Share

Peringatan dari Ayah

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-10 00:48:57

Bab7

Entah mengapa, Ayah tiba- tiba kembali ke rumah lagi dan membuat Ibu semakin murka padaku.

Bahkan, Ibu tidak keluar kamar sama sekali, hingga menjelang sore, Ayah dan mas Andre pulang kerja.

"Ibu mana El?" tanya Ayah ketika aku yang bukain pintu untuk mereka.

Aku menyalami keduanya. "Ibu mengurung diri, Yah. Nggak mau keluar," sahutku.

"Memangnya Ibu kenapa, El?" tanya Mas Andre, yang memang tidak tahu apa- apa.

"Ada selisih paham sama Ayah," sahut ayah mertua.

Mas Andre menatap dingin ke arahku. Kemudian tanpa bersuara, dia masuk ke dalam kamar.

Aku menyusulnya, ketika Ayah menaiki anak tangga.

Ketika mas Andre memasuki kamar mandi, ponselnya yang terletak di atas nakas terus bergetar. Aku melirik dan menemukan nama Delia terus melakukan panggilan telepon.

Aku meraih benda pipih itu, dan menolak panggilan dari wanita itu. Dengan tangan gemetar, aku membuka ponsel mas Andre.

Tujuanku langsung ke pesan W******.

Lalu, nama Delia menjadi urutan atas dari W**** mas Andre.

Dadaku berdebar kencang, ketika aku membuka pesan mereka.

[ Terima kasih bunganya, mas. Aku bahagia sekali. ]

Itu pesan yang pertama aku baca, kemudian disusul pesan- pesan mesra lainnya, juga foto mereka berdua di sebuah pusat perbelanjaan.

Hingga pertanyaan Delia, yang menanyakan, kapan mas Andre akan menceraikan aku. Oh Allah, sejauh itukah sudah hubungan mereka?

Kemudian, masuk lagi pesan dari Delia yang menanyakan, kenapa panggilan teleponnya ditolak?

Hatiku sakit! Sakit sekali rasanya! Tidak kusangka, rupanya mas Andre menikmati perjodohan ini.

"El, berani sekali kamu buka- buka ponselku!" bentak mas Andre, sembari merampas kasar ponsel miliknya dari tanganku.

Aku tidak tahu, sejak kapan mas Andre keluar dari kamar mandi? Aku benar-benar terbawa perasaan sakit hatiku sendiri.

"Sejauh apa hubungan kalian, Mas?" tanyaku dengan suara serak.

"Kenapa? Lancang sekali kamu," jawabnya dengan tatapan tajam.

"Jika aku tidak lancang, maka aku tidak akan tahu apa- apa, kalau kamu berhubungan dekat dengan wanita itu!" kataku tak mau kalah.

"Memangnya kenapa? Salahnya di mana? Dia wanita yang akan Ibu jodohkan denganku. Dia yang akan melahirkan anak- anakku, wajar jika aku membahagiakan dia, kan?!" seru suamiku tanpa perasaan bersalah sedikit pun.

"Kupikir kamu mencintaiku, Mas. Nyatanya, kamu tega sekejam ini."

"Ini bukan hanya tentang cinta, El. Kamu jangan egois! Ibu dan aku melakukan ini, demi kelangsungan keluarga kita."

"Mas, selama aku hidup sama kamu, apa kamu ingat, kapan terakhir kamu bawa aku jalan- jalan? Berbelanja dan memberiku hadiah?" tanyaku.

"El, kamu nggak usah tanyakan tentang hadiah, atau membahagiakan istri. Jika kamu saja, tidak bisa memberikanku anak dan membahagiakan aku dan Ibu."

Oh Allah, beginikah suami yang aku ingin jaga hatinya? Rupanya, benar kata orang. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, mungkin pepatah itu sangat tepat untuk mas Andre dan Ibu Delima.

Sama, sama- sama tidak berperasaan.

"Sekarang, kamu nggak usah ikut campur apapun urusanku, mengerti?!" bentak mas Andre. Aku terdiam, menahan tubuh yang bergetar. Rasanya, ingin sekali aku menangis, meluapkan semua rasa sesak dalam dada.

Tapi, kutahan, aku tidak ingin terlihat lemah, aku harus kuat melawan mereka, sampai aku benar- benar tidak mampu lagi.

Mas Andre mengenakan pakaiannya dan terlihat sibuk kembali dengan ponselnya. Begitu penting saat ini Delia baginya, hingga tidak memperdulikan perasaanku sama sekali.

Makan malam pun tiba, aku hanya terdiam dan tidak banyak bicara.

Sesekali, terlihat Ayah melihat ke arahku. Entah apa maksud ayah seperti itu, seakan mengamatiku sedari tadi.

Sedangkan Ibu? Nampaknya wanita itu masih marah dan tetap tidak mau keluar kamar.

"Ibu masih marah, Yah?" tanya mas Andre.

"Iya," jawab Ayah.

"Keluarga Delia meminta kejelasan pada Andre, Yah. Kita diundang makan malam ke rumah mereka besok," terang mas Andre.

Ayah yang semula menyuap makanannya pun terhenti dan meletakkan sendoknya.

Kemudian Ayah menatap dalam wajah mas Andre, tatapannya nampak dingin.

"Andre, apakah kamu menyukai Delia? Sejauh apa hubungan kalian?" tanya Ayah.

Mas Andre pun menghentikan aktivitas makannya.

"Demi Ibu, Andre hanya menuruti saja," jawab mas Andre.

"Sebagai lelaki, kamu seharusnya memiliki prinsip dan keputusan sendiri. Kamu bukan lagi anak kecil, Ndre. Dalam keputusanmu ini, ada yang harus kamu pertimbangkan. Selain perasaan Ibu, perasaan istrimu juga penting," jelas Ayah, membuat mas Andre sejenak menghela napas.

Aku masih terdiam menyimak obrolan mereka.

"Apakah kamu sudah tidak mencintai El lagi? Ingat Ndre, jangan sering- sering membuat istri kamu menangis. Takutnya, nanti kamu yang balik nangis kalau ada orang lain yang akan menyapu air matanya."

Apa maksud ucapan Ayah? Kulirik wajah mas Andre memerah, mendengar ucapan ayah barusan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (66)
goodnovel comment avatar
Melati Sitorus
malas mau lanjut baca ujung 2nya harus bayar
goodnovel comment avatar
Venus Medica
apikkkk bangetzzzz
goodnovel comment avatar
Zyla Zikri
seruuuuu....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua   689

    Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua   688

    Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua   687

    Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua   686

    Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua   685

    Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua   684

    Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status