Sepanjang perjalanan pulang dari klinik, Riswan hanya diam saja tanpa suara begitu juga Ros. Hawa dingin dari pendingin mobil bagai menusuk kulit Ros yang saat ini sedang meriang. Ingin minta dinaikkan suhunya, tentu saja sungkan. Apalagi majikannya error seperti ini. Mobil rasa kuburan bagi Ros.
"Eehmm...Ros, maaf kalau perkataanku hari ini ada yang menyinggung. Aku hari ini benar-benar sedang lelah, banyak pekerjaan." ucap Riswan menjelaskan sambil memasukkan mobil ke dalam garasi.
"Santai aja, Pak. Majikan mah, bebas." ucap Ros lalu turun dari mobil tanpa menoleh pada Riswan.
Baru saja langkahnya sampai di depan pintu, Ros mendengar Melati menangis. Dengan cepat Ros mencuci tangan lalu menggendong Melati yang sedang ditenangkan oleh neneknya.
"Aduuhh cayangnya bude mama kangen yaa, Melati haus? ayo kita nen lagi." ucap Ros mencium gemas tangan Melati sambil membawanya masuk ke dalam kamar.
Padahal saat itu Ros merasakan seluruh badannya sakit tapi karena sayang dan pedulinya pada Melati sehingga ia tetap semangat menyusuinya.
Riswan tertegun melihat sikap Ros, tak seharusnya dia berkata kasar kepada wanita yang telah dengan sangat baik mengurus Melati. Bahkan tubuh bayi Riswan perlahan bertambah gembul.
"Tuh lihat! padahal dia lagi sakit tapi dia sayang dan peduli sekali dengan Melati. Berlaku baik tidak membuat kamu dosa, Nak. Bagaimana pun kamu dan Melati membutuhkan Ros." ucap Bu Nurmi mengingatkan anaknya yang terlihat keterlaluan pada Ros yang sedang sakit.
"Awas ya, jangan sampai dia ngambek tidak mau kerja lagi. Kamu sendiri yang bakal repot nanti." ucap Bu Nurmi kembali. Kakinya melangkah meninggalkan Riswan yang masih tampak berpikir ucapan ibunya barusan.
****
Dua hari setelah Bu Nurmi kembali Bandung, kondisi Ros sudah lebih baik. Meskipun belum terlalu lincah, namun Ros mampu mengurus Melati dengan baik.Riswan tertidur setelah lelah seharian bekerja. Hanya sesekali saja ia bertegur sapa dengan Ros, itu pun hanya berkaitan menanyakan kondisi Melati pada Ros. Sikap Ros memang sedikit berubah setelah mengetahui Riswan adalah lelaki yang angkuh.
Tepat pukul dua dini hari, suara tangisan Melati yang keras ditangkap oleh telinga Riswan. Sontak ia terbangun dan keluar kamar menuju kamar Ros. Tak lama tangisan pun berhenti yang kedengeran sayup-sayup suara Ros bercakap-cakap dengan Melati.
"Bobo lagi ya nak, bude mamanya lagi cakit, kepalanya masih pusing, bobo ya." ucap Ros kembali.
"Mau nen lagi ya?" tanya Ros kepada bayi Melati.
"Boleh kok tapi pelan-pelan yaa nen bude mama lagi cakit. Melati sabar ya, nennya jangan digigit, oke." ucap Ros kembali mengajak bicara bayi Melati.Riswan menguping dari balik pintu, tak tega juga dengan Ros yang masih belum sehat harus begadang menyusui Melati.
Tok..tok...
Suara pintu kamar Ros diketuk.
"Iya sebentar." ucap Ros bangun dari rebahannya sambil membenahi kancing piyama tidur.
"Bapak." Ros kaget karena yang mengetuk adalah Riswan.
"Ada apa, Pak?" tanya Ros sambil menyisir rambut nya yang berantakan dengan jarinya. Melati sedang tidur tengkurap di kasur Ros.
"Hhmm... biar malam ini Melati dengan saya saja, kamu istrihatlah." ucap Riswan pelan sambil melihat ke dalam kamar Ros.
"Bapak ga papa?" tanya Ros meyakinkan.
"Ga papa, dah lanjutkan istirahatnya." ucap Riswan sambil masuk dan menggendong Melati. Refleks Ros mencium jari tangan Melati.
"Maaf ya sayang malam ini sama ayah dulu ya." ucap Ros mengajak bicara Melati sesaat sebelum menutup pintu kamarnya, Bayi itu tersenyum.
Malam ini Ros dapat tidur dengan lelap, begitu juga Riswan yang ditemani oleh Melati. Suara ayat suci yang bersenandung merdu sebelum adzan shubuh, membuat bola mata indah Ros terbuka lebar. Ia terbangun dalam keadaan badan lebih segar. Meskipun masih berasa perih di payudaranya.
Tidak lama kemudian, adzan shubuh pun berkumandang dari salah satu masjid di dekat rumah Riswan. Ros membawa kakinya melangkah masuk ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Setelah sekian lama hidup dalam kubangan dosa, mulai hari ini Ros sudah memutuskan untuk lebih dekat dengan Tuhan. Pelan-pelan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Sempat hatinya berontak, merasa tidak pantas bersujud kepada Sang Pemilik semesta alam ini. Namun lagi-lagi Bik Momo memberinya kekuatan bahwa tidak ada kata terlambat bagi manusia yang mau belajar beribadah. Bukankah Tuhan Maha Pengampun? Mata Ros sembab, ia berucap lirih dalam doanya agar Allah memberinya pengampunan. Dipandanginya mukena sutera pemberian dari Riswan beberapa hari yang lalu. Ros mengulum senyum.
Melati yang merasa haus, mulai merengek sedih. Membuat Riswan yang baru saja melaksanakan sholat shubuh, bergegas bangun dari duduknya kemudian menghampiri Melati. Bayi cantik itu tersenyum pada ayahnya, namun tidak lama kembali merengek.
Riswan menggendong Melati dengan sayang. Membawanya ke kamar Ros.
"Ros, sepertinya Melati haus ." ujar Riswan dengan suara sedikit dikeraskan. Karena tidak ada sahutan dari Ros, pintu kamar juga tidak tertutup rapat. Riswan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Ros yang saat itu masih menggunakan mukena, karena baru saja selesai sholat shubuh. Membuat Riswan terkesiap.
Lelaki dewasa itu terpesona dengan wajah teduh Ros dengan mukena. Bahkan ia menahan nafasnya dengan berat karena terlalu kaget dengan pemandangan di depannya saat ini.
Ros menoleh ke belakang, lalu tersenyum. Ia bergegas membuka mukena dan merapikannya, lalu rambutnya yang biasa terikat tinggi, shubuh ini tergerai dan basah.
Riswan yang sedari tadi melongo, kini merasa malu karena kedapatan memperhatikan Ros. Riswan membuang pandangannya."Pak..." panggil Ros sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Riswan.
"Kenapa bapak masih disitu?Apa bapak ingin melihat atraksi Melati menyusu?" tanya Ros sambil nyengir kuda.
Riswan tersadar, lalu berbalik badan berjalan tergesa keluar dari kamar Ros. Keringat mengucur di dahinya dia merasa kegerahan padahal masih shubuh dan dia tidak sedang berolah raga.
"Cayang bude mama, ada apa dengan papa? Dia terlihat aneh." tanya Ros kepada Melati sambil menyusui bayi cantik itu kembali.
"Apakah dia mulai meriang? merindukan kasih sayang? hihihihi...kasiaaan ya papa Melati."
****
Pak, maaf Bik Momo harus pulang, anak Bik Momo yang kecil masuk rumah sakit." ujar Bik Momo pagi ini saat Riswan sedang sarapan."Waduh, sakit apa, Bik?" tanya Riswan khawatir."Demam berdarah, Pak." jawab bik momo"Oh gitu, oke Bik. Biar saya antar ke terminal berhubung searah dengan kantor saya. " ucap Riswan sambil menghabiskan sisa sarapannya.Ros mengantar Bik Momo dan Riswan ke depan dengan menggendong Melati."Ros, titip bapak dan Melati dulu ya, bibik ga lama kok, begitu Bagus sehat, bibik segera ke Jakarta lagi." ucap Bik Momo menatap wajah Ros."Siap Bik, Melati janji akan jadi anak baik, ya kan, Nak?" Ros berujar ke arah Melati"Paling yang bawel, itu tuh yang gede." ujar Ros sambil berbisik kepada Bik Momo."Huusstt ntar bapak denger lho." sahut Bik Momo sambil tersenyum.Riswan dan Bik Momo berpamitan pada Ros dan juga Melati. Hari ini Riswan membawa mobilnya ke kantor karena harus mengantar Bik
Riswan mencoba memejamkan matanya, namun gagal. Dia membuka ponselnya lalu melihat foto-foto almarhum istrinya Annisa. Riswan tersenyum tipis."Sayang aku merindukanmu." ucap Riswan pada foto istrinya dengan mata berkaca-kaca. Riswan mencium foto tersebut. Annisa wanita sholeha adalah teman Riswan semasa kuliah dan Riswan sangat mencintainya.Annisa mengalami pendarahan saat melahirkan bayi Melati secara cesar. Peristiwa itu membuat Riswan sangat terpukul dan hampir kehilangan semangat hidup. Namun dia harus kuat karena ada Melati yang harus dia jaga. Riswan merasa sangat bersyukur karena wajah Melati sangat mirip dengan Annisa."Semoga Allah memberimu surga istriku." gumam Riswan lagi sambil mencium foto istrinya lalu tertidur.Tok..tok.."Pak, shubuh." panggil Ros dari balik pintu membangunkan Riswan.Ini hari ketiga di rumah tanpa Bik Momo karena anaknya masih dirawat.Tak ada jawaban dari dalam. "Pak." panggil Ros lagi demgan suara
Hari sabtu pagi cuaca begitu cerah. Riswan bersiap membawa Melati berjalan-jalan di sekitaran komplek dengan stroller bayinya."Hati-hati ya sayang," ucap Ros mencium pipi Melati, lalu Ros memasukan Melati ke dalam stroller bayinya.Ting..ting..ting...Suara ponsel Ros berbunyi."Pak, saya ke dalam dulu, ponsel saya bunyi." Ros mengangguk pamit lalu masuk ke dalam."Siapa yang meneleponnya sepagi ini?" tanya Riswan dalam hati."Ahh ... untuk apa peduli juga," gumamnya lagi sambil berjalan keluar mendorong Melati.Satu setengah jam berlalu, Riswan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi kuning dan beberapa gorengan."Ros," panggil Riswan.Ros keluar dari kamarnya sudah rapi dengan kaos dan celana bahan."Eh sudah pulang, Sayang. " Ros datang menghampiri Riswan sambil tersenyum mengangkat Melati dari stroller."Please Ros, saya ga suka dengar kata-kata seperti itu!" ucap Riswan tegas."Ya salam, kesamb
Melati sudah cantik dengan baju dress pink motif bunga sepatu, dengan bando pink menghias di rambut Melati yang sudah mulai lebat. Bik Momo menggendong Melati. Tidak lama, Ros pun keluar dari kamar menggunakan dress di bawah lutut berwarna pink mirip baju Melati. Dengan rambut terurainya yang disisir rapi serta tak lupa bibir seksi milik Ros yang disapu lipstik berwarna pink tua."Wah, Rosmala...cantik banget sih." puji Bik Momo sambil tersenyum."Iya atuh, Bik. Kalau ganteng namanya bukan Rosmala, tapi Riswan. Hihihihi..." kekeh Ros diiukuti oleh Bik Momo.Riswan menoleh ke arah Ros dan melihat penampilan Ros sangat cantik malam ini. Riswan melongo. Jujur, wajah Ros itu cantik. Saat tidak berdandan saja bisa membuat Riswan beberapa kali terpesona. Apalagi dandan begini? Mulut Riswan bahkan setengah terbuka, karena begitu terpesona dengan Ros."Cantikkan, Pak?" tanya Bik Momo pada Riswan, membuat lelaki itu sedikit tergagap."Mingkem, Pak! Mu
Minggu pagi di Bandung udara terasa dingin, keluarga Riswan sedang menikmati sarapan. Ibu Riswan dibantu Bik Momo dan Lasmi membuat nasi goreng dan siomay.Ros banyak diam, tidak bersemangat sambil menggendong bayi Melati. Ros memilih duduk di pinggir kolam ikan koi, melamun sendu. Tak sanggup rasanya membayangkan Melati mempunyai ibu baru dan dia pasti tidak dibutuhkan lagi."Hhhhhmmm..." Ros menghela nafasnya kasar."Melati, meskipun nanti punya mama baru, Melati ga boleh lupa sama Bude mama ya? janji ya? Sini bude mama peluuuk." Ros berucap lirih kepada Melati sambil memeluknya dengan sangat erat, tak terasa air mata kembali membasahi pipi Ros.Ros tak sadar di belakang ada Riswan yang sedari tadi berdiri di sana mendengar apa yang diucapkan oleh Ros.Riswan menatap sayu pundak Ros, dia sangat paham bahwa wanita sewaannya ini dengan sepenuh hati menyayangi dan mengurus putrinya. Bagaimana dia bisa mengartikan sendiri perasaanya saat Ros memelukn
Ros berbaring di kamarnya ditemani bayi Melati yang bertambah montok. Bayi perempuan itu sedang memainkan mainan bunyi-bunyian. Hari ini masuk bulan kelima Ros bekerja di rumah Riswan, hatinya sudah menyatu dengan Melati dan rumah ini.Riswan sedang duduk di depan televisi sambil menonton film romantis. Saat masih ada almarhumah istrinya, mereka suka nonton berdua, karena sama-sama penyuka genre film romantis. Ros melewati ruang televisi untuk ke dapur dan membuat susu."Film apa itu, Pak?" tanya Ros yang tiba-tiba berhenti dan memperhatikan film yang sedang diputar.Riswan kaget, lalu menoleh ke asal suara."Ohh, ini judul filmnya First kiss," sahut Riswan ringan."Oo ..." mulut Ros membentuk huruf O."Artinya apa tuh, Pak?" tanya Ros pura-pura bloon."Ciuman pertama Ros," sahut Riswan dengan jujur, sambil membetulkan letak kacamatanya.Ros menyeriingai, "ciiee, Bapak udah kangen yaa pengen dicium," goda Ros dengan dagu yang m
Keadaan rumah sudah hening, jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam, Bu Nurmi dan Bik Momo sudah tidur, tinggal Riswan yang masih gelisah sudah tiga hari diabaikan oleh Ros, sedangkan Ros, masih asik menyusui Melati yang belum ingin tidur.Riswan tak tahan lagi dengan sikap Ros, dia keluar kamar lalu mengetuk pintu kamar Ros.Tok! Tok!"Ros, buka pintunya!" pinta Riswan dengan suara setengah berbisik takut ibunya terbangun.Ros membuka pintu, Riswan langsung nyeruduk masuk lalu menutup pintu."Ett...siapa nih Melati yang datang bertamu malam-malam?" tanya Ros pada Melati seolah-oleh mereka kaget dengan kehadiran Riswan."Ehh itu saya mau melihat Melati," sahut Riswan asal, lalu menghambur ke kasur untuk mengangkat Melati dan menggendongnya."Anak Papa, aduh papanya kangen banget," ucap Riswan sambil mencium gemas pipi Melati yang sangat montok.Ros tersenyum tipis melihat tingkah Riswan sambil merapikan beberapa
Demi menghargai ibunya dan Sella, akhirnya Riswan memutuskan untuk mengajak Sella untuk makan di luar.Ros mengintip dari jendela kepergian Riswan. Masih dengan Melati dalam gendongannya. Hatinya sangat sakit dan terbakar api cemburu. Namun ia menggeleng-gelengkan kepala. Ia menegaskan, bahwa ia bukan siapa-siapa."Tak boleh Ros, kamu harus tahu diri kamu siapa dan asal kamu dari mana," lirihnya mengingatkan hatinya.Ros mengambil hp lalu mengirim pesan WA kepada Daren."Ren, sepertinya aku mencintainya.""What? Maksud lo sama Riswan?""Iya.""Ya ampun Ros, benarkan kata gue hati-hati lu terpesona sama laki-laki baik kayak Riswan.""Trus dianya gimana?""Kayaknya sih ngga, hehehe sekarang orangnya lagi pergi dengan wanita lain. Wanita baik-baik yang dijodohkan ibunya.""Rooosss...sini aku peluk."Ros menangis membaca pesan dari Daren."Gue sedih ren."Ros menangis sesegukan dalam diam meny