Home / Rumah Tangga / Menjadi Istri Muda Suami Kakakku / Penawaran yang mengejutkan

Share

Penawaran yang mengejutkan

Author: Rose_White
last update Last Updated: 2024-12-13 06:42:57

----

Langit senja melukis semburat jingga di balik tirai jendela besar ruang keluarga. Mauren baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kamar ketika langkah-langkah kecil membawanya turun ke lantai bawah. Niatnya sederhana—hanya ingin mengambil segelas air. Namun langkah itu, yang awalnya biasa saja, ternyata membawa Mauren ke sebuah percakapan yang akan mengguncang dunianya.

Di ruang tamu, suara tegas tapi dingin milik Ibu Ares menggema, mengisi keheningan rumah megah itu.

“Ares, kamu tahu apa yang keluarga kita harapkan darimu,” kata wanita paruh baya itu, nadanya penuh tekanan.

Mauren berhenti di tengah tangga, menyembunyikan diri di balik dinding. Telinganya menangkap setiap kata, sementara jantungnya berdetak lebih cepat.

“Sudah delapan tahun menikah dengan Ava, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda. Apa kamu mau terus membiarkan garis keturunan kita berhenti di sini?”

“Ibu ...” Ares menjawab, suaranya lelah namun tetap berusaha tenang. “Aku dan Ava sedang berusaha. Ini bukan sesuatu yang bisa dipaksakan.”

“Berusaha?” Nada Ibu Ares berubah menjadi sinis, disertai tawa kecil yang menyakitkan. “Kalau memang berusaha, hasilnya pasti sudah ada! Jangan membuang waktu, Ares. Kalau Ava tidak bisa memberimu anak, mungkin sudah saatnya kamu menikah lagi.”

Mauren menahan napas, matanya membelalak. Pernikahan lagi? Itu tak pernah terlintas di pikirannya.

“Ibu,” Ares menjawab tegas, “Aku tidak akan melakukan itu. Aku mencintai Ava. Dia istriku. Aku tidak akan menyakitinya dengan cara seperti itu.”

“Kalau begitu, cerai saja!” sergah Ibu Ares tajam. “Jangan buang waktumu dengan wanita yang tak bisa memberikan keturunan. Keluarga ini membutuhkan ahli waris, dan itu tugasmu.”

Mauren menggigit bibir, tangannya gemetar mendengar ucapan itu. Cerai? Ia tak bisa membayangkan kakaknya, Ava, yang lembut dan penuh cinta, kehilangan pria yang begitu ia sayangi. Namun di balik kekhawatiran itu, pikiran lain muncul di benak Mauren, meluncur perlahan seperti bisikan.

Bukankah aku bisa membantu?

Mauren memejamkan mata. Pikiran itu gila. Mustahil. Namun semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin pikiran itu berakar kuat. Jika Ares membutuhkan anak untuk menyelamatkan pernikahannya, bukankah ia bisa menjadi jawaban?

---

Malam itu, Mauren tidak bisa tidur. Matanya terus menatap langit-langit kamar, pikirannya berputar-putar.

“Ini bukan tentang aku,” bisiknya pada diri sendiri. “Ini tentang Kak Ares dan Kak Ava. Aku hanya ingin membantu.”

Namun jauh di lubuk hatinya, ia tahu ada bagian dari dirinya yang ingin lebih dari itu. Ia ingin merasakan cinta Ares, meski hanya sekejap, bahkan jika itu berarti ia harus berkorban segalanya.

Namun keesokan paginya, kenyataan menyergapnya dengan kekuatan yang baru. Saat melihat Ava tertawa bersama Ares di meja makan, Mauren menyadari ada ikatan kuat di antara keduanya yang tak bisa ia patahkan.

Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, Apakah aku benar-benar ingin melibatkan diri dalam hubungan mereka? Tapi meski ia tahu jawabannya seharusnya "tidak," hasrat yang tertahan selama bertahun-tahun itu terus mendorongnya maju.

Hari-hari berikutnya, Mauren mencoba mencari celah. Ia menciptakan momen dengan Ares—membawa kopi saat Ares bekerja di ruang tamu, menemaninya membersihkan taman, atau sekadar berbicara hal-hal kecil.

Ares tetap ramah, seperti biasanya, meski sesekali ada tatapan heran di wajahnya. Ia tak menyadari bahwa di balik senyum Mauren ada sebuah niat yang terus berkembang.

Namun di malam saat Ava keluar untuk menghadiri acara kantor, Mauren melihat celah itu. Ia memasuki ruang kerja Ares, mengumpulkan keberanian yang tersisa untuk melangkah.

“Kak Ares,” panggilnya lembut sambil melangkah masuk.

Ares mengangkat wajahnya, sedikit terkejut. “Oh, ada apa, Ren?”

“Tidak apa-apa,” jawab Mauren, duduk di sofa. “Aku cuma lihat Kakak kelihatan lelah. Apa ada yang bisa kubantu?”

Ares menggeleng, menghela napas panjang. “Tidak, Ren. Aku cuma banyak pikiran.”

Mauren menatapnya, mencoba mencari keberanian. “Kak, aku dengar percakapanmu dengan Ibu waktu itu ...”

Ares menatapnya tajam, kaget. “Kamu dengar?”

Mauren mengangguk pelan. “Maaf, aku tidak sengaja. Tapi aku terus memikirkannya, Kak.”

“Mauren, itu masalah yang sangat pribadi,” jawab Ares tegas.

“Tapi aku ingin membantu,” potong Mauren, suaranya nyaris bergetar.

Ares mengerutkan kening. “Membantu? Maksudmu apa?”

Mauren menelan ludah, mencoba mengendalikan dirinya. “Kakak membutuhkan anak untuk menyelamatkan pernikahan ini, kan? Aku ... aku bisa membantumu.”

Ruangan itu menjadi sunyi. Ares menatapnya, bingung dan kaget. “Mauren, apa maksudmu? Itu ... tidak masuk akal.”

“Aku serius, Kak,” Mauren mendesak, suaranya hampir berbisik. “Aku bisa memberikan anak itu untukmu. Diam-diam. Setelah semuanya selesai, aku akan pergi. Tidak ada yang perlu tahu.”

“Mauren, itu salah!” sergah Ares, suaranya meninggi untuk pertama kalinya.

“Tapi bukankah lebih baik seperti ini daripada Kakak harus menikah lagi atau menceraikan Kak Ava?” Mauren memohon, air matanya mulai mengalir.

Ares berdiri, menatapnya dengan ekspresi campur aduk—marah, bingung, dan kecewa. “Mauren, aku tidak percaya kamu bisa berpikir seperti itu.”

Mauren menunduk, suaranya gemetar. “Aku hanya ingin membantu, Kak. Aku tidak ingin melihat Kak Ava terluka.”

Ares menghela napas berat, lalu berkata dengan nada yang lebih lembut. “Mauren, aku menghargai niatmu. Tapi ini bukan caranya. Jangan pernah berpikir seperti ini lagi.”

---

Malam itu, Mauren menangis sendirian di kamarnya. Ia tahu apa yang ia tawarkan salah, tapi ia merasa begitu putus asa untuk membantu.

Namun di balik air mata itu, ia merasa lega. Ares tetap teguh pada cintanya untuk Ava.

Mauren tahu waktunya di rumah ini tidak akan lama lagi. Ia memutuskan untuk pergi, mencari tempat di mana ia bisa memulai kembali, jauh dari bayang-bayang perasaan yang salah ini.

Di luar, bintang-bintang bersinar redup di langit malam. Mauren menatap mereka, berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi melangkah ke arah yang bisa menghancurkan orang-orang yang ia cintai.

To be continued ☘️ ☘️ ☘️ ☘️ ☘️ 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Ikatan tersembunyi

    Flashback Setelah pernikahan diam-diam itu, Mauren merasa puas. Ia kini memiliki status resmi sebagai istri kedua Ares, meskipun pernikahan itu hanya diketahui oleh segelintir orang. Malam itu, di villa tempat upacara berlangsung, ia dan Ares diberikan kamar khusus. Ibu Ares memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, dengan harapan cucu segera hadir dalam keluarga mereka.Namun, Ares tidak merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan Mauren. Hatinya masih berat, pikirannya terus melayang pada Ava yang sendirian di rumah. Ia tahu Ava pasti bertanya-tanya mengapa ia tidak mengajaknya pergi, tetapi Ares terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan.Di dalam kamar yang diterangi cahaya lampu temaram, Mauren duduk di tepi ranjang, menatap Ares dengan sorot mata penuh harapan. Ia mengenakan gaun tidur sutra berwarna pastel yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Namun, bukan tentang penampilannya yang membuat Ares terdiam, melainkan kenyataan bahwa ia kini telah menjadi istrinya.“Kita ak

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   After the secret wedding

    Villa di pinggir kota itu terasa sunyi setelah semua tamu meninggalkan tempat. Pernikahan sederhana antara Ares dan Mauren baru saja selesai, tetapi suasana yang tertinggal tidak menunjukkan kebahagiaan seperti pernikahan pada umumnya. Mauren masih mengenakan gaun pengantin sederhananya, berdiri di balkon villa sambil memandang ke arah taman yang kini kosong. Senyum kecil menghiasi wajahnya, tetapi di hatinya ada kecemasan.“Sekarang, Kak Ares sudah jadi milikku dan begitu sebaliknya, kami resmi sebagai pasangan,” kata Mauren lirih sambil memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya tak lupa seulas senyuman seolah sebuah kemenangan.Di tempat lain yakni di dalam ruang utama villa, Ares sedang duduk sendirian, menatap segelas anggur yang hampir tidak ia sentuh. Ibu Ares masuk, membawa senyuman puas.“Kamu sudah membuat pilihan yang tepat, Ares,” katanya seraya duduk di sebelah sang putra."Mauren akan menjadi pendamping yang baik, dan keluarga kita akhirnya akan memiliki pewaris.”

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Hari pernikahan

    Hari itu, Ares berdiri di depan kaca besar di kamar villanya, mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Tangannya gemetar, bukan karena gugup, tetapi karena perasaan bersalah yang terus menghantui. Ia menatap bayangannya, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusan ini adalah yang terbaik. Namun, setiap kali wajah Ava terlintas di pikirannya, hatinya terasa mencelos.Sementara itu, Mauren berada di kamar lain, dibantu oleh ibu Ares untuk mengenakan gaun putih sederhana yang telah dipilih khusus untuk momen ini. Gaun itu tidak semegah impian pernikahan Mauren, tetapi ia tahu bahwa ini adalah awal dari kehidupannya bersama Ares. Baginya, momen ini adalah kemenangan. Ia telah mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan—tempat di sisi pria yang ia cintai.Upacara berlangsung di taman villa, di bawah naungan pohon besar yang dihiasi lampu-lampu kecil. Hanya ada beberapa orang yang hadir: ibu Ares, dua sahabatnya, dan seorang penghulu yang telah dibayar untuk menjaga kerahasiaan pernika

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Menikah diam-diam

    Di suatu malam yang sunyi, hanya terdengar dentingan jam yang berdetik. Ares duduk di ruang kerjanya dengan pikiran yang berkecamuk. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya beberapa bulan terakhir terasa seperti benang kusut yang sulit diurai. Hubunganya dengan Ava yang semakin dingin, belum lagi desakan ibunya untuk menikahi Mauren, dan sekarang perasaan bersalahnya yang terus menghantui dan menjadi beban yang kian tak tertahankan.Di atas meja kerjanya, tergeletak laporan medis Ava yang tak sengaja ia baca beberapa hari sebelumnya. Dokumen itu menjadi titik balik yang memaksanya merenungkan sejauh mana ia telah melukai wanita yang dulu ia sudah berjanji untuk mencintai dan menlindungi. Namun, di sisi lain, kehadiran Mauren juga telah mengguncang hatinya. Ia tidak bisa memungkiri kenyamanan yang ia rasakan saat bersama wanita itu, sebuah perasaan yang telah lama hilang dari hubungannya dengan Ava.Keputusan yang harus ia buat tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, tetapi juga kehidupa

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Konflik dengan Mertua

    Pagi itu, Ava merasa kepalanya berat. Mata yang sembab akibat tangis malam sebelumnya sulit ia sembunyikan. Ia bangkit dari tempat tidur dengan perasaan campur aduk, antara kekecewaan terhadap Ares dan ketakutan akan langkah selanjutnya. Ava tahu ia harus bertindak tegas, tetapi sebelum ia sempat memutuskan, suara ketukan keras di pintu depan mengalihkan pikirannya.Saat membuka pintu, ia melihat ibu Ares berdiri di sana, dengan tatapan tajam yang langsung membuat Ava merasa tak nyaman. Perempuan tua itu melangkah masuk tanpa menunggu undangan, membawa aura ketegangan yang langsung memenuhi ruangan.“Kita perlu bicara,” kata ibu Ares dengan nada serius, menatap Ava dari atas hingga bawah.Ava mencoba bersikap tenang, meski ia sudah menduga pembicaraan ini tak akan berjalan lancar. Ia menyiapkan secangkir teh untuk ibu Ares, yang hanya duduk dengan tangan terlipat, seperti mempersiapkan serangan.“Kamu tahu apa yang ingin kubicarakan,” ibu Ares memulai setelah beberapa menit keheningan

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Bukti

    Di suatu malam yang tenang, Ava sedang duduk di ruang tamu, menatap gelapnya malam melalui jendela. Perasaan gelisah dan curiga terhadap Ares semakin kuat. Selama beberapa minggu terakhir, ia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa antara suaminya dan Mauren. Sikap Ares yang semakin dingin terhadapnya, ditambah dengan keakraban yang terlihat jelas antara Ares dan Mauren, membuat hatinya semakin resah.Ia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan. Setelah beberapa saat berjuang dengan pikirannya sendiri, Ava memutuskan untuk tidak lagi diam. Ia merasa harus menemukan jawabannya, apa pun risikonya.Esok harinya, saat Ares akan pergi bekerja, Ava memanfaatkan waktu itu untuk menyelidiki. Ia masuk ke ruang kerja Ares, tempat yang biasanya tidak pernah ia sentuh. Ruangan itu terlihat teratur seperti biasa, tetapi Ava merasa ada sesuatu yang tersimpan di tempat ini, sesuatu yang bisa mengungkapkan kebenaran pikirnya.Ia mulai membuka laci m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status