Share

Bab 6

Happy reading....

"Woow! Sekarang kau menjadi Nyonya Fadli juga rupanya. Enak ya tinggal di sini, nggak usah kerja, hidup di biayai oleh Mas Fadli!" sindir Calista.

Ternyata yang datang adalah Calista, wanita itu berjalan dengan tatapan sinis ke arah Jihanm

Entah kenapa semenjak Jihan menjadi istri kedua dan menjadi madunya, Calista merasa tak suka saat melihat adiknya. Padahal sebelum Jihan menjadi istri kedua Fadli, Calista begitu menyayangi wanita tersebut.

"Apa Kakak lupa siapa yang turut andil untuk menjadikan ku istri kedua mas Fadli? Kan kakak sendiri yang membuka gerbang dan mempersilahkan ku masuk," jawab Jihan sambil mencuci piring.

Calista tidak terima dengan ucapan Jihan yang terkesan begitu lantang dan melawan dirinya, kemudian dia mencengkram lengan wanita itu menariknya dengan paksa.

"Jangan sok ya, kamu jadi perempuan! Kamu itu di sini hanya madu. Hanya alat untuk mencetak orang anak. Jadi jangan pernah sombong! Jangan pernah melawanku, paham!" gertak Calista dengan tatapan yang begitu tajam.

Jihan mencoba melepaskan cengkraman Calista, tapi wanita itu mendorongnya. Membuat Jihan hanya menatap nanar perilaku sang Kakak.

"Kenapa sekarang kakak kasar sama aku?"

Calista melengos, "hanya 1 permintaanku Jihan. Jangan merebut mas Fadli. Lahirkan anak, namun jangan berani merebutnya!"

Jihan berjalan ke arah Calista. "Kakak tenang saja, aku tidak akan merebut mas Fadli. Tapi kalian juga harus menepati janji, di mana harus membiayai pengobatan ibu sampe sembuh."

Calista mengangguk, kemudian dia menaruh obat di atas meja makan, membuat Jihan menatapnya dengan bingung.

"Ini apa, Kak?" tanya Jihan

"Itu adalah obat penyubur. Minumlah! Supaya kau cepat mengandung," terang Calista.

Setelah keperluannya selesai, Calista pergi dari sana. Dia ingin pergi ke kantor suaminya, Calista akan melakukan makan siang bersama Fadli.

Se.entara Jihan hanya menatap nanar pada obat yang ada di tangannya. Dia menghembuskan nafasnya pelan, lalu mulai meminum obat tersebut.

"Aku berharap kamu cepat jadi, Nak. Agar aku bisa terlepas dari penderitaan ini," gumam Jihan sambil mengusap perut ratanya.

.

.

Sore hari saat Jihan sudah selesai kuliah, dia memutuskan untuk pergi ke Rumah Sakit menengok keadaan sang ibu.

"Jihan!" teriak seseorang yang tak lain adalah Zahra, sahabatnya. "Lo mau pulang?"

"Iya Ra, tapi aku mau ke RS dulu buat jenguk ibu," jawab Jihan.

"Yasudah, bareng aja yuk! Aku juga mau kesana." ajak Zahra.

Jihan mengangguk, lalu dia masuk kedalam mobil Zahra. Selama dalam perjalanan Jihan terus termenung, dia memikirkan kondisi ibunya dan kondisinya.

Tak pernah Jihan sangka sebelumnya jika ia akan menjadi rahim pengganti untuk sang kakak. Hidupnya benar-benar berubah drastis.

"Kamu kenapa, Han?" tanya Zahra yang sedari tadi melihat Jihan melamun.

"E-eh, tidak papa kok Ra." bohong Jihan.

Namun Zahra tau ada yang di sembunyikan eh sahabatnya. "Ada apa? Lo gak bisa bohong sama gue."

Jihan tahu jika Zahra tak bisa di bohongi. Memang saat ini dia butuh teman curhat dan berbagi kesedihannya, kemudian dia duduk menghadap kearah Zahra.

"Ada satu hal yang ingin aku ungkapkan."

"Apa itu?" tanya Zahra tak sabar.

Tetapi Jihan malah diam, dia merasa ragu. Namun, ia tak tau lagi harus bercerita pada siapa. "Gue udah nikah sama Mas Fadli."

CKIIIT

DUGH!

"Awwwh!" ringis Jihan sambil mengusap dahinya.

"Apa! Nikah? Hahaha ... lo ini bercandanya kelewatan, sampe gue rem mendadak." Zahra terkekeh sambil kembali melajukan mobilnya.

Jihan tau jika Zahra pasti tak akan percaya dengan ucapannya. "Aku tidak bercanda Ra," jawab Jihan dengan wajah sebnunya.

Lagi-lagi Zahra mengerem mendadak, lalu dia menatap Jihan yang sedang menundukan kepalanya dengan wajah sedih.

"Maksud lo nikah sama Fadli? Itu bukannya nama kakak ipar lo, ya?" tanya Zahra penasaran, dan langsung di balas anggukan oleh Jihan.

"Iya, dia adalah kakak iparku."

"What!" wajah Zahra terlihat kaget dengan tatapan membulat ke arah Jihan.

BERSAMBUNG....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status