Share

Menjadi Istri Kedua Cinta Pertamaku
Menjadi Istri Kedua Cinta Pertamaku
Author: Ri Chi Rich

IBU PENGGANTI

"Ini rumah mendiang papaku. Kamu nggak berhak ngusir aku dan anakku, Satrio!"

"Tidak berhak katamu? Jelas-jelas kamu sudah menandatangani surat perjanjian, berikut surat cerai.”

Ucapan pria berengsek itu membuat jantung Dini berpacu. Wajahnya seketika memerah padam. "Kamu biadab, Satrio! Kamu menjebakku!"

Wanita itu lantas berteriak, mencoba menerjang Satrio—mantan suami liciknya dengan pukulan bertubi-tubi. Namun, sekuat apa pun dia menyerang, Dini tetap kalah.

Bukan hanya tenaga yang kalah, dia pun kalah bukti ... sebab Satrio benar, dialah yang menyerahkan seluruh harta warisannya pada pria itu.

Berbekal rasa cinta dan percaya, Dini luput membaca satu pun kalimat di dokumen yang Satrio berikan.

"Pergi kamu dari sini. Dan bawa anak harammu itu.”

Satrio mendorong Dini dengan kasar. Pria itu bahkan tidak membiarkan Dini membawa satu pun barang-barangnya dari rumah.

Hanya bersama sang anak, Dini pun akhirnya terusir dari rumahnya.

Hubungannya dengan Satrio memang rumit. Dia sudah mengandung sebelum pernikahannya yang terjalin atas dasar perjodohan oleh orang tua.

Saat itu, baik Satrio maupun keluarganya bersedia bertanggung jawab ... sebab mereka pun membutuhkan pernikahan itu demi perusahaan keluarganya yang di ambang kebangkrutan.

Semua kebaikan itu nyatanya berubah ketika kematian ayah Dini. Satrio mulai bermain mata dengan sekretarisnya, dan bahkan berani membawa wanita itu ke rumah mereka.

Dan sekarang ... posisi Dini sebagai nyonya rumah itu tergantikan oleh pelakor yang naik tahta.

Dini menatap iba pada anaknya yang tengah tertidur pulas dalam dekapannya. Air matanya nyaris mengalir, manakala memikirkan ... bagaimana caranya membuat pengobatan sang anak tetap berjalan, sementara dia sekarang tidak memiliki apa-apa?

*

"Bu, apa bisa dapat tindakannya dulu, bayarnya belakangan? Saya akan cari uangnya segera."

"Tidak bisa Bu. Ketentuan di rumah sakit ini, biaya administrasi harus dilunasi dulu baru pasien akan mendapatkan terapi yang dibutuhkannya."

Dini sontak menghela napas panjang dan dalam. Tiga bulan sudah dia berpisah dengan Satrio. Dia sudah habis-habisan menjual perhiasan yang dia kenakan ketika keluar dari rumah.

Ponsel yang jadi satu-satunya barang berharga Dini pun sudah terjual. Praktis, tidak ada satu pun benda berharga yang bisa dia jual lagi untuk membiayai pengobatan sang anak yang menderita talasemia.

Dini sudah berusaha berhemat dengan mencari kerja serabutan dan tinggal di rumah kontrakan sepetak yang paling murah. Tapi tetap saja uangnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berobat putrinya.

Tidak punya pilihan lain, Dini bahkan merendahkan harga dirinya dengan cara menemui Satrio.

Namun, harapannya tentu saja tidak terwujud, sebab pria itu enggan menolong. Dia bahkan diusir oleh satpam baru yang dipekerjakan pria itu, sebab dianggap sebagai seorang pengemis.

Saat Dini tengah dalam kebingungan ... sebuah percakapan kemudian terdengar dari seorang pria yang membelakanginya, dengan seorang pria lainnya yang berseragam dokter.

"Kalau kamu ingin mencari Ibu pengganti, jangan cari di Indonesia.” Kalimat pertama itu langsung berhasil membuat perhatian Dini tercurah sepenuhnya. “Pergilah ke luar negeri. Aku tidak bisa membantumu,” kata pria yang berseragam sneli putih itu.

Seolah mendapatkan jawaban atas doa-doanya, Dini lantas menghampiri dua pria itu.

"Saya bersedia.” Dua pria itu menegang. Sang dokter menaruh tatapan penuh, sementara bahu pria yang masih membelakanginya semakin terlihat kaku. “Saya wanita baik-baik. Saya mau menjadi ibu pengganti, asalkan bayarannya bisa untuk membiayai pengobatan putri saya."

Namun, ketika pria yang membelakangi Dini memutar tubuhnya ... wanita itu seketika menyesal dengan penawarannya.

"Dini? Dini Putri Lestari?" kata pria itu.

Ingin rasanya dia menarik kata-katanya, tapi keadaan putrinya yang saat ini masih ada di IGD kembali membayang.

“K-kak Rio?” Dini menyebut nama pria itu dengan ragu.

Pria yang dipanggil Rio itu menatap Dini dengan saksama, kemudian bertanya dengan suara baritonnya, “Apa maksud ucapanmu tadi?”

Dini menunduk, dia memintal-mintal kedua tangannya.

“Aku bersedia menjadi ibu pengganti untuk Kak Rio dan istri.” Dini menaikkan pandangannya, kali ini emosi kesedihan dan harapan terlihat jelas di pelupuk mata. “Asalkan Kakak mau menanggung biaya pengobatan putriku."

Andai Dini tahu, pria yang membutuhkan ibu pengganti itu adalah Rio, dia tidak akan gegabah menawarkan diri.

Bagaimana pun, melihat Rio membuat perasaan Dini berkecamuk antara senang, marah, dan sedih ... semua bercampur jadi satu.

"Anakmu sakit apa?" tanya Rio lagi.

Pria itu menatap Dini dengan pandangan khawatirnya.

"Talasemia. Dia ada di IGD sekarang dan butuh transfusi darah malam ini juga, tetapi aku kehabisan uang.”

Di hadapannya, Rio terdengar menghela napas panjang. Berulang kali pria itu menatap Dini dan dokternya secara bergantian.

“Aku turut prihatin dengan keadaan anakmu, Din.” Pria itu menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan, “Tapi, maaf. Aku tidak bisa menerima istri orang menjadi Ibu pengganti.”

Mata Dini sontak membulat. Tetapi kemudian dia sadar, jika Rio tidak tahu kabarnya setelah Dini memutuskan menerima perjodohan itu.

“A-aku sudah bercerai, Kak.”

Sedetik, dua detik, tiga detik, Rio memperhatikan Dini dari atas ke bawah, hingga matanya yang dingin kembali menatap Dini.

"Baiklah, tapi dengan satu syarat."

Binar kebahagiaan muncul di mata wanita itu. "Apapun. Asal biaya pengobatan anakku ditanggung!" ujarnya dengan tidak sabaran.

"Kamu harus menikah denganku, dan mengikuti semua peraturan yang kubuat.”

Kedua mata Dini kini mengerjap, kaget. "Apa harus begitu? Bukannya—“

"Aku tidak bisa menjawab banyak pertanyaan. Jika kamu ingin aku menolong anakmu, itu syaratnya."

Dini terdiam. Dalam ingataannya, Rio begitu lembut. Namun, pria yang saat ini berdiri di hadapannya itu sama sekali tidak demikian.

Namun, Dini pun sadar bahwa itu adalah karena kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu.

Untuk itu, mengesampingkan rasa nyeri di relung hatinya, Dini mengangguk. "Ya, aku setuju, tapi aku punya syarat juga dalam pernikahan itu."

"Aku tidak menerima syarat apapun!” tolak Rio cepat. Mata pria itu menatap Dini dengan tajam. “Jika kamu setuju, aku akan bayar biaya pengobatan anakmu dan menanggung kalian seumur hidupku. Jika tidak, maka aku akan mencari orang lain.”

“Seumur hidup? Apa itu tidak terlalu lama?” tanya Dini sanksi. “Maksudku ... bagaimana bisa aku percaya ucapan Kak Rio?”

Di hadapannya, Rio tersenyum sinis. “Aku bukan seorang pengkhianat yang meninggalkan kekasih 7 tahunnya menikah dengan pria lain, Dini.”

Tidak disangka kalau jawaban Rio langsung seganas itu dan membuatnya Dini terdiam, menunduk tak berani bicara lagi.

"Aku akan melegalkan perjanjian kita di mata hukum. Kamu tidak perlu khawatir.”

Mengesampingkan nyeri di hatinya ... Dini pun kembali mengangguk. "Baiklah, yang penting anakku bisa segera mendapatkan pengobatan."

"Dokter Teddy akan mengurusnya setelah kamu sah menjadi istriku malam ini juga!"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nadea Azkya
hadir bosque... ...
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Ternyata ada hubungan istimewa antara Rio & Dini,7 tahun lalu..... Jangan - jangan.....
goodnovel comment avatar
Yuli Yazid
awal bab yg bikin nyeri untuk Dini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status