Mariane Vandes yang kini telah merasuki tubuh Ratu terkejam sepanjang sejarah Kerajaan Deimos, seolah sudah menyatu dengan kenyataan yang terjadi. Ini semua bukan mimpi dan bukan khayalan konyol di siang hari. Mariane benar-benar sudah menjadi seorang Ratu Kerajaan Deimos, Eudora Circe. Tentu itu bukan hal yang baik! Setelah mendengar kabar terbaru bahwa Sang Raja telah kembali, Eudora tak bisa menikmati waktu dengan tenang. Seperti saat ini, Eudora sudah cukup lama hanya bolak-balik ke sana kemari dengan menggigit kecil kuku ibu jarinya. Wajahnya yang terdistorsi dengan ketidak tenangan menjadi objek yang jelas. "Raja telah kembali ... Raja ...," gumam Eudora lirih. "Raja Isidore, pria kejam yang menjadi suami Eudora Circe. Pria yang tak lain adalah malaikat maut Eudora. Malaikat maut diriku saat ini!" Seketika ia langsung menghentikan langkah kakinya. Wajahnya bahkan mungkin sudah sangat masam penuh penekanan yang rumit. Dengan pucat dan lesu, ia pun memusatkan pandangannya ke
Rasanya saat ini Eudora ingin meledakkan kekesalannya. Bahkan bibirnya mungkin sudah berkedut akibat menahan amarah. Tetapi dia tidak sebodoh itu!'Aku tak bisa menyerang Raja maut ini dan memakainya begitu saja, bukan? Aku akan langsung mati kalau aku sampai sebodoh itu!' batin Eudora sembari menyunggingkan senyuman simetris dengan terpaksa."Hahaha ... apa yang Anda maksud, Yang Mulia? Memangnya apa yang akan saya lakukan? Saya tidak melakukan rencana kotor apapun itu!" kekeh Eudora yang mencoba untuk terlihat tidak terganggu sedikitpun.Tetapi nyatanya hal itu tidak membuat sang Raja mengendurkan urat tajam tatapannya yang mengunci Eudora. Bahkan tatapannya semakin mendominasi dengan begitu diktator."Ratu," panggil Isidore dengan sangat dingin. Ia juga semakin mengikis jarak yang sudah tipis itu di antara mereka berdua.Menekan Eudora dengan aura dinginnya. Serasa melahap semua udara yang ada. "—hanya karena kau menjadi Ratu di Kerajaanku, bukan berarti semua hal yang ada di tanah
"Ini tidak bisa dibiarkan terus seperti ini! Bahkan Kekaisaran tidak mengirimkan bantuan apapun kepada kita!""Apa yang dikatakan oleh Marquise benar, Baginda. Kita harus melayang protes kepada Baginda Kaisar! Bukankah kita sudah menyetujui pernikahan antar Kerajaan yang diatur oleh Baginda Kaisar sendiri? Tetapi sampai detik ini, setelah satu tahun pernikahan itu dilangsungkan, janji yang diberikan mereka kepada kita belum kita terima!""Ini sangat tidak adil, Yang Mulia. Mereka sudah mengingkari perjanjian pernikahan yang ada!""Ck! Bahkan selama kita melakukan pembasmian monster, mereka tidak mengirimkan bantuan apapun!"Perdebatan yang keras antar para senor pemerintahan Kerajaan Deimos menjadi begitu panas. Segala luapan amarah mereka tunjukan dalam bentuk protes kepada Raja Isidore yang kini duduk di kursi kebesarannya di ruang rapat parlemen.Hari ini adalah hari di mana Isidore dan pasukannya baru saja kembali dalam perburuan monster di ujung utara Benua, selama satu tahun lam
Sang ufuk langit yang dengan paksa melakukan kudeta kepada Mentari, kini dengan bangga menaikkan sang Rembulan untuk naik ke atas tahta. Membuat langit yang tadinya biru dan bercahaya, menjadi gelap dan dingin."Yang Mulia, waktu makan malam sudah siap. Yang Mulia Raja telah menunggu Anda."Salah satu maid yang tadi menemui Eudora dan memberitahukan perihal undangan makan malam sang Raja, telah kembali untuk mengatakan sebuah kabar.Eudora tentu saja sudah sangat siap, secara penampilan. Tetapi secara batin? Rasanya ia ingin kabur sekarang juga!"Benarkah?" beo Eudora sembari menoleh ke belakang—di mana dia sedang berdiam diri di balkon kamarnya sembari memandangi langit malam yang sangat indah. Sebuah langit yang tak pernah ia lihat sebelumnya, penuh bintang seperti lukisan angkasa."Benar, Yang Mulia," jawab Tily—nama maid yang sering mengabari sesuatu ke Eudora. Maid yang seperti gadis kecil ketakutan. Sepertinya Tily adalah maid baru, para maid lainnya tak menunjukkan raut ketakut
"Bukankah dia Mariane?""Ah, jika yang kau maksud adalah Mariane, anak haram yang menjadi perusak rumah tangga orang dan suka menggoda banyak pria ... maka kau benar. Ya, itu adalah wanita tak tahu malu yang kau maksud itu!""Ck! Aku rasa dia tidak secantik itu. Tetapi kenapa bahkan sampai banyak pria yang mengejar-ngejarnya?""Wanita yang lahir dengan cara yang tidak benar, tentu saja akan berakhir dengan tidak benar juga!""Menjijikan."Itu semua bukanlah kata-kata baru yang didengarkan oleh Mariane. Hampir seluruh hidupnya ia selalu mendengar hal itu, sedari kecil.Tidak seperti pertama kali mendengarnya, di umurnya yang sudah menginjak lebih 20 tahun ini Mariane tidak merasakan perasaan apapun saat mendengar segala macam umpatan dan bisikan tak menyenangkan tentang dirinya.Bahkan rasanya ia sudah sangat bosan untuk mendengar semua itu.'Sungguh, tak adakah kata-kata lain yang lebih kreatif dari semua itu? Sungguh membosankan!' Mariane yang tampak tak berpengaruh apapun atas semua
Tidak seperti Kerajaan lain, Kerajaan Deimos memiliki beberapa gelar kehormatan. Salah satunya adalah Yessa yang berarti wanita mulia. Dan gelar itu diberikan kepada Asteria Ternis, sang protagonis cerita ini."Yang Mulia ...," gumam Asteria sembari menatap sendu Isidore.Seolah merasa tak enak hati, Asteria melirik tipis-tipis sang Ratu yang memilih asik untuk makan hidangan miliknya sendiri."Makanlah yang banyak, Yessa!" titah Isidore sekali lagi. Dengan pelafalan dan penekanan yang jelas.Eudora pun tersenyum kecut dengan sangat tipis.'Benar-benar membosankan!' batin Eudora dalam hati. 'Aku tak tahu kalau aku akan mengalami kehidupan yang mematikan seperti ini tetapi juga sangat membosankan. Bagaimana bisa aku harus hidup lagi di takdir sialan seperti ini!'Sungguh demi apapun, Eudora rasanya ingin memaki Dewa sekarang juga.Takdir kehidupan keduanya adalah takdir dari yang paling buruk. Bukan hanya karena dia akan menjadi penjahat kejam yang mati dengan sangat mengenaskan, tetap
Seketika Eudora langsung terkesiap kaget. Ia langsung memutar badannya untuk melihat ke arah sumber suara.Suara bariton yang berat, tentu saja ia bisa menebak suara siapa itu.Itu adalah suara sang Raja. Isidore!"Ya-Yang Mulia?" beo Eudora yang semakin tertegun melihat Raja ada di hadapannya saat ini.'Tu-tunggu dulu! Tetapi ... kenapa dia ada di sini? Di kamarku? Kamar Eudora! Ratu jahat dan wanita yang dibenci pemeran utama pria!' batin Eudora yang semakin tersesat dari akal sehat.Tidak seperti Eudora yang menampilkan wajah yang terdistorsi, Isidore justru semakin menatap Eudora dengan sangat dingin. Mengunci dengan begitu erat, seolah ingin menancapkan cakarnya."Ternyata benar—" Suara berat yang mampu membuat siapapun menggigil. "—kalau kau memang memiliki rencana yang kau sembunyikan, bukan?"Isidore berjalan mengikis jarak antar keduanya. Langkah demi langkah seperti meninggalkan jejak ketegangan yang mencekik. Aura biru yang dingin sedingin kutub utara."A-apa yang Anda maks
Isidore termangu di dalam pelukan keheningan malam. Malam yang begitu gelap dengan kabut tipis warna putih, taburan bintang menjadi pancaran alami yang nyata. Ruangan yang cukup luas bergaya yunani dengan pencahayaan dari kristal ajaib yang terbuat dari sihir. Tampak tenang namun juga cukup sepi. Isidore duduk di sofa tunggal miliknya sembari menikmati cerutu kesukaannya. Berpakaian tipis, sebuah jubah tidur yang terbuat dari kain sutra, Isidore tampak semakin memukau dengan bagian tubuh atasnya yang tercetak dengan jelas. Kepulan asap cerutu memenuhi ruangan. "Eudora Circe ...," gumam Isidore lirih. Pandangannya sudah sangat tajam lurus ke depan, seolah sedang menangkap satu objek tak kasat mata yang sedang ia bayangkan saat ini. "Sebenarnya apa yang sudah dialami oleh wanita itu?" gumamnya lagi. "Dilihat dari manapun laporan yang datang padaku, tampaknya sangat tak mungkin baginya tiba-tiba berubah begitu saja." Setelah kembali dari kamar pribadi sang Ratu, Isidore langsung m