Share

4. Rekaman Video

Author: Namericanou
last update Last Updated: 2025-02-27 21:04:39

“Nggak ada bukti valid yang lo punya, jadi jangan terlalu percaya diri,” sahut Rona berusaha tetap tenang meladeni lawannya.

Senyum tipis masih tercetak baik di bibir sang pria. Lalu pria itu menoleh ke samping dan berkata, “Imron, kamu sudah rekam semua kejadian tadi, ‘kan?”

“Sudah, Mas. Dari angle terbaik malahan,” jawab pria bernama Imron.

“Sialan,” maki Rona, nyaris tak peduli lagi pencitraan yang dibangunnya selama ini.

“O-ow!” seru Dov. “Ternyata ini karakter asli Janish Merona, ya.”

Persetan dengan komentar yang datang, Rona lekas mendekati Imron dan menuntut.

“Hapus video itu sekarang juga!” serunya sambil mendekati Imron dan berusaha menggapai-gapai benda pipih yang berisikan bukti kejadian tadi. “Jangan macam-macam sama gue! Siniin HP-nya! Hapus video itu sekarang juga!”

Rona tidak tahu sejak kapan bahunya dipegang kuat-kuat oleh Dov dan membuat jarak mereka begitu dekat. Dari pasang mata yang bisa ia lihat, pemandangan itu terasa familier seolah pernah ada momen seperti ini sebelumnya. 

“Kayaknya kamu beneran lupa siapa saya ya?” Suara Dov mengejutkannya, menariknya dari lamunan singkat hingga akhirnya kembali sadar. “Benar-benar nggak ingat?”

Lekas Rona menepis tangan Dov dari bahu sambil mendengkus jengkel. Langkahnya terdorong mundur hingga punggungnya menabrak dinding. 

“Apa pentingnya lo buat gue ingat?” balasnya sengak.

“Lebih baik kita ngobrol di tempat lain, biar kamu agak tenangan dan kita bisa diskusi dengan kepala dingin.”

“Gue–”

Suaranya terbata sampai terjeda tiba-tiba ketika menyadari hanya ia sendiri sebagai wanita dan berhadapan dengan dua pria asing. Bukankah jika nanti terjadi sesuatu kedepannya, ia jelas kalah telak?

Matanya memindai sekeliling. Tak mungkin meminta bantuan Jeff setelah ia dibuang mentah-mentah bak sampah seperti tadi. Perlahan ia mengambil langkah mundur dengan hati-hati.

“Yakin mau menolak? Saya punya bukti pertengkaran kamu dan Jeffrian.” Dov mengingatkan santai, berbanding terbalik dengan sorot mata hitamnya. “Saya juga ada kenalan beberapa jurnalis dan itu memudahkan saya untuk menyebarkan berita panas tentang hubungan kamu.”

Rona menyipitkan mata, masih meragukan tawaran pria asing itu yang entah datang dari mana. Tangannya pun merogoh isi tas dan menemukan ponsel yang kebetulan saat itu sebuah panggilan dari Yuyun datang.

“Kita cukup diskusi, saya nggak akan macam-macam,” imbuh Dov meyakinkan. “Memangnya kamu masih punya muka meminta tolong pada orang yang jelas-jelas menyakiti kamu? Bahkan dia sudah menghancurkan kamu dalam sekejap?”

Kepalanya menggeleng tanpa sadar. Rencananya mengadu pada Jeff yang terbersit sekilas tadi, mudah dibaca oleh pria itu dan makin membuatnya didera ketakutan lebih besar.

“Halo?” sapa Rona begitu ponsel menempel di sebelah telinga. “Lo bisa ke apartemen Jeff sekarang? Please, ada orang jahil yang rekam percakapan gue sama Jeff tadi.”

Muncul kekehan geli yang keluar dari mulut si pria. Sekalipun Rona mengungkapkan keluhannya melalui volume rendah, nyatanya masih bisa didengar orang lain.

Astaga, lo ngapain ke sana?” sahut Yuyun dari seberang. “Gue udah bilang bakal urus kontrak sama brand itu buat lo!

“Buruan ke sini. Sekarang. Pokoknya ini lebih urgen dari urusan pembatalan kontrak dan pinalti itu. Please, datang sekarang.”

“Oke. Jangan bikin masalah apa pun, Rona.”

Setelah panggilannya diakhiri, Rona menggenggam erat-erat benda pipih itu sambil menatap si pria menjengkelkan.

“Manajer gue bakal datang ke sini, jadi lo bisa diskusi sama dia soal rekaman yang lo jadikan ancaman itu,” terangnya.

“Ancaman?” Sebelah alis si pria naik dan keningnya berkerut samar. “Saya sama sekali nggak mengancam kamu. Saya justru kasih tawaran menarik.”

“Omong kosong.”

Rona akui dirinya tidak seterkenal itu dan diketahui banyak kalangan, tapi ia bersikeras menjaga diri untuk tidak membongkar aib di tengah hatinya yang tercabik-cabik.

15 menit berdiri menunggu sembari mendengar beragam penawaran manis yang keluar dari dua pria di dekatnya membuat Rona ketar-ketir. Sesekali kakinya bergerak ke sana-sini untuk mengurangi ketegangan.

“Rona!” Suara nyaring Yuyun mengalihkan perhatian semua orang. “Astaga, lo nggak pa-pa?”

Rona mengulum senyum dan mengangguk kecil. Napasnya yang tercekat sejak tadi kini berangsur lega begitu mendapati kehadiran Yuyun. Ia memeluk wanita itu sembari menjelaskan segalanya.

Please, bantu gue selesaikan semuanya,” bisik Rona memohon. “Gue nggak bisa di sini lama-lama, gue nggak kuat rasanya, Yun.”

Hanya anggukan cepat dari Yuyun yang dilihat Rona setelahnya. Pasalnya setelah Baru kemudian Yuyun mengambil alih dan memasang badan di depannya.

“Saya Yuyun Kusuma, Manajer sekaligus asisten pribadi Janish Merona.” Yuyun mengangsurkan kartu nama pada salah satu pria di sana. “Kalian bisa berdiskusi dengan saya terkait rekaman yang kalian ambil secara diam-diam tadi. Biarkan Rona pergi karena dia perlu istirahat lebih.”

Tangan Rona meremas pinggiran kemeja yang dikenakan Yuyun. Ia khawatir kalau dua pria di sana masih sulit diajak kompromi dan berani menyebarkan rekaman video itu tanpa permisi.

“Jadi nggak bisa ngomong langsung sama artis Anda, ya.”

“Maaf, Rona harus pergi sekarang.” Yuyun masih terlihat sabar menghadapinya.

Pria itu menghela napas panjang dan melirik ke temannya sambil melempar kode yang sulit diartikan. Rona menarik kemeja Yuyun untuk meloloskannya dari situasi tersebut.

“Pergi sekarang,” gumam Yuyun yakin. “Biar gue urus sisanya. Gue jamin aman asal lo nggak macam-macam lagi ke depannya.”

Rona lekas mengangguk dan buru-buru melangkah pergi.

***

Segelas white wine tandas hingga dasar gelas setelah Rona meneguknya tanpa pikir panjang. Ia mengangsurkan gelas kosong itu ke bartender, meminta diisi ulang.

Sebelum ia kembali menghabiskan minuman keras itu, seseorang menempati stool kosong di sampingnya. Tidak hanya duduk, pria dengan perawakan besar yang dibalut setelan hitam itu menelengkan kepala ke arahnya.

“Jaman sekarang artis mainnya ke bar begitu stress, ya.”

Rona mengembuskan napas panjang, ia hanya melirik tanpa menoleh sepenuhnya.

“Lo nyindir gue?” dengkusnya pelan.

“Emang siapa lagi artis yang duduk di sini?”

“Gue bukan artis, by the way.” Rona menyahut ketus dan segera menghabiskan sisa wine di gelasnya.

“Tapi mukamu nggak asing dan suka nampang di mana-mana bareng pacar brondongmu itu.”

Punggung Rona kontan menegak dari sebelumnya. Ia pikir penampilannya sudah jauh berbeda sekarang daripada yang terlihat di media sosial.

Lantas Rona menengok ke arah pria tersebut. “Lo?” Ia menunjuk kaget. Tak menduga akan ada pertemuan selanjutnya dengan pria menyebalkan itu, setelah beberapa jam berlalu dari kejadian tak mengenakan tadi. “Lo ngikutin gue sampai sini, hah?”

“Menurutmu begitu?” Senyum pria itu terlihat mengerikan, seperti karakter psikopat yang biasa Rona tonton di film kesukaan. “Anggap aja ini kebetulan. Kamu patah hati dan butuh mabuk, ‘kan? Sampai memilih bar sejuta umat begini.”

“Sinting.” Rona mengumpat seraya turun dari stool. “Harusnya lo selesaikan urusan itu sama manajer gue, bukan ngikutin gue sampai sini! Mau lo apa, sih?”

Alih-alih langsung menanggapi, pria itu justru mengulurkan sebuah kartu nama. Rona menatapnya sekilas dan seketika membelalak.

Step Up Entertainment. Presiden Direktur. Dovindra Putra Wijaya.”

“Dovindra? Dov?” ulangnya sembari mengingat nama tak asing di kepala. “Sebentar.”

“Ingat?”

Mata Rona memicing, mencoba mengingat-ingat nama tersebut sambil meneliti paras pria di sana dengan baik. Perlahan telunjuknya terangkat dan mengacung pada wajah di bawah sinar kelap-kelip bar.

“Dovindra ... lo yang dulu tetanggaan sama gue? Dov yang dulu bakar singkong di samping rumah, ‘kan? Yang hampir bakar kandang ayam kakek gue?”

“Yang itu nggak usah diingat.” Senyum mengembang Dov mereda dan digantikan decakan kecewa. “Yang jelas, saya memang pernah bertetangga sama kamu.”

Rona menyengir. “Sori, tapi kalau lo emang Dov, kenapa tadi lo nggak bilang langsung?” Ia berdecak samar. “Kan, gue nggak perlu separno itu sampai minta Yuyun datang. Dan ini ... lo beneran stalking gue sampai ke bar?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   59. 2 Miliar

    Baru Rona merasakan kesenangan dan kepuasan sekaligus setelah melihat nasib Jeff yang berubah total, ia tersenyum dan terkekeh bahagia sambil berbaring di sofa.“Senjata makan tuan,” ujar Yuyun. “Siapa suruh selingkuh dan hamilin cewek lain. Emang enak jadi miskin dalam sekejap?”Rona melotot kaget. “Husss, jangan keras-keras. Takutnya kesialan balik ke lo, Yun.”“Ih, amit-amit deh!”

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   58. Beda Level

    Pertanyaan Dov masih terngiang di kepala, membuat satu porsi es krim vanillanya mencair sebelum dihabiskan. “Muka lo kayak orang banyak utang, Na.”Suara Yuyun yang asal ceplos hanya bisa mengalihkan fokus Rona sebentar. Itupun hanya menggerakkan sendok di mangkuk es krim tanpa memasukannya ke mulut. “Janish Merona?”“Hmm.”

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   57. Saatnya Melawan

    Rona pergi ke toilet setelah rapat menegangkan itu selesai. Aliran air dari kran wastafel menghujani telapak tangannya yang masih kaku akibat sikap ibunda Dov sepanjang kegiatan tadi.Baru saja ia menghela napas dan mengatur rambut, Jessi muncul dari pintu dengan wajah penuh seringai.“Ternyata Tante Widya nggak suka sama calon menantunya, ya.” Jessi berkata dan berdiri di samping Rona. “Anehnya beliau malah masih lengket sama aku, padahal aku udah jadi mantan Dov.”Sesaat Rona terdiam, lalu kembali memperbaiki penampilan. Mengoles kembali lipstick warna coral yang membuat wajahnya tampak natural dan segar.Dari omongan Jessi, Rona langsung paham maksudnya. Terutama begitu nama ibunda Dov disebutkan secara gamblang.“Perlu tips nggak?”Rona akhirnya menoleh. “Tips?”“Bukannya kamu perlu mengambil hati Tante Widya?”“Buat apa?”Sejujurnya Ron

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   56. Terang-terangan

    “Rona, kenapa kamu diam?”Ruangan itu hening. Hanya suara pendingin ruangan yang berdengung pelan, bersahutan dengan detak jantung Rona yang mendadak terasa nyaring di telinganya.Dov duduk di hadapannya, masih dengan raut serius. Berbeda dengan matanya yang memancarkan ketenangan, juga ketertarikan yang mampu Rona tebak.Semua ini kelewat membingungkan, walaupun segala sikap Dov sudah terlihat jelas arahnya. Namun Rona masih saja terbawa takut setelah dikhianati Jeff yang berani memilih wanita lain, bahkan menghamilinya.“Rona,” panggil Dov lagi. “Apa kamu masih khawatir soal orang tuaku?”Rona menelan ludah. Kata "tunangan" menggema di benaknya, tapi bukannya membuatnya tersenyum, ia malah merasa seperti terjebak di dalam ruang tanpa jendela.“Dov, kayaknya kita—” Ia membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Lidahnya kelu.Hatinya tidak terasa diremat-remat seperti saat menjumpai Jeff memilih Wena. Perutnya justru merasakan ratusan kepak kupu-kupu yang bersemayam lama.Apakah ini cinta?

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   55. Status

    “Berani-beraninya kamu mempermalukan Mama di depan staf kamu, Dov! Dan kamu melakukannya demi wanita pansos itu?!” Wanita paruh baya itu menggersah kasar sambil memijit pelan keningnya yang berdenyut-denyut. “Mau ditaruh mana muka Mama ini sekarang? Kamu jelas-jelas membela orang asing daripada ibumu sendiri.”Baru saja Dov masuk ke ruang kerjanya setelah mengantar Rona ke ruangan privasi yang sengaja dibuat untuk istirahat di sela-sela kesibukan. Lalu sekarang ia harus dihadapkan ibunya sendiri yang masih mencerocos penuh keluhan.“Lihat sendiri, kan, Jessi? Dov itu benar-benar kelewatan!” Mama kini mulai menarik mantan Dov seakan-akan sangat membutuhkan pertolongan. “Kayaknya benar apa kata kamu, Dov kena pelet wanita itu. Buktinya sekarang, dia berani sama ibunya sendiri. Sama Tante lho, orang yang melahirkan dia.”Dov meraup wajah kasar sambil menatap betapa berlebihannya omongan sang ibu. Pun tatapan Jessi yang menunjukkan keprihatinan padanya. “Tenang aja, Tante. Mungkin Dov la

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   54. Keributan Kecil

    “Tumben banget muka lo berseri-seri gini?”Yuyun menatap Rona dengan raut keheranan. Kedua alis yang belum dilukis itu bertaut dan disertai kening yang berkerut-kerut.Rona mengangkat wajah dari tablet yang berada di pangkuan. Ia membalas tatapan Yuyun sambil mengerjap pelan. “Ada yang salah?”“Tuh.” Yuyun mengedik pada tampilan tablet yang menunjukkan betapa pad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status