“Bagaimana, Sayang? Apa kau berhasil bertemu dengan Brian semalam?” tanya Gerald lembut.“Tidak. Dia sudah pergi sebelum aku datang. Aku akan menemuinya lagi saat dia pulang.”“Baiklah kalau begitu. Tapi, aku pikir itu tidak perlu. Biarkan saja jika memang Dayana mendapatkan hak warisan yang sama dengan Brian, Queen, dan King.”“Tapi, Dayana tidak mau itu, Sayang. Kau tidak dengar dia mengatakan hal itu semalam? Dia hanya ingin menikmati yang kau berikan padanya karena dia tidak ingin ada perdebatan di kemudian hari antara saudara sepupunya. Maaf, tapi bagaimana pun mereka tidak kandung dan aku takut Brian atau yang lainnya akan menyakiti hati putriku dengan kenyataan itu,” ungkap Zahra dengan sangat frustasi. Hal itu memang benar adanya dan Gerald tidak akan menyangkal yang baru saja dijelaskan oleh istrinya. Dayana memang bukan putri kandung Zahra dan itu artinya dia bukan lah darah daging dan keturunan Albert. Hal yang membuat Dayana seharusnya tidak mendapatkan apa-apa dari harta
Setelah kepergian Geralad dan Dayana dari rumah itu, hati Zahra tidak bisa tenang. Sejujurnya, di usia yang tidak lagi muda, tentu saja Zahra berharap bahwa dia bisa mengetahui ke mana sebenarnya Gerald dan Dayana pergi pagi-pagi begini.Namun, Zahra benar-benar tidak bisa meninggalkan sesuatu yang penting yang akan dia lakukan pagi ini di perusahaan ayahnya. Zahra harus pergi menggantikan Brian dalam pertemuan penting di perusahaan itu karena dia baru saja mendapatkan kabar bahwa King tidak dalam keadaan sehat beberapa hari ini.Di dalam mobil Dayana dan Gerald masih merasa tidak sampai hati karena sudah membuat Zahra bersedih di rumah. Namun, mereka tidak ada pilihan lain dan tetap harus melakukan hal itu. Gerald masih terngiang ucapan Zahra yagn membahas tentang dirinya yang sudah jadi wanita mandul.“Aku tidak tahan melihat ekspresi bingung dan sedih mami tadi, Dad. Rasanya, aku ingin membongkar semuanya dan memeluk mami dengan erat.” Dayana berkata dengan nada yang terdengar sang
“Siapa yang baru saja kau panggil dengan sebutan pelacur?” tanya Dayana tak kalah emosi mendengar ucapan si pria yang baru saja menghampirinya itu.“Aku tidak berbicara dengan wanita lain di sini selain denganmu,” jawabnya dengan enteng.“Jaga bicaramu, Pecundang! Aku ini Nona Muda keluarga terpandang. Kau tidak tahu siapa orang tuaku? Atau mungkin ... kau perlu tahu siapa nama kakekku?” tanya Dayana yang saat ini sengaja membanggakan silsilah keluarganya karena merasa hal itu menguntungkan saat ini.“Aku tidak perlu tahu tentang semua itu. Kau sendirian di sini dan berpakaian seperti ini untuk mengundang birahi pria. Kau bahkan memakai trik murahan seperti itu untuk mendapatkan bayaran tinggi,” ejek pria bernama Marcelino itu pada Dayana.“Apa urusanmu dengan pakaian yang aku kenakan? Itu tidak akan mengurangi saldo di rekeningmu dan itu tidak membuatmu malu! Satu lagi, aku tidak perlu uangmu itu karena hartaku saja tidak akan habis meski sudah aku hambur-hamburkan.”“Sombong sekali,
“Tenanglah, Na. Aku akan selalu menjagamu!” seru Samuel pada Dayana.Kalimat sederhana dan singkat itu nyatanya mampu membuat Dayana diam tak bergeming di balik punggung Samuel. Pria itu masih saja melindungi Dayana dengan tubuhnya dan berusaha untuk memancing amarah Marcel. Dia tidak tahu nama pria yang menyelamatkannya saat ini, tapi dia merasa seperti panggilan itu tidak asing bagi Dayana.Tidak banyak orang yang memanggil dirinya dengan sebutan ‘Na’ seperti tadi, bahkan bisa dikatakan nyaris tidak ada. Dayana tidak mengerti mengapa saat ini jantungnya berdebar tidak karuan karena mengingat panggilan Samuel tadi.Dor! Dor! Dor!Tiga kali suara tembakan terdengar di udara dan yang ketiga seiring dengan berbaliknya tubuh Samuel untuk menutupi tubuh Dayana. Dayana masih terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Yang jelas, dia merasa pria itu memeluknya dengan sangat erat. Dari balik punggung Samuel, Dayana bisa melihat Marcel yang masih berdiri dengan menyeringai seraya pis
“Di mana aku sekarang?” tanya Samuel saat baru saja berhasil membuka matanya.Kebetulan, hanya ada seorang suster yang menjaganya saat ini. Baru tiga jam setelah operasi itu berhasil dilakukan. Dayana sedang pergi sebentar karena Gerald dan Zahra sedang bertengkar hebat di parkiran rumah sakit.“Anda di rumah sakit, Tuan. Anda baru saja menjalani operasi pengangkatan peluru dari dalam sela jantung dan hati Anda,” jawab perawat itu dan langsung memeriksa keadaan Samuel secara menyeluruh.“Di mana gadis itu?” tanya Samuel lagi karena dia yakin, Dayana lah yang membawanya ke rumah sakit. Terakhir kali dia terkena tembakan dari Marcel dengan memeluk tubuh wanita yang selalu mengisi relung hatinya itu.“Dia sedang ada urusan sebentar. Katanya tidak akan lama dan nona muda akan segera kembali lagi. Dia memintaku untuk mengawasi dan menjaga Anda di sini dan memberitahunya jika terjadi sesuatu,” jawab perawat dan mengeluarkan ponsel dari saku baju dinasnya.“Apa yang akan kau lakukan?”“Aku a
“Jangan sampai ada yang mengikuti kita!” titah Samuel pada sopirnya.Sopir itu bernama Erik dan dia adalah orang kepercyaan Samuel, tapi jarang terlihat. Kecuali saat Samuel benar-benar membutuhkannya, baru lah pria itu akan muncul tanpa perlu membuat Samuel menunggu lama.Samuel berbaring di kursi belakang dan membuka jas putih yang di dalamnya juga memakai baju kaos oblong khas rumah sakit. Pria itu merobek paksa baju itu dan tampak lah dada yang tadi sudah diperban oleh dokter sudah merah oleh darah.“Kau terluka parah, Tuan Muda.”“Jangan hiraukan aku. Terus lah menyetir, Erik!” seru Samuel dengan suara serak menahan rasa sakit di bagian dadanya.Itu bukan luka baru baginya, karena Samuel sudah berulang kali kembali dari kematian. Tuhan masih sayang padanya sehingga sampai saat ini Samuel masih tetap bernafas dan hidup dengan baik. Atau terkadang, Samuel berpikir semua itu karena Tuhan belum mengabulkan keinginannya yang terakhir. Yang membuat Tuhan enggan mencabut nyawanya dan be
“Nona, ini dia data yang Anda minta.” Seorang perawat sudah mengirimkan salinan data pasien yang diminta oleh Dayana dan mengirimkannya melalaui email.“Baik. Terima kasih sudah membantuku,” ucap Dayana tulus dan tersenyum.Sejujurnya, dia adalah gadis yang bersahaja seperti Zahra. Tidak sombong dan tidak pernah membedakan orang lain dengan dirinya. Tentu saja itu mungkin, karena Dayana tumbuh dalam pengasuhan Zahra.Dayana kembali ke rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Ya, tentu saja rumah kosong karena Gerald dan Zahra mungkin saja masih berada di kamar hotel itu sekarang. Sebenarnya, Dayana dan Gerald sudah merencanakan semua itu sejak awal. Hal itu karena hari ini adalah hari ulang tahun Zahra.Mereka berdua ingin memberikan sebuah kejutan spesial di hari ulang tahun Zahra. Akan tetapi, sebelum hadiah itu diberikan tentu saja harus ada sedikit drama yang akan membuat Zahra marah dan kesal. Bahkan, semua itu sudah di luar prediksi Gerald dan Dayana karena Zahra ternyata
“Aku hanya bertanya, Bibi. Kenapa kau tampak cemas?” tanya Brian justru membuat Merlyn kembali tegang dan gugup.“Ah ... ti-tidak. Aku pikir kau sedang mencurigai aku dalam sesuatu hal,” jawab Merlyn dan kemudian membuka sepatu Brian. Menggantinya dengan sendal rumah yang tampak lucu dan membuat kening pria itu mengernyit heran.“Mencurigai apa? Dan ... siapa yang mengganti sendal rumah menjadi seperti ini?” tanya Brian dengan suara tegas.“Itu ... Nyonya Muda yang sudah mengganti semuanya.”“Maksudmu Naomi?”“Benar, Tuan Muda. Kemarin dia pergi berbelanja dengan Nona Muda dan pulang dengan banyak barang belanjaan. Aku pikir dia sudah menghabiskan cukup banyak uangmu, Tuan.”“Aku tahu karena itu masuk ke dalam ponselku. Biarkan saja dia berbelanja sesukanya, dan aku yakin itu semua adalah atas dorongan Queen.” Brian berkata dengan menyunggingkan senyum.“Kalau tidak ada lagi, aku akan kembali ke dapur untuk memeriksa para pekerja di sana, Tuan. Anda bisa memanggilku saat butuh sesuatu