjadi keluarga yang hangat, berkumpul bersama seperti dulu. Namun, kali ini tentu ia tidak dapat melakukannya. Ada anak kecil yang melarangnya untuk bersedih. Te
Baca selengkapnya
06. Jangan Jadi Pelakor!
"Sekali lagi makasih banyak sudah mau mengantar saya ke makam mama saya, apalagi sampai pulang ditraktir dulu dan sekarang diantarkan pulang," ucap Adora. "Nggak masalah, Bu Rara. Saya yang harusnya makasih sama Ibu karena sudah jagain Valerie sebelum saya jemput. Maaf, kalau nantinya mungkin malah jadi langganan saya repotin Ibu, apalagi kalau kerjaan saja lagi agak banyak," sahut Brandon. "Nggak apa-apa, Pak. Saya kalau diminta nungguin Valerie lama-lama juga betah, Pak. Anaknya baik, nggak rewelan juga," kata Adora sambil tertawa kecil diakhir perkataannya. "Syukurlah kalau begitu. Saya pamit, ya, Bu. Kasihan Valerie sudah kecapekan, sampai rumah pasti tetap pulas tidurnya," pamit Brandon. Valerie memang di perjalanan menuju hunian Adora sudah terlelap. Perutnya kenyang karena pada akhirnya dia menghabiskan dua donat miliknya dan juga seporsi kentang goreng beserta potongan sosis. Maka dari itu, ia tidak ikut turun dari mobil. "Iya, Pak. Hati-hati di jalan!" pesan Adora. Bran
Baca selengkapnya
07. Sakit Perut
"Jangan pergi! Maafkan aku, tetap di sini, jangan tinggalkan aku!" Adora mengigau dalam tidurnya. Air matanya pun tumpah, walau matanya terpejam sekalipun. Suara lirih menandakan bahwa Adora benar-benar sedih. Bunga tidur itu tidak selalu indah, ada kalanya mampu menyayat hati hingga kepiluan menyelimuti raganya yang ringkih. Adora tiba-tiba terbangun. Ia duduk sambil meremas selimut yang tadi menutupi sebagian tubuhnya. Menyadari pipinya basah karena air mata, wanita itu tidak menyekanya, ia justru malah terisak. Malam itu, tepat di jam setengah dua belas, luka lama dari masa lalu kembali mengusiknya. Pada akhirnya Adora terjaga hingga sekitar pukul tiga dini hari. Setelah itu, ia terlelap hingga pagi pun tiba. Begitu bangun, wanita itu melakukan aktivitas seperti biasa. Ia mandi, bersiap, sarapan serta pergi bekerja. Matanya masih sedikit bengkak walau sudah berusaha ia samarkan menggunakan concealer. Ayumi yang melihat kedatangan sahabatnya itu dengan kondisi demikian pun menge
Baca selengkapnya
08. Dia Bukan Anak Haram
"Oh, ya! Aku baru ingat, bukannya kita pernah ketemu di supermarket pas sama-sama pilih buah mangga?" Laluna akhirnya mengingat bagaimana ia sempat bertemu dan mengobrol dengan Adora. "Supermarket di jalan Kenanga itu, 'kan? Ya, ampun! saya juga baru ingat sekarang jadinya," sahut Adora yang bahkan sudah lupa juga bahwa mereka pernah mengobrol saat memilih buah mangga di supermarket.Laluna mengangguk. "Iya, itu. Wah, pantas saja wajah Ibu ini nggak asing. Ngomong-ngomong makasih ya sudah bawa keponakanku ke klinik. Kita belum kenalan, kan? Aku Laluna, tantenya Valerie. Panggil saja Luna.""Saya Adora, pengajar di kelas Valerie. Senang bisa berkenalan dengan Bu Luna." Adora menjabat tangan Laluna untuk berkenalan dengannya. "Sama-sama. Tolong berikan nomor rekening Bu Adora supaya aku bisa ganti biaya pengobatan Valerie!" Setelah jabat tangan itu terlepas, Laluna mengeluarkan ponselnya bersiap untuk mengganti uang yang sudah Adora keluarkan untuk biaya pengobatan keponakannya itu.
Baca selengkapnya
09. Panggil Mama
Brandon sedang berada di pusat perbelanjaan. Ia tengah belanja beberapa keperluan rumah. Saat trolinya memasuki area frozen food, pria itu tampak sedikit bingung. Ia ingin membeli sosis yang biasa Valerie makan, tapi entah kenapa dia lupa menanyakan merk sosis tersebut kepada asisten rumah tangganya. Memang rutinitas belanja biasanya dilakukan oleh pekerjanya di rumah, tapi beberapa menit yang lalu, Valerie menghubunginya dan meminta sang papa untuk membeli beberapa barang yang anak itu inginkan. Untung saja Brandon baru saja menyelesaikan meeting dengan klien di restoran yang letaknya berdekatan dengan pusat perbelanjaan tersebut. "Saya pikir Pak Brandon nggak suka belanja seperti ini." Terdengar suara seorang wanita dari arah belakang Brandon. Pria itu pun menoleh, melihat siapa yang menyapanya dengan kata-kata hasil dari pemikiran demikian."Bu Adora? Belanja juga, Bu?" tanya Brandon begitu mengetahui bahwa wanita yang barusan berbicara adalah gurunya Valerie. "Iya, Pak. Beli
Baca selengkapnya
10. Papa Mama Beruang
Adora pada akhirnya memegang tangan Valerie dan Jayden. Untuk kali pertama, ia menginjakkan kaki di kediaman Brandon. Ada dua asisten rumah tangga yang menyambutnya begitu memasuki bagian dalam rumah. Wanita itu di persilahkan duduk dan Brandon langsung memberikan belanjaan serta sekotak kue yang dibelikan Adora untuk Valerie kepada salah satu pekerjanya. "Ibu belikan kue? Lasa apa?" tanya Valerie. "Karena Ibu nggak tahu kue apa yang kamu suka, jadi Ibu belikan kue mangga, kesukaan Ibu. Nggak apa-apa, kan?" tanya balik Adora. "Aku suka, Bu. Yang penting mangganya manis, pasti suka," ungkapnya dengan mata yang menyipit karena lengkungan garis bibirnya kini mengarah ke atas. "Nanti Papa minta potongan kuenya, habis itu kamu makan, ya. Bu Rara hari ini jenguk kamu, Ri. Katanya mau lihat kamu makan yang lahap, makanya nanti Bu Rara juga mau makan malam sama kita, loh!" kata Brandon. Valerie menoleh, ia ingin memastikan bahwa perkataan papanya bukan sekadar bualan semata. "Memang bena
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status