Aura tidak bisa berkata-kata. Ternyata Renald benar-benar orang yang pendendam. Setelah diam sejenak, Aura membalas.[ Pak Renald, kalau boleh tolong beri tahu aku. Orang itu juga cukup penting buatku. ]Setelah pesannya terkirim, Renald tak kunjung membalas. Aura mengerutkan alis. Saat dia hendak menelepon langsung, Jose tiba-tiba membuka pintu dan masuk ke kamar.Refleks, Aura menyembunyikan ponselnya di belakang punggung. Sikapnya yang gugup itu terlihat jelas oleh Jose. Pria itu pun terkekeh-kekeh.Jose melangkah mendekat, menatap Aura dengan sorot mata dalam. "Kenapa? Ada yang kamu sembunyikan lagi dariku?"Aura menggeleng. "Nggak ada."Jose mengangkat alis, hanya menggumam pelan tanpa benar-benar percaya.Aura berniat bangkit dari tempat tidur, tetapi baru sadar bahwa dirinya belum memakai apa-apa.Semalam Jose membawanya bermain dari sofa hingga ke tempat tidur. Saat ini, sekujur tubuh Aura pun masih penuh jejak-jejak samar yang sangat menggoda.Dia buru-buru meraih handuk dan m
Saat menyadari ada orang yang masuk, sosok itu sudah berdiri bersamanya di bawah pancuran air.Aura kaget, refleks ingin menjauh. Begitu menoleh, dia langsung bertemu dengan tatapan nakal dari Jose. Kemudian, dia berusaha menenangkan diri. "Se ... sejak kapan kamu masuk?"Meskipun sudah berkali-kali berhubungan intim dengan Jose, Aura tetap belum terbiasa berhadapan dengannya dalam keadaan telanjang di bawah cahaya lampu yang terang.Refleks, dia mengangkat tangan dan menutupi payudaranya yang bulat. Sikapnya ini seperti menolak, tetapi juga mengundang.Jose menunduk menatapnya. Di bawah kabut air, tatapannya terlihat agak linglung. "Kamu takut?"Aura menggeleng. "Nggak, cuma kaget."Jose tersenyum tipis.Aura bisa melihat dengan jelas sorot hasrat yang menggelegak di matanya, membuatnya tanpa sadar mundur selangkah."Dokter bilang kakiku belum pulih total. Aku ... aku harus istirahat ....""Oh ya?" Jose terkekeh-kekeh, lalu mengangkat dagunya dengan jari. "Tenang saja, aku nggak butuh
Jari-jarinya panjang dan indah, wajahnya juga tampan. Bahkan dengan gerakan yang terkesan tidak sopan seperti itu, dia tetap terlihat sangat memikat.Ditambah dengan wajah yang bisa membuat ribuan gadis tergila-gila, Jose benar-benar mematikan.Entah kenapa, Aura tanpa sadar mendekat ke arah Jose. Detik berikutnya, tangan Jose yang indah itu sudah menyentuh leher Aura yang putih dan halus.Aura memang terlahir cantik, leher rampingnya bahkan tidak cukup untuk satu genggaman tangan.Begitu Jose menekan sedikit saja, Aura langsung merasa sesak napas. "Uhuk ...."Dia terbatuk pelan, alisnya yang indah pun sedikit berkerut."Tsk, kamu ini, lagi-lagi nggak nurut," ucap Jose dengan santai seolah-olah tak marah sedikit pun.Namun, Aura tahu Jose adalah tipe yang tidak menampakkan emosinya. Saat pria ini sedang sangat marah, justru ekspresinya akan datar.Ujung jari Jose yang kasar mengelus perlahan di leher Aura. Sementara itu, tatapannya yang dalam menatap bibir Aura dengan tajam."Kamu tahu
"Kamu yang bilang begitu?"Aura buru-buru menjelaskan, "Bukan, bukan aku ...."Kemudian, dia berkata kepada sopir, "Jangan telepon polisi, kami saling kenal."Namun, penjelasannya terdengar sangat lemah. Sopir jelas-jelas tidak percaya. Karena dari cara Jose bersikap, dia memang terlihat seperti sedang memaksa gadis muda.Jadi, di detik berikutnya, telepon darurat sudah ditekan.Melihat itu, Marsel langsung turun dari mobil. Dia meraih ponsel si sopir dan menghancurkannya.Sopir menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Kamu, kamu ...."Marsel hanya tersenyum padanya, lalu kembali ke mobil dan mengambil dua gepok uang untuk diberikan kepada sopir."Semua ini nggak ada hubungannya dengan kamu. Ini uang buat ganti ponsel dan perbaiki mobil."Jose melihat Aura masih duduk di dalam mobil, tidak bergerak sama sekali. Dia mencibir. "Kamu tunggu aku undang secara resmi untuk turun?"Aura menggigit bibir, memaksa diri untuk turun dari mobil. Begitu menyentuh tanah, kakinya langsung lemas.Jose lan
Aura keluar dari klub. Dia berdiri di pinggir jalan cukup lama hingga akhirnya berhasil menghentikan sebuah mobil. Ada banyak orang yang berlalu-lalang di lokasi itu, tetapi minim kendaraan. Jadi, tidak mudah baginya untuk mendapatkan taksi.Selama menunggu, Aura terus-menerus menoleh ke arah pintu masuk klub, khawatir jika Jose tiba-tiba muncul dan mengejarnya.Untungnya, sebuah mobil akhirnya berhenti, sementara Jose belum juga kelihatan. Dia segera naik ke mobil dan menyebutkan alamat apartemennya. Setelah itu, dia menghela napas panjang dengan lega.Namun tak lama kemudian, sang sopir tiba-tiba melirik ke arah kaca spion dengan tatapan agak aneh. Aura yang belum lama ini mengalami kejadian tidak menyenangkan di gang sempit, langsung merasa waspada.Dia bertanya dengan hati-hati, "Ada apa? Bapak lihat apa?"Sambil bertanya, tangannya diam-diam masuk ke dalam tas. Pengalaman sebelumnya telah mengajarkannya untuk berjaga-jaga. Sekarang di dalam tasnya selalu ada semprotan merica dan a
Usai berkata demikian, Aura menengadahkan kepala dan langsung menghabiskan isi gelasnya. Namun baru setengah jalan, tiba-tiba dia tersentak kaget dan tangannya bergetar sedikit. Gelas itu pun langsung terlepas dari genggamannya.Matanya membelalak terpaku pada sosok pria yang berdiri tidak jauh di depannya. Dia menatap Aura dengan ekspresi setengah tersenyum setengah mencibir.Dalam sekejap, hanya sebuah pikiran yang memenuhi benaknya, 'Habis sudah!'Jose mengangkat sebelah alis saat melihat ekspresi linglung Aura. Harus diakui, dia tampak cukup menggemaskan dalam kondisi terkejut seperti itu.Saking menggemaskannya sampai ingin dihancurkan!Bibir tipis Jose melengkung dan dia membuka suara terlebih dahulu, "Kenapa? Bu Aura kelihatannya nggak terlalu senang lihat aku?"Nada bicaranya dingin dan dia sengaja memperlebar jarak di antara mereka saat bicara.Setelah berkata demikian, barulah Aura tersadar sepenuhnya dari keterkejutannya. Saat itu juga, dia menyadari bahwa bagian bawah rokny