Share

Bunuh diri

Penulis: Rafasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-15 11:30:55

Pukul 22:00.

Tap! Tap! Tap!

Mark keluar dari ruang kerja menuju kamarnya dengan lesu. Raut wajahnya penuh beban, kerutan di dahinya semakin dalam, dan kantuk menggayuti kelopak matanya. Ia hanya ingin mandi sebentar, lalu tidur.

Kriet!

Daun pintu kamar didorong pelan, seketika alisnya langsung mengernyit tajam.

“... Apa-apaan ini?” gumamnya nyaris tak percaya.

Lampu kristal utama diredupkan, digantikan cahaya temaram dari lilin aromaterapi yang tersebar di beberapa sudut ruangan. Kelopak bunga mawar merah menghiasi permukaan tempat tidur king-size, tersusun hati di atas seprai satin putih. Wangi vanila dan melati menyeruak perlahan, sekaligus membuat bulu kuduknya berdiri.

“Siapa yang menyuruh—”

“Sayang ...”

Langkahnya terhenti. Dari balik kamar mandi yang pintunya setengah terbuka, muncul sosok Eliza.

Ia mengenakan gaun lingerie tipis berwarna merah, berbahan nyaris transparan, menempel sempurna di tubuh langsing dan buah dada besarnya. Rambutnya digerai, mengilap dalam sorotan cahay
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Aku ... Ayahmu!

    “A-aku masih hidup?” suara Zavier terdengar parau, bergetar, seakan tak percaya dengan kenyataan yang ia rasakan.Tubuhnya masih terasa berat, lemah, penuh luka yang berdenyut perih di setiap sisi. Matanya berkeliling menatap ruangan itu. Aroma obat sangat menusuk. Bukan tempat yang dikenalnya, bukan pula neraka yang ia bayangkan jadi tujuan akhir setelah penyiksaan panjang dari Mark.Pintu masih setengah terbuka, dan di sana berdiri seorang pria dengan jas hitam kusut, wajahnya penuh peluh, tangan masih memegang suntikan. Dialah Prass, ia menatap Zavier dengan campuran terkejut dan lega.“Di mana aku?” tanya Zavier lagi, suaranya serak. Prass menutup pintu perlahan, lalu berjalan mendekat. “Kau ada di tempat yang aman, Zavier. Tenanglah.”“Aman?” Zavier menyipitkan mata, menatap tajam penuh curiga. “Kau siapa? Bagaimana kau tahu namaku?”Prass menghela napas panjang, lalu duduk di kursi di samping ranjang. “Aku bukan musuhmu. Namaku Prass. Aku menemukanku kau di tengah hutan, hampir

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Zavier sadar

    Dua Minggu kemudian ...Ferdian Anderson duduk di kursi kulit hitam berseberangan dengan Prass, wajah tuanya penuh gurat lelah. Matanya sayu, jelas terlihat kegelisahan yang sudah berhari-hari menghantui pikirannya.“Bagaimana keadaan putraku, Prass?” tanya Ferdian dengan suara berat, seakan setiap kata yang keluar mengandung beban tak tertanggungkan.Prass, yang sedari tadi menatap berkas laporan medis di tangannya, mendesah pelan sebelum akhirnya menatap Ferdian dengan sorot mata serius. “Hmm … lukanya memang sudah mengering. Tubuh Zavier kuat, lebih kuat dari yang aku perkirakan. Namun—” Prass menekankan kata itu dengan nada berat. “Bekas luka di bahu dan punggungnya … tidak akan pernah hilang. Luka-luka itu akan menjadi tanda permanen, pengingat dari semua penyiksaan yang sudah dia alami.”Ferdian memejamkan mata rapat-rapat, lalu meraup wajah tuanya dengan kedua tangan. Getaran halus tampak jelas di jemarinya. Ia menghela napas panjang, penuh rasa sesal. “Anakku … kenapa kau haru

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Murkanya Tn. Anderson

    Tubuh Eliza terombang-ambing di antara kerumunan orang yang panik. Gaun panjangnya terinjak berkali-kali, membuat langkahnya kian terhuyung. Bahunya berkali-kali dihantam tubuh orang-orang yang berlarian tanpa arah. Suara tangisan, teriakan, dan dentuman benda pecah bercampur menjadi satu, menambah kekacauan di dalam ballroom hotel yang kini berubah menjadi lautan kepanikan.“Di mana Mark?” Eliza menoleh ke kanan-kiri dengan napas memburu. Matanya nanar mencari sosok Mark, Tuan Willson, atau siapapun dari keluarga Willson, namun wajah-wajah asing penuh ketakutan itulah yang memenuhi pandangannya.Hatinya semakin tercekat. “Daddy? Mom? Kalian di mana?!” suaranya bergetar, hampir tertelan oleh hiruk pikuk.Tiba-tiba—DUARRR!!!Ledakan kedua mengguncang hotel jauh lebih dahsyat dari sebelumnya. Lantai bergetar hebat hingga lampu gantung raksasa di atas kepala bergoyang keras, sebagian serpihannya jatuh menghantam meja-meja hidangan. Suara kaca pecah menggelegar, menambah kengerian malam

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   BOM!!

    “Ada apa, Dad? Kenapa kita harus bertemu secara pribadi seperti ini?” tanya Mark sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kulit hitam yang empuk. Kini, mereka berada di ruangan privasi di hotel tersebut.“Dad, kenapa memanggilku kemari? Apa ada masalah?” tanya Mark lagi.Namun Tuan Willson tidak langsung menjawab. Pria tua itu hanya menatap dalam ke arah putranya, lalu perlahan membuka map hitam yang dibawanya. Dengan tangan yang tampak tenang tapi penuh makna, ia menyerahkan beberapa lembar dokumen resmi ke hadapan Mark.Mark meraih dokumen itu dengan kening berkerut. Begitu matanya mulai membaca baris demi baris, pupilnya melebar. Lembar-lembar itu berisi akta peralihan kepemilikan, surat kuasa, dan dokumen hukum lainnya. Tangannya sedikit bergetar, lalu bibirnya membentuk senyum lebar.“Setelah anak yang dikandung Eliza lahir, kau akan menjadi pemilik WLS Group sesungguhnya,” ucap Tuan Willson dengan suara berat, penuh wibawa. “Daddy tidak akan ikut campur lagi. Semua aset, seluruh sa

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Tes DNA

    “Tuan, sejak kapan Anda di sini? Maaf, aku habis ke toilet,” ucap Prass dengan nada canggung. Dia sedikit kaget melihat Ferdian sudah berdiri di sana.Ferdian terdiam, bahunya tegang, wajahnya tertunduk menatap dompet lusuh yang ia genggam erat. Matanya memerah, seperti menahan sesuatu yang hendak meledak.“Tuan, apa yang terjadi?” Prass bertanya hati-hati, berusaha menebak apa yang telah ia lewatkan.Ferdian mengangkat kepalanya perlahan. Pandangan matanya tajam, namun berlapis emosi yang sulit dijelaskan. Bibirnya bergetar saat kata-kata itu meluncur, “Dia … dia putraku, Prass. Zavier putraku.”Prass terbelalak. “Hah? Di-dia ...“ tunjuk Prass ke arah Zavier yang terbaring lemah. “Putramu? Bagaimana … bagaimana bisa?”Dengan tangan gemetar, Ferdian mengangkat foto dari dompet itu. Foto seorang wanita yang tersenyum lembut. “Lihat ini. Dia adalah istriku yang sudah lama menghilang. Susan … dan fotonya ada pada dompet pemuda ini.” Suaranya pecah, penuh luka.Prass menelan ludah. “Tuan

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Pesta penyiksaan

    “Ayo cepat, lambat sekali!” suara Mark terdengar dingin bercampur amarah. Tangannya yang kuat mencengkeram lengan Eliza dengan kasar, menariknya tanpa peduli pada langkahnya yang tertatih.Eliza berusaha mengimbangi, tubuhnya sedikit oleng karena gaun mewah yang menjuntai menyulitkan setiap langkahnya. Tumit tinggi yang dikenakannya makin membuatnya kesusahan, sementara tangan Mark terus menarik tanpa memberi kesempatan.“Mark … pelan-pelan … aku tidak bisa cepat,” suara Eliza bergetar, napasnya memburu, satu tangannya refleks mengusap perutnya. “Aku juga sedang hamil.”Namun Mark menghentikan langkahnya mendadak, menoleh menatap Eliza dengan sorot mata penuh kebencian. Rahangnya mengeras, suara rendahnya terdengar penuh ancaman.“Aku tidak peduli. Lagi pula itu bukan anakku.”Eliza tercekat, seolah udara mendadak berhenti masuk ke paru-parunya.Mark mendekat, wajahnya semakin dingin, bisikannya menusuk telinga Eliza bagai belati yang menorehkan luka tak kasat mata.“Jika bukan karena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status