Share

3. Jadi Ini Salahku?

Penulis: Namericanou
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 21:03:25

Keadaan kamar dan beberapa ruangan hasil amukan Rona masih terlihat berantakan. Hanya pecahan kaca yang tidak lagi berserakan di lantai dan sebagian barang yang diacak tadi sudah kembali ke tempat semula.

Rona berdiri melekat di dinding ruang tengah, tak sudi duduk di sofa setelah tahu fakta menjijikan yang diutarakan Jeff. Sementara Wena menempati ujung sofa, wajahnya was-was sekali atas kehadirannya.

“Lain kali Kak Rona bisa hubungi pengacara Kak Jeff, daripada datang ke sini malam-malam.” Wena mendengkus hati-hati. “Nggak sopan banget dilihat cewek bertamu ke apartemen mantan.”

“Lebih nggak beradab mana cewek yang gampang menyerahkan diri ke cowok orang?” balas Rona tak kalah menyindir. “Udah nggak beradab, gampangan, murahan lagi.”

“Selama bukan suami orang itu nggak masalah,” timpal Jeff yang baru keluar dari kamar dengan pakaian lengkap. Bukan sebatas handuk yang membalut setengah tubuhnya. “Kalau kamu datang mau cari perkara sama Wena, lebih baik kamu pulang sekarang. Aku nggak terima aksi protes kamu lagi, Na. Kita jelas-jelas udah putus dan—“

“Ck. Sepenting itu lo dalam hidup gue?” Rona menggelengkan kepala heran sambil menatap Jeff dari atas hingga bawah. “Gue datang ke sini minta lo bayar semua pinalti dari brand dan klien yang minta jasa endorse kita. Gue nggak mau bayar sepeserpun karena di sini, pihak yang batalin kontrak itu lo, Jeffrian.”

Jeff menatapnya serius. “Nggak bisa, dong.”

“Ternyata lo masih nggak paham juga ya?” kekeh Rona menyadari betapa bodohnya pria itu selama ini.

Ia melangkah maju mendekati Jeff yang berdiri tegak di samping sofa. Sebelum ia angkat suara untuk menambahkan pernyataan, Jeff lebih dulu melontarkan kata-kata.

“Kita udah nggak ada hubungan apa-apa dan kontrak itu minta jasa kita sebagai pasangan.” Sorot mata Jeff berubah dingin begitu dilihat dari jarak dekat. “Bulan depan aku dan Wena menikah, jadi untuk melanjutkan kontrak brand bakal jadi masalah besar untuk kehidupan kami.”

“Emang gue peduli?” dengkus Rona sambil menyelipkan seringai. “Kan, lo sendiri yang bikin masalah. Ya tanggung resikonya lah.”

Alih-alih jengkel diberi sindiran, Jeff malah terkekeh geli. “Oh ya? Kamu pikir aku selingkuh dan hamilin cewek lain bukan karena kamu?”

Rona mendelik galak. “Jangan lempar masalah ini ke orang lain, Jeff.” Ia memperingati.

“Kalau lo nggak egois dan semena-mena, mungkin gue nggak akan melakukan ini. Lo yang buat gue jadi begini, Na.”

Mendadak Jeff melepaskan kebiasaan panggilan aku-kamu pada Rona. Rahang tegasnya pun tampak mengeras disertai tatapan tajam penuh kebencian. Sisi lain dari Jeff yang belum pernah Rona saksikan langsung.

“Lo yang kelewat ambis buat konten, asal acc kontrak tanpa diskusi dulu. Emang lo pernah nanya kondisi gue? Kita pernah nge-date tanpa ngonten?”

Telunjuk Jeff menimpa pundak Rona, membuat wanita itu bergerak mundur dengan tubuh tegang hingga menabrak dinding. Situasi kini berbalik, Jeff menjadikannya sebagai pihak terpojok dan sulit membalas.

Rona meremas celana kuat-kuat demi menahan reaksi dari dalam dada. Dari sekian banyak momen bersama, baru kali ini ia mendengarkan keluh kesah Jeff. Hal itu membuat lidahnya kelu dan sukar mengeluarkan pembelaan.

Sampai kemudian, “Jeff ... aku melakukan itu semua demi kita. Masa depan kita—“

“Egois!” potong Jeff lantang. “Sekali aja lo nggak pernah mikirin gue dan hubungan kita selama tiga tahun. Lo selalu sibuk dan nggak ada waktu buat dengerin keluh kesah gue. Dan sekarang, gue harus diskusi dulu buat batalin kontrak? Enak aja.”

“Jeff.” Rona menggigit bibir bawahnya. Remasan dari kedua tangannya mengendur. Ia meraih kaus Jeff dan mencengkeramnya. “Ini lo lagi balas dendam ke gue, hah?”

Air mata yang ditahan Rona akhirnya mengucur seperti air bah yang menghancurkan bendungan.

“Lebih baik lo pergi sekarang,” gumam Jeff seraya menjauhkan tangan Rona dari kausnya.

Bukan hanya reaksi kasar, seperti tepisan tangan yang Rona terima, melainkan dorongan kuat. Akibatnya tubuh Rona tersungkur di dekat pintu dan menimpulkan suara lumayan keras.

“Pergi!”

Jeff melakukannya lagi hingga Rona benar-benar keluar dari unit. Tidak peduli seberapa kencang tangisan yang meluncur di sana.

Sebelum Jeff masuk ke dalam unit dan menutup pintu, Rona memeluk sebelah kaki pria itu kuat-kuat. Kepalanya menggeleng kencang, menolak diusir untuk kesekian kali.

“Kenapa lo nggak terus terang ke gue dari awal?” ujar Rona di sela isakan. “Kita bisa bicarakan semua baik-baik kalau komunikasi kita seburuk ini, Jeff. Dan lo nggak perlu cari cewek lain, apalagi sampai bikin dia hamil.”

“Asal lo tahu, Wena lebih mengerti gue daripada lo, Na. Gue sama sekali nggak menyesal melakukan ini, jadi stop memohon kayak pengemis begini.”

“Nggak!” Rona mengerang. “Tiga tahun, Jeff. Kita udah melalui semua ini sama-sama. Kita bangun karir kita bareng sampai sebesar ini, kok lo bisa setega ini sama gue?”

Dalam sekejap, Jeff menjauhkan tubuh Rona dengan mendorongnya. Sebelah kakinya digerakkan seperti menendang hingga Rona kembali tersungkur ke lantai.

“Terima aja nasib lo, Rona.”

Pintu unit kontan dibanting dan sukses menghantam kesadaran Rona.

Bak adegan di sinetron yang pernah ditontonnya, Rona menyadari betapa miris nasibnya sekarang. Ia memungut tas seraya bangkit dan masih mencoba meredakan tangis, tapi sulit. 

Sampai tidak sadar ada dua pasang mata yang memerhatikan sejak tadi seakan terhibur dengan tontonan malam hari.

Headline berita gosip besok pagi pasti seru banget. ‘Jeffrian Malik Tinggalkan Kekasih Demi Selingkuhan’. ‘Jeffrian Malik dan Kekasih Bertengkar Hebat Karena Ketahuan Selingkuh!’. Wow ... wow ....”

Rona terhenyak mendapati perkataan seseorang yang disusul tepuk tangan puas. Lekas ia menoleh ke sumber suara dan menemukan dua orang pria berdiri di depan pintu unit sebelah.

Belum sempat bibirnya terbuka dan melontarkan tanya, Rona sudah dihadapkan oleh pria yang entah datang dari mana. Namun ingatannya yang samar-samar itu menyala saat melihat dengan saksama bagaimana pria itu membuang jarak.

Long time no see, Janish Merona.” Pria tinggi besar yang tampilannya lebih elegan dan menunjukkan kekayaan melimpah itu berjalan mendekatinya. “Masih ingat saya?”

Nama lengkapnya disebut dengan cara tak biasa. Rona membeliakkan mata usai menyeka wajah basahnya yang dipenuhi jejak air mata.

“Lo dengar semuanya?” todong Rona seraya mendekatkan diri untuk mengantisipasi orang lain mendengarnya.

Pria yang berdiri menjulang di hadapannya itu menyunggingkan senyum. “Hampir,” balasnya sedikit sengak.

Bak disiram air es dari ujung kepala hingga kaki, Rona membeku di tempat sejenak. Kebanyakan orang bisa memanfaatkan kisah orang lain untuk dijadikan ladang cuan. Dari raut pria itu, ia mampu menangkap niat busuk di balik senyuman.

“Dan lo berniat sebarin itu ke semua media?”

“Kalau menguntungkan bagi saya, why not?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   28. Tinggal Kenangan

    “Ini ... oleh-oleh dari toko roti yang viral dan banyak di-review sama kreator konten. Katanya brownies-nya enak,” ujar Dov setelah izin kembali ke mobil sebentar untuk mengambil dua kotak besar makanan.“Ya ampun,” sahut Tante Rani. “Repot-repot banget sampai beli makanan begini. Rona aja jarang bawa sesuatu dari Jakarta, lho.”Dov meringis dan menggelengkan kepala. “Sama sekali nggak repot, Tante. Sekalian semalam beli, kebetulan dekat komplek rumah.”Sama seperti sorotan mata Om Ivan, Rona hampir berdecak mendapati sikap Dov yang mirip calon mantu idaman itu. Ia pun duduk kikuk di sofa ruang tamu. Kecanggungannya sedikit reda saat ayah Rona melenggang masuk.“Niat banget ya, Dov?” Rona hanya melempar pandang sekilas lalu beranjak ke dapur, meninggalkan Dov bersama Yuyun.“Tegang banget, Pak?” celetuk Yuyun. “Dibawa santai aja, Pak. Apalagi Bapak waktu kecil pernah main di sini, pasti Om Ivan mengerti. Wajar seorang ayah protektif ke anak perempuannya.”Dov mengangguk pelan. “Ya, k

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   27. Yang Pertama

    “Ini bisa nggak jangan pegang-pegang gue terus?” Rona berbisik tak nyaman lantaran Dov masih saja merangkul pinggulnya tanpa ragu. Padahal tiga pria tadi sudah kabur entah ke mana. Dan sekarang penjual dan beberapa orang pembeli melihat mereka dengan tatapan horor. Jujur saja, jika bukan karena tuntutan pekerjaan, Rona benci menjadi pusat perhatian.“Mereka pergi bukan berarti berhenti memerhatikan, mata mereka masih di mana-mana,” tukas Dov santai sambil memilah makanan ringan di meja. “Kamu pesan makanan apa di sini? Harusnya bilang dari awal biar sekalian saya belikan dan kamu nggak perlu repot-repot turun, sampai diganggu banyak laki-laki mabuk.”Kening Rona berkerut-kerut mendengar ucapan Dov yang lumayan panjang dan dipenuhi pesan-pesan. Biasanya Rona yang berceramah tiap kali melihat Jeff bertindak ceroboh dan membahayakan diri. Lalu sekarang ia sendiri yang menerima ceramah panjang itu. Rasanya seperti mimpi. Rupanya begini mendengar pria dewasa memberi pesan untuknya.“Toh

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   26. Jangan Dekati Pacarku

    Suasana di mobil besar dan mewah milik Dov sunyi senyap. Hanya pantulan cahaya dari kendaraan lain yang menghias, sisanya kosong. Rona ingin sekali mengeluhkan Dov yang mendadak datang dan mengajaknya pergi bersama ke rumah, tapi kecerobohannya tadi membuatnya sungkan. “Lebih baik kamu tidur aja daripada kebanyakan bengong,” tukas Dov yang sesaat meliriknya sebelum fokus mengendalikan kemudi. Rona berdecak pelan saat Yuyun tertidur pulas di belakang tanpa rasa takut. Manajernya itu seakan tak peduli ketika Dov mengajukan diri untuk membawa mobil. Padahal jaraknya cukup jauh dan menghabiskan waktu tiga jam lamanya di perjalanan. “Nanti gantian aja, biar lo nggak kecapekan di jalan,” tandas Rona menawarkan diri. “Jaraknya bukan kayak lo ke kantor tiap hari, tapi jauh lebih lama dari itu—berkali-kali lipat.”“Aman, saya udah biasa.”“Biasa gimana?” Nyaris saja Rona berdecih meremehkan omongan Dov. “Lo tiap hari diantar sopir pribadi ke mana-mana, ya kali ....”“Ternyata kamu tahu ban

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   25. Sambutan di Pagi Hari

    “Lusa, setelah lo balik dari rumah Om Ivan dan Tante Rani, ada pemotretan di dua tempat,” tandas Yuyun setelah iseng menepuk paha Rona.“Hah?” Rona melongo, lamunannya buyar. Sejak sampai di penthouse satu jam lalu, waktu ia habiskan untuk memikirkan omongan dan sikap Dov sejauh ini. Namanya bahkan masih bertengger di barisan paling atas media sosial. Hampir semua orang mengomentari hubungannya dengan Dov, tak jarang nama Jeff terseret dengan sebutan kasar.Dunia hiburan rupanya semengerikan ini. Mudah sekali memutar balikkan keadaan dalam sekejap. “Bukannya senang dapat rejeki malah hah heh hoh?!” Yuyun berdecak melihat kebingungan Rona seraya menunjukkan layar iPadnya yang bertuliskan beberapa jadwal kegiatan seminggu ke depan. “Informasi soal konsep udah gue print dan taruh di kamar, lo bisa baca buat persiapan.”Rona mengerjap pelan sambil memerhatikan jadwal kegiatan yang terlihat di layar. “Yun, gue aja masih mencerna kejadian hari ini yang bikin campur aduk, belum lagi Ayah

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   24. Jangan Harap Bisa Jauh

    “Jadi kamu perempuan yang sengaja mendompleng popularitas anak saya?!”Rona terhenyak ketika seorang wanita paruh baya menyambar ucapannya. Ia menoleh pada sosok yang kelihatan tak senang melihat keberadaannya.“Maksudnya gimana?” balas Rona gelagapan. “Mendompleng popularitas? Lho saya bukan—“ “Tunggu saya di ruangan tadi, Rona. Saya masih belum selesai di sini.” Dov memegang pundak Rona sembari menutupinya dari wanita garang di dalam sana. “Bisa, kan?”Rona mengerjap lambat. Ia masih mencerna situasinya yang kelihatan membingungkan. Di lain sisi ia ingin mengikuti ucapan Dov untuk pergi, tapi mendengar suara wanita di sana, justru membuatnya makin bertanya-tanya.“Tapi itu ... saya bukan perempuan yang dimaksud,” katanya lirih sambil memiringkan kepala, memastikan wanita itu.Sekejap wanita garang itu mendekat dan menunjuk-nunjuk ke arahnya. Beruntung Dov bergerak menahan tubuh wanita itu sebelum menerjang Rona di ambang pintu.“Hei kamu! Dengar baik-baik, ya! Jangan harap Dov perg

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   23. Jangan Mengharap Restu

    “Ini kalian beneran mau tunangan sampai Tante Rani telepon gue terus?” Yuyun mencerocos begitu masuk ke ruangan yang ditempati Rona. “Pak Dov beneran serius kah? Dia mau ketemu orang tua lo, itu tandanya ... dia benar-benar minta restu. Terus—““Stop!” Rona menutup mulut Yuyun menggunakan satu tangannya hingga manajernya itu berhenti berbicara. “Jangan kebanyakan halu, Yun. Dov nggak akan sampai minta restu, lagian dia cuma mau bantuin gue.”Yuyun memberontak dengan menepis tangan Rona dalam sekejap. Rona sedikit limbung dan mengibaskan tangan karena sedikit basah berkat ulah Yuyun.“Cuma. Bantuin.” Yuyun berdecih sambil menekankan ucapannya. “Seorang presdir mana mau sih bantuin artis barunya turun tangan langsung? Kebanyakan mah nyuruh orang, Rona. Please deh, lo jangan sok polos. Pikirin baik-baik.”Rona mengerjap pelan sambil mencerna baik-baik ucapan Yuyun, meski ia jengkel dan berniat mengelak.“Lo nggak lupa kan, kalau kalian pernah ONS di hotel berbintang?” tambah Yuyun yang m

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   22. Kalian Tinggal Bersama?

    Setelah acara selesai, Rona dan Dov kembali ke ruangan yang telah disediakan. Rona duduk di sofa, lalu melepas heels-nya sambil menghela napas panjang. Rasanya beban di pundak sedikit terangkat, tapi masih ada hal yang mengganjal di benak."Rasanya gue kayak baru akting drama di teater besar,” gumamnya.Dov membuka dua kancing teratas kemejanya sebelum menyusul Rona duduk. "Tapi kamu udah melakukan yang terbaik, kita tinggal tunggu respon publik setelah ini.”Ponsel sudah dalam genggaman Dov. Pria dengan rambut tertata rapi itu menggulir layar begitu membuka salah satu media sosial, mulai memantau reaksi netizen terhadap konferensi presnya.Rona menatapnya lelah. "Ya, mereka mungkin percaya, tapi gimana dengan orang lain?”“Orang lain?” Kening Dov berkerut-kerut bersamaan dengan kepalanya yang menoleh pada Rona. “Siapa yang kamu maksud?”Sebelum Rona menjawab, ponselnya bergetar. Nama “Bunda" muncul di layar. Ia menggigit bibir bawahnya, mulai gelisah. Namun akhirnya tetap ia angkat.

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   21. Bukan Perselingkuhan

    Belum habis rasa malu Rona setelah mengingat segalanya bersama Dov, kini ia harus dibuat jengkel juga oleh pria yang sama. Dov masih tersenyum geli padanya begitu staf datang untuk memberi tahu bahwa acara akan segera dimulai.“Tenangkan diri kamu sebelum orang-orang menganggap pipimu kebanyakan blush on,” bisik Dov.Sontak Rona memegangi kedua pipinya yang makin panas. Lalu sibuk mengipasi wajah agar omongan Dov tidak menjadi kenyataan.Ia buru-buru mengikuti langkah Dov sesuai arahan staf. Langkahnya terhenti bertepatan dengan Dov yang berbalik badan sambil mengulurkan tangan.“Ayolah,” dengkus Dov. “Mana tanganmu itu?”Sekejap Rona sadar bahwa ia harus mengikuti semua perkataan Dov sebelum tampil di kamera media besar yang menunggu. Ia mendekatkan tangan dan merasakan jemarinya digenggam erat.Ia merasakan kulit Dov yang hangat menempel baik di punggung tangannya. Sesekali ia melirik genggaman itu dan memadukan dengan stok ingatan malam panas yang tak terbendung.Dov berdeham singk

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   20. Mulai Terbiasalah Denganku

    Dibalut celana berbahan kain dan kemeja serta outer warna senada, Rona datang ke kantor Step Up setelah selesai didandani MUA. Itupun atas perintah Dov yang menginginkannya tampil sedemikian rupa untuk datang ke konferensi pres. “Lebay nggak sih dandanan gue?” gumam Rona menyinggung tampilannya pada Yuyun sebelum turun dari mobil. “Mana ada, sih? Lagian lo cakep, make up-nya juga flawless. MUA yang datang ke penthouse pagi-pagi buta itu terkenal di kalangan artis besar. Seharusnya lo bangga.”Rona mencebik. “Bangga setelah orang-orang anggap gue simpanan dan selingkuh sama presdir gitu ya?” Bahasan itu masih saja disinggungnya tiap kali Yuyun menyindirnya tanpa beban. Terutama setelah kejadian kemarin ketika Dov mendadak muncul di depannya, itu semua karena ulah Yuyun. Memang siapa lagi?Rona baru keluar dari mobil begitu salah satu staf dari Step Up menjemput di area yang telah diatur. Yuyun mengikuti sambil memerhatikan sekitar, barangkali ada wartawan iseng yang mencuri gambar R

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status