Meskipun bukan pengalaman pertama namun Marwan tampak gugup ketika mengucapkan ijab Kabul untuk istrinya. Kata sah dari para tamu dan saksi menjadi pertanda bahwa pria itu sekarang sudah menyandang status suami. "Selamat ya atas pernikahan kamu. Aku selalu mendoakan agar kamu selalu bahagia." Hermawan berkata dengan tulus. "Terima kasih Her, meskipun kita hanya bersahabat tapi bagi aku kita itu saudara. Terimakasih karena kamu tidak pernah meninggalkan aku di saat sulit seperti ini." Marwan memeluk Hermawan dengan erat. Bahkan Hermawan kesulitan untuk bernapas."Terima kasih, terima kasih, tapi jangan seperti ini juga caranya. Ini sama saja kamu seperti ingin membunuhku. Aku tidak dapat bernafas kau bikin." Hermawan berkata ketika Marwan sudah melepaskan pelukannya. Marwan hanya tertawa mendengar omelan dari sahabatnya. Entah memang karena terlalu bahagia atau Marwan yang terlalu usil hingga membuat Hermawan kesal. Selama ini Eliza tidak pernah tahu bahwa ternyata Marwan dan Herm
"Mas, Liza mau sate padang." Eliza menunjuk ke arah pria yang sedang menuang kuah sate ke dalam piring.Eliza tidak menyangka bahwa Marwan benar-benar menyediakan menu yang diinginkannya. Padahal Eliza hanya bercanda saja."Sate Padang?" Nathan mengulang kembali perkataan Eliza.Jika nasi padang Nathan tahu, karena di sini banyak restoran Padang. Namun kalau sate padang sepertinya dia baru mendengar namanya.Eliza menganggukkan kepalanya. "Sate Padang enak banget. Apa mas belum pernah coba?" Nathan menggelengkan kepalanya."Kalau gitu ayo kita coba." Eliza tersenyum sambil memegang tangan Nathan dan kemudian menariknya. "Iya dek tapi jangan main tarik-tarik gini juga." Nathan dengan terpaksa harus beranjak dan duduknya dan mengikuti Eliza. "Liza sudah nggak sabar pengen makan sate. Anak mommy juga mau kan?" Eliza tersenyum memandang Noah yang digendong Nathan. Nathan memandang Eliza dengan senyum tertahan. Mau seperti apapun sikap Eliza tetap saja di matanya Eliza sangat imut."Ay
Nathan memasukkan sedikit kuah sate ke mulutnya. Sebelum memakan di akan mencicipi terlebih dahulu karena takut rasanya tidak cocok lidahnya."Enak?" Eliza bertanya dengan mata terbuka lebar."Enak, sedikit pedas" jawab Nathan. Ia kemudian memasukkan daging sapi dalam mulutnya. Rasanya sangat enak, daging sapinya lembut. "Kami orang Sumatra suka makan pedas. Kalau di Pekanbaru ada yang namanya sate padeh, itu rasanya benar-benar pedas. Kalau di sini sepertinya pedagang sate lebih menyesuaikan sama lidah orang Jawa yang tidak suka pedas," Sudah lebih 1 tahun Eliza meninggal kota Pekanbaru. Ada kerinduan yang mendalam dengan kota bertuah tersebut."Iya juga." Nathan memakan sate nya dengan lahap. Dilihatnya Eliza mematahkan kerupuk kemudian mencelupkan ke kuah sate, setelah itu dimakdan. "Pakai kerupuk enak mas." Eliza mengunyah kerupuk di dalam mulutnya hingga terdengar suara Krenyes. Melihat Eliza makan kerupuk saja terlihat sangat nikmat. Nathan pun mencoba seperti apa yang dilak
"Nggak apa-apa tadi Liza sudah tanya kalau kurang boleh tambah? kata apak boleh," kata Eliza."Kenapa panggilnya apak?" tanya Hermawan."Iya, kalau orang Minang suka bilangnya apak, untuk bapak, amak untuk mamak," jelas Eliza."Oh." Mawar dan Hermawan menganggukkan kepalanya. "Kalau kata apak boleh tambah, minta aja lagi," kata Mawar. Eliza tersenyum sambil mengangkat jempolnya. Gerai sate yang tadinya sepi sekarang jadi rame. Begitu banyak para tamu yang ingin mencicipi kuliner asal Sumatera Barat tersebut.Eliza ikut antri seperti yang lainnya. Sampai gilirannya tiba."Apak, satenya lamak bana, kurang," ucap Eliza dengan tersenyum. "Oh ini nak apak tambah lagi." kata si bapak sambil memasukkan beberapa tusuk daging sate ke dalam piring. Ketupatnya mau tambah nak?" "Daging aja apak, apak jualan di mana?" Eliza ingin mengetahui nama warung sate si apak. Jika nanti ingin makan sate Padang, ia akan langsung ke warung."Apak biasanya keliling nak pakai gerobak. Apak ketemu sam
"Halo pak Hermawan, halo ibu Mawar, apa kabar ?" Sapa pria paruh baya yang menyapa Hermawan dan juga Mawar. "Baik, bagaimana perkembangan bisnis pak Indra di Singapura?" Hermawan tersenyum dengan teman lamanya itu.Sudah 7 tahun Indra menetap di Singapura. Pria itu baru kembali menetap di Indonesia sekitar 6 bulan yang lalu. "Kita masih merintis, jadi masih banyak tahapan yang harus di lewati." Pria yang bernama Indra itu berbicara dengan gaya ramah dan merendah. "Perusahaan Pak Indra bukanlah perusahaan kecil. Mana ada perusahaan besar itu menjadi perintis," sindir Hermawan.Indra tertawa mendengar perkataan Hermawan. "Oh iya ini Yuna, Dia baru saja menyelesaikan studi S2 nya dan kembali dari Washington. Rencananya akan membantu bisnis Aku di sini." Dengan bangganya Pria itu memperkenalkan gadisnya muda yang saat ini menggandeng tangannya."Bagus sekali," kata Hermawan. "Terima kasih Om, aku senang ketemu sama Om. Sudah lama sekali kita gak jumpa." Yuna langsung bergelayut man
"Tante, aku ke situ ya mau ketemu Mas Nathan , kangen." Yuna tersenyum dan kemudian pergi kemeja Nathan. Mawar hanya diam tanpa menjawab perkataan dari wanita tersebut. "Jeng Mawar, ngikutin berita si Wati gak?" Mega sudah mulai menggosip dengan Mawar. "Saya tidak mengikuti perkembangan kasusnya," jawab Mawar. Sedangkan matanya tertuju kearah Nathan. "Dengar kabar dia dituntut 20 tahun penjara karena kasus penganiayaan, penipuan dan pemerasan. Aku nggak nyangka lho kalau dia sejahat itu. Masalah itu berkata dengan anaknya yang bernama Sandy ya?" Meskipun tidak mendapatkan respon dari Mawar, Mega tetap saja bersemangat ketika menggosip.Mawar menghindari topik pembicaraan ini. Karena menyangkut Sandy. Menyangkut Sandy, berarti berkaitan dengan Eliza. "Dengar kabar, si Sandy itu punya istri dua. Jadi menantu kebanggaan Wati yang bernama Mirna itu, seorang pelakor dan istri kedua. Sayang sekali ya, cantik tapi pelakor. Cantik-cantik eh ternyata istri kedua." Bibir wanita itu sampai
"Mas, Liza ke kamar mandi sebentar ya." Eliza tersenyum memandang Nathan. Sejak tadi sudah kebelet namun karena malas ke kamar mandi, Eliza pun menolak panggilan alam. "Apa mau mas temani?" dengan bodohnya Nathan bertanya. Mata Eliza terbelalak mendengar penawaran dari Nathan. "Gak usah, Liza bisa sendiri," tolak Eliza dengan cepat. Aneh, mana boleh laki-laki masuk ke dalam kamar mandi perempuan. Jika Eliza menyetujui penawaran dari Nathan, sudah pasti bos besarnya itu akan keluar dengan wajah babak. "Ya sudah jangan lama, nanti Noah nangis. Sepertinya dia sudah minta pulang." Nathan berkata dengan tersenyum. Eliza menganggukkan kepala dan mengangkat jempolnya. "Oke." Nathan tersenyum memandang Eliza yang bergi ke kamar mandi. Nathan mulai sibuk dengan handphone di tangannya. Begitu banyak email yang masuk dan harus dibaca satu persatu. "Mas Nathan." Nathan terkejut ketika tiba-tiba saja ada seorang wanita yang langsung memeluknya. Tanpa malu wanita itu mencium bibir
Seorang pria berdiri tidak jauh dari ballroom tempat acara resepsi berlangsung. Pria itu datang memakai masker dan juga kacamata hitam. Sebagai seorang anak ia ingin memberikan ucapan selamat untuk sang Papa. Walau bagaimanapun papanya berhak untuk bahagia. Namun saat ini namanya sedang cacat. Begitu banyak orang-orang di luar sana yang membencinya. Jika Mirna mengatakan semua ini karena ulah dari Wati yang merupakan mamanya, Sandy tidak bisa memungkiri. Karena memang wanita itulah yang menjadi biang semua permasalahan yang terjadi. Dengan ragu Sandy melangkahkan kakinya menuju ke ballroom. Namun kakinya terhenti ketika melihat sosok wanita yang begitu sangat cantik bak bidadari. Matanya bakan tidak bisa berkedip sedikitpun. Apakah benar yang dilihatnya adalah Eliza? Sandi seperti orang bodoh yang mengekori wanita itu dari belakang. Disaat berada di tempat yang sepi dan wanita itu ingin masuk akan masuk ke dalam kamar mandi, dengan cepat ia menarik tangan wanita yang dia yakini i
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah