Share

8. Berdebar 2

Pak, maaf Bik Momo harus pulang, anak Bik Momo yang kecil masuk rumah sakit." ujar Bik Momo pagi ini saat Riswan sedang sarapan. 

"Waduh, sakit apa, Bik?" tanya Riswan khawatir.

"Demam berdarah, Pak." jawab bik momo

"Oh gitu, oke Bik. Biar saya antar ke terminal berhubung searah dengan kantor saya. " ucap Riswan sambil menghabiskan sisa sarapannya.

Ros mengantar Bik Momo dan Riswan ke depan dengan menggendong Melati. 

"Ros, titip bapak dan Melati dulu ya, bibik ga lama kok, begitu Bagus sehat, bibik segera ke Jakarta lagi." ucap Bik Momo menatap wajah Ros.

"Siap Bik, Melati janji akan jadi anak baik, ya kan, Nak?" Ros berujar ke arah Melati

"Paling yang bawel, itu tuh yang gede." ujar Ros sambil berbisik kepada Bik Momo.

"Huusstt ntar bapak denger lho." sahut Bik Momo sambil tersenyum.

Riswan dan Bik Momo berpamitan pada Ros dan juga Melati. Hari ini Riswan membawa mobilnya ke kantor karena harus mengantar Bik Momo dulu ke terminal. Setelah mobil Riswan keluar dari pagar, Ros melihat ada tukang sayur yang kebetulan lewat di depan rumahnya.

"Bang, sayur!" teriak Ros dari teras. Cepat Ros memakai sendal lalu berjalan keluar pagar sambil menggendong Melati dengan kain batik.

Ros memilih-milih sayur dan ikan apa yang akan dimasak besok.  Akhirnya Ros memutuskan untuk memasak sop iga dan sambal goreng kentang. Seorang ibu-ibu tetangga Riswan, ikut menghampiri tukang sayur tersebut.

Ros dan ibu itu saling berpandangan lalu keduanya tersenyum.

"Istri Riswan yang baru ya?" tanya ibu paruh baya itu pada Ros.

"Eh...itu..." Ros tergagap menjawab pertanyaan dari tetangga Riswan.

"Selamat ya, Mba. Semoga sakinah maw*ddah, w* rohmah. Sayangi Melati sebagaimana anak Mba sendiri." ujar si ibu dengan lembut. Ros hanya melongo tidak bisa menyahut.

"Tapi saya bukan istri Pak Riswan, Bu. Saya hanya babysitter." terang Ros dengan jelas, agar tidak ada yang salah paham dengan posisinya.

"Eh, maaf Mba, saya kira ibu baru Melati, soalnya cantik. Mirip lagi sama Melati." ucap ibu tetangga sambil menyeringai.

"Berati jomblo, Neng?" sela Mamang sayur yang sedari tadi mendengar percakapan Ros dan juga ibu tersebut.

"Kalau jomblo, saya mau daftar." sambung si Mamang sayur lagi tanpa merasa berdosa. Ros dan si ibu saling pandang kemudian tertawa.

"Mang, kalau sakit, mending berobat ya." sahut Ros sambil meninggalkan mamang sayur dan si ibu yang tertawa mendengar ucapan Ros.

****

Hanya Ros berdua dengan Melati di rumah, pekerjaan rumah sudah selesai. Bik Momo sempat masak dulu tadi sehingga Ros tidak perlu memasak hari ini. Hanya bermain-main dengan Melati yang sudah pandai berbolak balik sendiri. 

Pertumbuhan Melati sangat baik berat badannya naik empat kilogram diusia hampir tiga bulan. Kini Melati memiliki berat badan 7 kilogram, pipinya gembul, wajahnya bundar mirip almarhumah Annisa, ibunya. Lagi Ros memandangi Melati dengan takjub.

"Aku sangat menyayangimu, Nak." gumam Ros sambil mencium lembut pipi gembul Melati.

****

"Hei bro." sapa Cello saat bertemu Riswan di kantor sore ini.

"Wah apa kabar, bro?" tanya Riswan sambil berjabat tangan.

"Sehat, lu pa kabar?" tanya Cello balik.

"Gimana Viona bagus kerjaannya?" tanya Cello setengah berbisik.

Riswan terperangah, tidak menyangka Cello bertanya soal Rosmala.

"Ohh...itu, iya bagus tak ada kendala." ucap Riswan kagok.

"Kira-kira sampai kapan bro dia bantuin lu di rumah?" tanya Cello lagi.

"Mmhh gue masih belum tau sih yang jelas sampai anak gue udah ga asi." ucap Riswan sekenanya.

"Eemmm... kalau gue pinjem Viona bentar, boleh ga?" tanya Cello sambil memperhatikan reaksi Riswan.

Tenggorokannya tercekat mendengar ucapan Cello. Membuat Cello tersenyum curiga.

"Yah ga bisa bro, anak gue ga bisa jauh dari Viona." ucap Riswan serius.

"Anak lo apa lo yang ga bisa jauh dari dia?" goda Cello.

Riswan memutar bola mata malasnya. Tidak mungkin diakan yang tidak bisa jauh dari Ros? Cello memang aneh. Riswan bermonolog.

Dada Riswan berdebar bila mengingat perkataan Cello. Tidak, tidak! Tidak mungkin dirinya yang keberatan.

Bep...bep...

Pesan W* masuk, Riswan membacanya tepat berhenti saat lampu merah.

Rosmala 

Pak, susu saya habis.

Ayah Melati

Oke.

"Lelaki yang sangat kaku, kayak robot. Laki-laki begitu di ranjang kaku jugakah? Ish...Rooos, gak boleh berpikiran mesum!" gumam Ros dalam hati sambil memandangi punggung Melati yang sedang 

terlungkup saat ini.

Setengah jam kemudian, terdengar suara pagar di geser lalu mobil terparkir di garasi. Ros bergegas membuka pintu.

"Assalamualaikum." ucap Riswan saat masuk.

"W*'alaykumussalam." jawab Ros sambil menyunggingkan senyum manisnya.

Riswan ikut tersenyum tipis kepada Ros lalu masuk ke rumah.

"Melati di mana Ros?" tanya Riswan sambil menyerahkan kantong berisi susu ibu menyusui untuk Ros.

"Ada di kamar saya, Pak. Sudah tidur." ucap Ros sambil menutup pintu kembali dan menguncinya.

"Ohh gitu ya udah saya masuk dulu." ucap Riswan masuk ke dalam kamarnya.

Ros menyiapkan teh hangat dan sepiring nasi beserta lauk pauk untuk makan malam Riswan, dia menatanya di meja makan.

Tok...tok... 

"Pak makanannya sudah di meja ya." ucap Ros dari balik pintu kamar Riswan.

"Ya ." terdengar jawaban Riswan dari dalam kamar.

Riswan menghabiskan makanannya lalu duduk di depan TV, tumben waktu terasa lambat baru jam 9 malam dan Riswan belum mengantuk. Matanya melihat ke arah kamar Ros. Pintu kamar terbuka, Ros muncul dari pintu hingga keduanya saling pandang. 

"Ehh...anak ayah sudah bangun." ucap Riswan menghindari rasa gugupnya saat bertemu pandang dengan Ros tadi.

"Iya ayah, aku kangen cama ayah, mau main cama ayah dulu." ucap Ros menirukan suara anak kecil dan menyerahkan Melati ke tangan Riswan.

Sontak kalimat tersebut membuat dengkul Riswan lemas dia duduk sambil menggendong Melati.

"Saya cuci piring dulu ya pak, jangan kangen." ucap Ros menggoda sambil nyengir lalu pergi menuju dapur.

Riswan tertegun dan sserrrr...,  dada Riswan kembali bergemuruh. Dia merasa terganggu dengan kalimat Ros tadi. Apalagi di rumah hanya tinggal mereka bertiga tanpa Bik Momo.

Ros tersenyum puas.

"Emmm...baper dah, baru juga diledek sedikit. Apa lagi gue smackdown di ranjang?" gumam Ros pada cucian piringnya. 

"Lagian aneh banget seharian ini canggung banget, apa mungkin karena kami hanya bertiga saja di rumah ya?" tanya Ros kembali pada cucian piringnya. 

"Seperti keluarga harmonis." gumam Ros dengan wajah memerah.

"Aih...aih... Ros, menghayal teruus.  Piring kotor udah melambai tuh." Ros berkata pelan pada dirinya sendiri lalu tertawa kecil.

"Ros." panggil Riswan.

"Ya pak, sebentar." jawab Ros.

Wanita itu menghampiri Riswan "Ada apa, Pak?" 

"Saya mau istirahat, kamu nemenin Melati ya." ucap Riswan dengan mata mulai merah tanda mengantuk.

"Sini, Pak." Ros melebarkan tangannya hendak menggapai Melati.

"Cium aku dong papa." ucap Ros menirukan suara anak kecil.

"Rooooss." suara Riswan meninggi kepalanya pening mendengar perkataan seperti itu.

"Ya ampun, Pak. Ini lho maksudnya cium Melati, bukan cium saya. Hahahaha...emang mau cium saya?" tantang Ros sambil terbahak.

"Mau cium pipi atau bibir? Nih...nih...!" Ros mendekatkan pipinya pada Riswan sambil tertawa.

****

Senang banget kalau yang baca banyak. Terima kasih semua. Lanjut besok lagi ya, jangan lupa klik tanda bintang lima dan klik gem untuk novel ini. Terima kasih

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status