Share

4 Lakukan Kewajiban Kamu!

“Kakak ini benar-benar aneh memang,” tanggap Slavia sambil berdiri dan memandang dirinya sendiri di kaca untuk terakhir kalinya sebelum turun.

Meskipun pernikahan ini hanya sementara dan akan diakhiri dengan diam-diam, Slavia tetap saja merasa gugup saat Shara menuntunnya untuk duduk di samping Rio yang hanya memakai kemeja putih sederhana dengan ekspresi tidak terbaca di wajahnya.

Pernikahan itu sendiri dilaksanakan tertutup di kediaman orang tua Shara dan dihadiri oleh saksi dan orang tua Rio yang tampak bingung.

Jantung Slavia bergemuruh keras sekali ketika sang ayah menjabat tangan Rio kuat-kuat saat dimulai pernikahan. Hanya dalam satu tarikan napas, Rio segera mengucapkan ikrar suci itu di hadapan semua orang yang hadir.

Malam harinya sesuai persetujuan, Slavia akan menempati kamar tamu di rumah Rio. Awalnya dia pikir seperti itu, sebelum Shara muncul dan mempersilakan Slavia untuk bermalam di kamar utama bersama Rio.

Shara memeluk suaminya dan sang adik sesaat setelah mereka masuk kamar untuk melepas kantuk.

“Jangan lupa dengan tujuan kalian menikah,” ujar Shara. “Usahakan melakukan hubungan dengan benar, terutama kamu, Vi—cepatlah hamil anak Mas Rio.”

“I—iya, Kak ...” Slavia mengangguk sungkan bercampur malu.

“Ya sudah. Selamat malam pertama, ya, kalian berdua!” Shara akhirnya berlalu meninggalkan mereka berdua.

Setelah Shara pergi, Rio bergerak untuk menutup pintu kamar utama rapat-rapat dan menguncinya.

“Kak?”

“Ada apa, Vi?”

“Kok aku merasa ... sepertinya kita sudah melakukan kesalahan dengan tetap melangsungkan pernikahan ini ...” Slavia bicara tanpa berkeinginan untuk memandang Rio.

Kakak ipar yang kini telah menjadi suaminya.

Rio bergegas membuka kemeja putihnya sementara Slavia mematung dengan kebaya putih sederhana yang masih membungkus tubuhnya yang ramping.

“Kamu tidak harus melakukannya malam ini kalau memang belum siap,” cetus Rio tiba-tiba saat dia mendapati Slavia berdiri melamun selama beberapa saat.

Slavia melirik sekilas ke arah Rio yang mengenakan kemeja putih lengan panjang.

“Tapi ... bagaimana kalau Kak Shara menanyakan soal itu?”

Rio menarik napas. “Aku akan mencari alasan yang tepat, sekarang tidurlah. Kamu pasti capek.”

Tentu saja, Slavia sudah pasti merasakan capek hati dan juga pikiran akibat keinginan gila kakaknya yang berkeras menjadikan dia sebagai istri kedua dari suaminya sendiri.

Semua sudah telanjur terjadi, batin Slavia. Wajah cantiknya yang berbalut riasan tipis tampak murung saat dia mencoba melepas kebaya putihnya.

Rio yang tadinya mau keluar kamar, mendadak menoleh dan mendapati Slavia yang kesulitan melepas kebaya.

“Mau aku bantu?” Rio mendekat.

“Eh, nggak usah Kak ....”

“Oh ya sudah ... kalau kamu tidak mau ....”

Slavia dan Rio sama-sama memalingkan wajah, suasana canggung semakin terasa. Dada yang mulai berdebar lembut, darah yang berdesir kencang, tapi mereka berdua sama-sama tahu.

Bahwa ada hati yang harus mereka jaga.

***

“Mas, kok kamu malah nonton televisi di sini sih?”

Rio terlonjak ketika Shara mendadak muncul dan menepuk pundaknya dengan keras.

“Eh Ra ... Kamu kok belum tidur?”

Ekspresi wajah Shara berubah sedikit.

“Gimana aku bisa tidur kalau malam ini suamiku sedang bersama perempuan lain?” ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Rio.

“Lihat hasil perbuatan kamu,” kata Rio. “Kamu juga tersiksa kan?”

“Mas, setiap hal di dunia ini butuh pengorbanan yang nggak kecil. Karena itu, jangan sia-siakan pengorbanan aku.”

Rio kebingungan ketika Shara menariknya hingga berdiri.

“Kamu mau ngapain, Ra?”

“Mau antar kamu kembali ke kamar, seharusnya kamu lakukan tugas kamu biar hasilnya juga semakin cepat ....”

“Tunggu dulu! Via sudah tidur, besok-besok saja kan masih bisa!”

“Besok?” Shara menghentikan langkahnya. “Kamu nyadar nggak sih, Mas? Semakin kamu menunda, maka akan semakin lama hasilnya! Aku nggak mau kamu terjebak dalam pernikahan kedua ini terlalu lama!”

Rio mengembuskan napas berat. Kata-kata Shara cukup menyinggung harga dirinya seolah dia yang menginginkan pernikahan kedua itu terjadi.

“Pokoknya lakukan tugas kamu malam ini sebaik mungkin dan secepatnya,” tegas Shara sambil mengantarkan suaminya kembali ke kamar utama. “Satu hal yang penting, jangan pernah melakukannya pakai perasaan ... Pikirkan aku di kamar sebelah, oke?”

Rio diam. Dia mulai benci dengan ketidakberdayaannya sebagai lelaki, bukan karena Rio takut melawan istri.

Namun, karena dia mencintai Shara dan tidak ingin istrinya itu melukai diri sendiri lagi.

“Vi! Lho, kamu kok malah tidur duluan sih?”

Di luar dugaan, Shara masuk kamar dan menyibak selimut yang menutupi tubuh adiknya. “Astaga, kamu masih pakai kebaya? Ini gimana sih, Mas?”

Shara menoleh ke arah Rio yang berdiri di belakangnya.

“Aku kan sudah bilang kalau Via sedang tidur.”

“Jadi dari tadi kalian berdua belum mulai apa-apa sama sekali?”

“Ya begitulah ....”

Shara menarik tangan Slavia dengan geram. “Jangan pura-pura tidur terus kamu, Vi! Cepat bangun dan kerjakan tugas kamu sekarang!”

“Aduh! Apa sih Kak, pelan-pelan kenapa ...?” rintih Slavia dengan wajah yang mengernyit kesakitan.

“Kamu yang kenapa, dikasih tugas penting malah ditinggal tidur! Kamu niat bantu aku nggak sih?” sembur Shara sambil berkacak pinggang.

“Niat, Kakak nggak lihat aku sudah sampai sejauh ini?” sahut Slavia ketus.

“Kalau begitu cepat tuntaskan! Target kamu itu adalah hamil dalam kurun waktu satu sampai tiga bulanan, syukur-syukur nggak sampai tiga bulan!”

Slavia melongo, begitu juga Rio. Dikira menanam benih itu sama seperti menanam padi di sawah yang masa panennya bisa diprediksi?

“Mas, kamu juga! Cepat lakukan tugas kamu sebagai suami, kalau perlu aku akan mengawasi kalian berdua di sini!”

Slavia dan Rio sama-sama membelalakkan matanya.

“Mengawasi? Maksud kamu ....”

“Kakak mau nonton ...? Gila!”

Rio berputar menghadap istrinya.

“Ra, sudah cukup! Aku pasti akan melakukan kewajibanku terhadap Via, tapi tunggu sampai dia betul-betul siap!”

“Kapan siapnya kalau nggak dipaksa?” balas Shara dengan bahu naik turun. “Tinggal kamu masukkan benih kamu itu, beres.”

“Shara!”

“Apa, Mas? Semudah itu kan buat para pria melakukannya?”

Slavia memejamkan matanya, pemandangan di hadapannya terlihat seperti seorang penjahat yang sedang menyuruh anak buahnya untuk memangsa tawanan mereka.

“Oke, aku akan melakukan kewajibanku!” sentak Rio yang sudah hilang kesabaran. “Tapi aku nggak mau kamu ada di sini, kami ini bukan tontonan!”

“Oke, aku akan melakukan kewajibanku!” sentak Rio yang sudah hilang kesabaran. “Tapi aku tidak mau kamu ada di sini, kami ini bukan tontonan!”

Slavia terperanjat mendengar jawaban Rio. Takut jika nantinya dia akan betul-betul melakukan hubungan suami istri dengan kakak ipar.

“Aku harus memastikan sendiri kalau kalian melakukan instruksi aku dengan benar ....”

“Ya, atau tidak sama sekali.” Rio memotong tegas. “Kamu minta aku menikahi Via, aku kabulkan. Tapi kalau sampai kamu menyaksikan apa yang seharusnya tidak kamu lihat, lebih baik aku tidak melakukannya sekalian.”

Shara terpaku, sementara Slavia memilih untuk diam saja. Kengerian yang terjadi selanjutnya bukanlah tentang Shara yang kemungkinan akan mengamuk besar jika keinginannya tidak dituruti, tetapi lebih kepada rasa ngeri seandainya Rio betul-betul melakukan kewajibannya sebagai suami.

Itu berarti Slavia juga sama-sama dituntut untuk melakukan kewajibannya sebagai istri.

Bersambung—

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status