Share

7. Berdebar

Sepanjang perjalanan pulang dari klinik, Riswan hanya diam saja tanpa suara begitu juga Ros. Hawa dingin dari pendingin mobil bagai menusuk kulit Ros yang saat ini sedang meriang. Ingin minta dinaikkan suhunya, tentu saja sungkan. Apalagi majikannya error seperti ini. Mobil rasa kuburan bagi Ros.

"Eehmm...Ros, maaf kalau perkataanku hari ini ada yang menyinggung. Aku hari ini benar-benar sedang lelah, banyak pekerjaan." ucap Riswan menjelaskan sambil memasukkan mobil ke dalam garasi. 

"Santai aja, Pak. Majikan mah, bebas." ucap Ros lalu turun dari mobil tanpa menoleh pada Riswan.

Baru saja langkahnya sampai di depan pintu,  Ros mendengar Melati menangis. Dengan cepat Ros mencuci tangan lalu menggendong Melati yang sedang ditenangkan oleh neneknya.

"Aduuhh cayangnya bude mama kangen yaa, Melati haus? ayo kita nen lagi." ucap Ros mencium gemas tangan Melati sambil membawanya masuk ke dalam kamar.

Padahal saat itu Ros merasakan seluruh badannya sakit tapi karena sayang dan pedulinya pada Melati sehingga ia tetap semangat menyusuinya.

Riswan tertegun melihat sikap Ros, tak seharusnya dia berkata kasar kepada wanita yang telah dengan sangat baik mengurus Melati. Bahkan tubuh bayi Riswan perlahan bertambah gembul.

"Tuh lihat! padahal dia lagi sakit tapi dia sayang dan peduli sekali dengan Melati. Berlaku baik tidak membuat kamu dosa, Nak. Bagaimana pun kamu dan Melati membutuhkan Ros."  ucap Bu Nurmi mengingatkan anaknya yang terlihat keterlaluan pada Ros yang sedang sakit.

"Awas ya,  jangan sampai dia ngambek tidak mau kerja lagi. Kamu sendiri yang bakal repot nanti." ucap Bu Nurmi kembali. Kakinya melangkah meninggalkan Riswan yang masih tampak berpikir ucapan ibunya barusan.

****

Dua hari setelah Bu Nurmi kembali Bandung, kondisi Ros sudah lebih baik. Meskipun belum terlalu lincah, namun Ros mampu mengurus Melati dengan baik.

Riswan tertidur setelah lelah seharian bekerja.  Hanya sesekali saja ia bertegur sapa dengan Ros, itu pun hanya berkaitan menanyakan kondisi Melati pada Ros. Sikap Ros memang sedikit berubah setelah mengetahui Riswan adalah lelaki yang angkuh.

Tepat pukul dua dini hari, suara tangisan Melati yang keras ditangkap oleh telinga Riswan. Sontak ia terbangun dan keluar kamar menuju kamar Ros. Tak lama tangisan pun berhenti yang kedengeran sayup-sayup suara Ros bercakap-cakap dengan Melati.

"Bobo lagi ya nak, bude mamanya lagi cakit, kepalanya masih pusing, bobo ya." ucap Ros kembali.

"Mau nen lagi ya?" tanya Ros kepada bayi Melati.

"Boleh kok tapi pelan-pelan yaa nen bude mama lagi cakit. Melati sabar ya, nennya jangan digigit, oke." ucap Ros kembali mengajak bicara bayi Melati.

Riswan menguping dari balik pintu, tak tega juga dengan Ros yang masih belum sehat harus begadang menyusui Melati.

Tok..tok...

Suara pintu kamar Ros diketuk.

"Iya sebentar." ucap Ros bangun dari rebahannya sambil membenahi kancing piyama tidur.

"Bapak." Ros kaget karena yang mengetuk adalah Riswan.

"Ada apa, Pak?" tanya Ros sambil menyisir rambut nya yang berantakan dengan jarinya. Melati sedang tidur tengkurap di kasur Ros.

"Hhmm... biar malam ini Melati dengan saya saja, kamu istrihatlah." ucap Riswan pelan sambil melihat ke dalam kamar Ros.

"Bapak ga papa?" tanya Ros meyakinkan.

"Ga papa, dah lanjutkan istirahatnya." ucap Riswan sambil masuk dan menggendong Melati. Refleks Ros mencium jari tangan Melati. 

"Maaf ya sayang malam ini sama ayah dulu ya." ucap Ros mengajak bicara Melati sesaat sebelum menutup pintu kamarnya, Bayi itu tersenyum.

Malam ini Ros dapat tidur dengan lelap, begitu juga Riswan yang ditemani oleh Melati. Suara ayat suci yang bersenandung merdu sebelum adzan shubuh,  membuat bola mata indah Ros terbuka lebar. Ia terbangun dalam keadaan badan lebih segar. Meskipun masih berasa perih di payudaranya. 

Tidak lama kemudian, adzan shubuh pun berkumandang dari salah satu masjid di dekat rumah Riswan. Ros membawa kakinya melangkah masuk ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Setelah sekian lama hidup dalam kubangan dosa, mulai hari ini Ros sudah memutuskan untuk lebih dekat dengan Tuhan. Pelan-pelan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Sempat hatinya berontak, merasa tidak pantas bersujud kepada Sang Pemilik semesta alam ini. Namun lagi-lagi Bik Momo memberinya kekuatan bahwa tidak ada kata terlambat bagi manusia yang mau belajar beribadah. Bukankah Tuhan Maha Pengampun? Mata Ros sembab, ia berucap lirih dalam doanya agar Allah memberinya pengampunan. Dipandanginya mukena sutera pemberian dari Riswan beberapa hari yang lalu. Ros mengulum senyum.

Melati yang merasa haus, mulai merengek sedih. Membuat Riswan yang baru saja melaksanakan sholat shubuh, bergegas bangun dari duduknya kemudian menghampiri Melati. Bayi cantik itu tersenyum pada ayahnya, namun tidak lama kembali merengek. 

Riswan menggendong Melati dengan sayang. Membawanya ke kamar Ros.

"Ros, sepertinya Melati haus ." ujar Riswan dengan suara sedikit  dikeraskan. Karena tidak ada sahutan dari Ros, pintu kamar juga  tidak tertutup rapat. Riswan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Ros yang saat itu masih menggunakan mukena, karena baru saja selesai sholat shubuh. Membuat Riswan terkesiap.

Lelaki dewasa itu terpesona dengan wajah teduh Ros dengan mukena. Bahkan ia menahan nafasnya dengan berat karena terlalu kaget dengan pemandangan di depannya saat ini.

Ros menoleh ke belakang, lalu tersenyum. Ia bergegas membuka mukena dan merapikannya, lalu rambutnya yang biasa terikat tinggi, shubuh ini tergerai dan basah.

Riswan yang sedari tadi melongo, kini merasa malu karena kedapatan memperhatikan Ros. Riswan membuang pandangannya.

"Pak..." panggil Ros sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Riswan.

"Kenapa bapak masih disitu?Apa bapak ingin melihat atraksi Melati menyusu?" tanya Ros sambil nyengir kuda.

Riswan tersadar, lalu berbalik badan berjalan tergesa keluar dari kamar Ros. Keringat mengucur di dahinya dia merasa kegerahan padahal masih shubuh dan dia tidak sedang berolah raga.

"Cayang bude mama, ada apa dengan papa? Dia terlihat aneh." tanya Ros kepada Melati sambil menyusui bayi cantik itu kembali.

"Apakah dia mulai meriang? merindukan kasih sayang? hihihihi...kasiaaan ya papa Melati."

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status