Eliza sudah menata dua piring nasi goreng hasil masakannya di atas meja. Sedangkan Nathan hanya diam sambil memandang nasi goreng yang terlihat lezat."Ayo mas dimakan nasi gorengnya." Eliza berkata ketika sudah menuang air mineral ke dalam gelas. "Iya kata Nathan." Pria itu mulai menyendok kan nasi goreng ke dalam mulutnya. Begitu juga dengan Eliza. "Gimana mas, enak kan?" Eliza berharap rasa masakannya tidak mengecewakan dan cocok di lidah Nathan.Jika mengatakan rasa masakan Eliza tidak enak, jelas Nathan berbohong. Karena jujur saja nasi goreng masakan Eliza sangat lezat. Dan tidak kalah dengan rasa masakan chef di mansion. Namun tetap saja Nathan tidak bisa mengakui kelezatan dari nasi goreng yang dibuat oleh Eliza. "Enak kan mas?" Eliza masih menunggu jawaban dari Nathan. Menurut lidahnya nasi goreng ini sangat lezat dan rasanya sangat pas di lidah. Namun tentu saja selera manusia berbeda. "Tidak enak," jawab Nathan yang menghentikan makannya Dan meletakkan sendok serta gar
Eliza berdiri di depan pintu ruang kerja Nathan. Dia sudah membawa laptop beserta buku catatan. Dengan ragu-ragu Eliza mengetuk pintu. Setelah mendengar jawaban dari dalam ia pun membuka pintu dan kemudian masuk. "Duduk!" Nathan menunjuk ke arah sofa. Sedangkan pria itu duduk di kursi kerjanya."Ya mas." Dengan patuhnya Eliza duduk di sofa dan membuka laptopnya.Nathan masih sibuk dengan pekerjaannya dan membiarkan Eliza mengerjakan tugasnya terlebih dahulu. Setelah pekerjaannya selesai Nathan menyimpan file dan kemudian mendekat ke arah Eliza. "Sudah sampai mana buatnya?" Nathan melirik ke layar laptop Eliza.Eliza tersenyum dan menunjukkan hasil kerjanya. "Noah sudah pintar main mas. Dia nggak mau kalau main sama yang lain pengennya sama Liza aja. Jadi karena itu Liza baru bisa kerjain kalau Noah sudah tidur." Eliza tersenyum sambil mengetik di keyboard. "Noah sudah sangat pintar sekarang." Nathan tersenyum senang ketika mendengar cerita tentang buah hatinya. Meskipun tidak mend
Eliza terbangun ketika mendengar suara Noah yang sudah merengek manja. Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka mata adalah wajah Nathan. Melihat Nathan tidur dikamar yang sama dengannya, tentu saja membuat Eliza panik dan gugup."Ya ampun, semalam aku tidur pasti sangat lelap sampai gak tahu kalau Noah bangun." Eliza dapat menebak bahwa Nathan tertidur setelah memberi susu untuk Noah.Dengan cepat Eliza mengambil Noah, agar tidak mengganggu tidur Nathan. "Semalaman tidurnya dipeluk Daddy ya." Eliza berkata dengan suara yang sangat kecil dan kemudian mencium pipi bulat bayi berparas tampan tersebut. Posisi tidur Nathan begitu tidak nyaman dan kepalanya juga terkulai ke kanan. Dengan sangat hati-hati Eliza membetulkan posisi tidur Nathan dan menaikkan selimut sampai sedada. "Kita ke kamar mommy ya, soalnya Daddy masih tidur. "Eliza menggendong Noah dan keluar dari kamar. Tugas semalam belum selesai. Mumpung hari ini jadwal kuliah jam 9 pagi Eliza bisa mengerjakan tugasnya terle
Eliza merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Kakinya sudah gemetar dan bibir pun sudah putih. Mengapa bisa sampai teledor seperti ini. Seharusnya Eliza membangun Nathan agar tidak terjadi salah paham.Mawar terkejut bukan main ketika melihat makan yang tertidur lelaki atas tempat tidurnya. "Apa yang telah kalian lakukan?" Mawar bertanya sambil memandang Eliza. Dengan cepat Eliza menggelengkan kepalanya. "Mengapa Nathan bisa tidur di sini? "Mawar menunjuk ke arah putranya."Maaf mi, semalam Liza ketiduran. Sampai nggak tahu kalau Noah bangun. Mas Nathan masuk ke sini dan menidurkan Noah ikut tertidur. Liza juga nggak tahu kapan mas Nathan datang. Sewaktu Liza bangun mas Nathan sudah tidur sambil meluk Noah." Eliza berkata dengan terbata-bata sambil menundukkan kepalanya."Nathan bangun tanda." Mawar menepuk pipi putranya dengan keras. Nathan yang sedang tertidur lelap tidak merasakan sakit sedikitpun. Bahkan pria itu menarik selimutnya semakin tinggi dan menutupi kepalan
Suasana di meja makan tidak sama seperti biasanya. Eliza duduk dengan canggung. Wanita cantik itu tidak berani untuk mengangkat kepalanya. Karena peristiwa pagi tadi yang membuat dia merasa malu. "Enak ya nak masakan mommy?" Eliza berkata sambil memasukkan bubur yang tadi dibuatnya ke dalam mulut Noah. Untuk sarapan pagi, Eliza sengaja membuatkan biskuit susu dan ditambah dengan pisang yang direbus terlebih dahulu. Sudah pasti rasanya sangat lezat." Noha tersenyum dan kembali membuka mulutnya. "Cepet banget habis yang di mulut." Eliza senang dan kembali menyuapi Noah. Bersyukur Noah sudah punya kursi disini sehingga dia memiliki alasan untuk tidak memandang wajah mami, papi dan Nathan."Eliza, kenapa nggak kasih aja Noah sama baby sister, kamu bisa sarapan," kata Mawar. Apa yang terjadi tadi pagi sudah pasti membuat Eliza tidak nyaman. Karena itu Mawar menunjukkan sikap hangat seperti biasanya. Agar tidak terjadi kecanggungan terhadap Eliza."Nanti makan siangnya sama Mbak Ani.
Eliza berada di dalam mobil bersama dengan. Namun suasana di dalam mobil ini tidak seperti biasanya. Biasanya Eliza akan banyak berbicara. Namun untuk sekarang dia lebih memilih diam dan menundukkan kepalanya. Meskipun masalah sudah selesai tetap saja Eliza merasa canggung. Begitu banyak cerita aneh yang terjadi semalam. Sampai saat ini ia masih penasaran, bagaimana caranya bisa tidur di kamar Noah. Siapa yang sudah memindahkannya? Eliza ingin bertanya namun malu ketika melihat Nathan."Nanti pulang aku jemput." Nathan sedikit melirik ke arah Elisa "Iya mas, setiap Liza pulang kan mas terus yang jemput," jawab Eliza dengan wajah polosnya. Nahan berusaha menahan rasa gemas sekaligus kesal. Padahal dia mengatakan hal ini hanya untuk sekedar mencari topik pembicaraan namun jawaban Eliza membuat dia kesel."Tadi Noah makan banyak ya, padahal ini hari pertama dia makan." Nathan berkata sambil melirik Eliza. Biasanya Eliza akan sangat antusias ketika membahas tentang Noah. "Iya mas, bu
"Apa Kamu nggak kerja mas?" Mirna yang sudah terlihat cantik dengan perut besarnya memandang ke arah Sandy. Pria itu masih memakai baju kaos oblong dan berbaring di atas tempat tidur. "Kepalaku pusing aku sudah minta izin," jawab Sandy."Oh ya udah kalau gitu aku kerja dulu ya mas. Nanti kalau mau sarapan Kamu beli aja di luar. Ini uang untuk kamu di rumah." Mirna mengeluarkan uang pecahan 50.000. Sandy hanya diam tanpa menjawab perkataan istrinya. "Rencananya minggu depan aku sudah ngambil cuti mas." Mirna tersenyum sambil mengusap perutnya. Menyambut kelahiran calon bayinya tentu membuat wanita senang. Berdasarkan hasil pemeriksaan Mirna akan melahirkan anak perempuan. Sandy tidak mengatakan apapun. Tidak ada raut kebahagiaan ketika mendengar perkataan istrinya. "Mas, mau sampai kapan sih kamu seperti ini sama aku?"Sandy tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu terlalu banyak pikiran, aku tidak berubah." Mirna diam memandang Sandy, pria itu benar-benar sudah berubah.
Begitu pulang dari kampus Eliza langsung pulang ke mansion bersama dengan Nathan. Seperti inilah rutinitasnya selama 6 bulan terakhir. Menjalani hidup dengan tenang, nyaman dan bahagia. Di sini semua kesedihan seakan tersapu habis dan digantikan dengan kebahagian. Bahkan dengan mudahnya Eliza melupakan suaminyaTerkadang Eliza merasa heran dengan statusnya. Dia hanya seorang pengasuh namun bos besar yang menjadi sopir pribadi. Setiap kali akan pergi ke manapun Nathan yang selalu mengantar serta menjemputnya. "Eliza cepat ke kemas barang-barang kamu." Mawar langsung memberikan perintah ke petikan Eliza melihat Eliza yang sudah masuk ke dalam rumah. "Siapin barang-barang, kita mau ke mana mi?" tanya Eliza. "Sore ini kita bakalan berangkat ke puncak." Wanita cantik itu duduk dengan anggun dan sambil menikmati teh hangatnya. "Ke puncak mi?" Eliza terkejut ketika mendengar perkataan dari Mawar. Bukankah Sabtu besok, pikirnya. "Jumat ini tanggal merah, karena itu kita berangkat sore.
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah