Share

Bab 451

Penulis: Camelia
"Bu Aura, lebih baik diam saja. Kalau nggak ...." Pria yang duduk di sebelahnya berkata dengan suara dingin. Dia menoleh, menatap Aura dengan sorot mata penuh ancaman. "Kami nggak bisa jamin nggak akan berbuat sesuatu pada Ibu."

Aura menggertakkan gigi, jarinya yang mencengkeram ponsel sampai memutih.

Di sisi lain, ekspresi Jose tiba-tiba berubah gelap saat mendengar suara itu dari telepon. Suaranya terdengar agak familier.

Tak lama kemudian, dia berhasil mengingat dari mana dia mengenal suara itu. Keningnya berkerut, lalu dia menekan tombol untuk mengakhiri panggilan.

Kemudian, Jose kembali ke ruang rapat dan berbicara kepada seluruh orang di dalam sana, "Rapat hari ini cukup sampai di sini. Aku ada urusan mendesak, harus pergi dulu."

"Jose, kamu sudah nggak menganggap Kakek ya?" sergah Jordan. "Kakek masih di sini, mana boleh kamu pergi seenaknya saat rapat belum selesai? Dan malam ini ada jamuan keluarga, kamu juga nggak hadir?"

Jose menoleh ke arah Jordan, mencibir. Namun, dia tak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 461

    Aura tertegun sejenak, lalu berbalik dan keluar dari kamar tidur. Anrez mungkin sudah kembali ke kamarnya, sehingga ruang tamu pun sudah tidak ada orang lagi. Namun, saat dia hendak keluar rumah, Kasih langsung menahannya."Nona, sekarang di luar sudah gelap, banyak orang jahat di luar sana. Kamu mau ke mana?" tanya Kasih.Di luar memang ada orang jahat, tetapi Aura tetap harus keluar. Dia pun tersenyum pada Kasih dan berkata, "Aku ada sedikit urusan."Setelah mengatakan itu, Aura melewati Kasih dan keluar rumah. Begitu keluar dari vila, dia melihat Jose yang berada tidak jauh dari sana sedang merokok sambil bersandar di pintu mobil. Cahaya lampu yang remang-remang membuat ekspresi Jose tidak kelihatan jelas. Dia pun bertanya, "Ada urusan apa kamu datang mencariku?"Saat mengatakan itu, Aura melirik sekilas ke arah vila Keluarga Tanjung dan menyadari tempat itu terlalu dekat. Jika mereka sampai kelihatan Anrez, mungkin akan timbul masalah baru lagi.Melihat gerak-gerik Aura, Jose mende

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 460

    Aura menatap Anrez dengan pandangan mengejek. Urusan dengan Donna sudah selesai, jadi dia kembali ke rumah untuk mengawasi Anrez.Masih ada satu urusan lain, yaitu barang peninggalan ibunya yang dulu dititipkan ke Anrez sebelum ibunya meninggal dunia. Rasanya, sudah waktunya barang itu dikembalikan kepadanya.Aura mengambil sayur, menaruhnya ke piring dengan tenang. "Ayah, sebentar lagi ulang tahunku."Anrez melirik ke arahnya. "Terus, kenapa?"Aura tersenyum tipis. "Jadi ... soal barang yang Ibu titipkan ke Ayah sebelum meninggal, bukankah sudah waktunya dipertimbangkan untuk diberikan kepadaku?"Begitu kalimat itu selesai, Anrez sontak membanting sendok ke meja dengan keras. Karena terlalu kuat, piringnya sampai jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping.Aura menaikkan alis. Dia memang tahu pembicaraan ini akan membuat Anrez marah, tetapi tidak menyangka reaksinya akan sekeras ini."Apa maksudmu? Kamu pikir aku akan menahan warisan dari ibumu?"Aura terkekeh-kekeh. "Kalau memang ngg

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 459

    "Halo?" Efendi menjawab telepon dengan suara malas, terdengar sedikit kesal karena dibangunkan dari tidurnya.Aura terdiam sejenak, lalu langsung ke inti pembicaraan. "Tolong bantu aku cari tahu satu tempat.""Tempat apa?""Aku kirim ke ponselmu."Setelah itu, Aura membuka aplikasi pesan dan mengirimkan foto yang tadi dia ambil dari Renald ke Efendi.Begitu melihat foto tersebut, Efendi langsung berkata dengan nada yakin, "Tempat itu bukan di ibu kota.""Kok kamu bisa yakin banget?"Aura agak terkejut, tak menyangka jawaban Efendi bisa secepat dan setegas itu. Di foto itu, terlihat Ghea di sebuah kelab malam.Dari penampilannya, jelas Ghea bukan datang untuk bersenang-senang, melainkan untuk bekerja. Pakaiannya sangat terbuka dan dia tampak sedang menempel pada pria tua sambil tersenyum paksa.Melihat sekilas saja sudah membuat Aura merasa jijik. Karena itulah, dia sangat terkejut saat melihat foto-foto tersebut.Efendi membalikkan badannya di tempat tidur dan mendengus. "Kamu lupa aku

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 458

    Aura menyahut, "Tentu saja kamu nggak kekurangan uang. Tapi informasi ini berguna buatku, jadi aku juga nggak mungkin minta secara cuma-cuma."Renald tersenyum tipis, lalu menyeruput kopi dengan anggun. Gerakannya terkesan elegan dan berkelas."Aku nggak butuh uang. Tapi kalau yang kamu tawarkan hal lain, mungkin bisa kupertimbangkan."Begitu mendengarnya, Aura langsung merasa bahwa Renald memang tidak ada niat baik.Benar saja, di detik berikutnya Renald tersenyum dan berkata, "Kalau kamu mau terima syaratku yang sebelumnya, bukan cuma informasi, tapi orangnya pun bisa langsung kubawa ke hadapanmu."Aura langsung mengernyit. "Kalau kamu memang nggak berniat memberikan informasinya secara tulus, kurasa aku nggak perlu buang waktu lagi."Nada bicaranya dingin, wajah cantiknya pun menjadi datar. Dia datang ke sini dengan mempertaruhkan risiko besar. Jika Jose sampai tahu, dia pasti akan disiksa lagi semalaman.Kalau tahu sejak awal Renald masih menyimpan niat buruk, dia tak akan datang s

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 457

    Aura terkejut. Kenapa pria ini belum tidur juga?Dia terdiam sesaat, lalu berpura-pura seperti orang yang tersadar di tengah mimpi. Dia bergumam pelan dan kembali memejamkan mata.Untungnya, Jose masih menyisakan sedikit sisi manusiawi. Dia tidak benar-benar melakukan sesuatu, jadi malam itu bisa dibilang cukup tenang.Entah sejak kapan, hujan turun. Keesokan pagi saat Aura terbangun, hujan mengguyur deras di luar jendela.Karena baru bangun tidur, otaknya masih agak lambat merespons. Dia memandang hujan deras di luar untuk waktu yang lama, sebelum menyadari sedang berada di mana.Tubuh hangat yang memeluk dirinya semalaman sudah tidak ada. Aura terdiam sesaat, lalu bangkit dari tempat tidur.Hari ini dia masih ada urusan penting, jadi harus keluar. Setelah mencuci muka dan merapikan diri, dia turun. Jose masih belum kembali, membuatnya sedikit lega.Salah satu pelayan segera menghampiri. "Nona mau sarapan apa pagi ini? Tuan bilang ada urusan dan sudah keluar lebih dulu, jadi suruh Non

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 456

    Jose meminta Marsel mengantarkan makanan. Mereka duduk berhadapan, tetapi Aura sama sekali tak merasa lapar.Tadinya dia merasa cukup lapar, tetapi setiap kali mengingat ketakutan saat di puncak tebing, tubuhnya langsung terasa mati rasa.Jose meletakkan alat makannya dengan anggun, lalu mendongak menatapnya. "Nggak ada selera makan?"Aura meliriknya sekilas. "Nggak."Setelah menjawab, dia mengambil sedikit lauk dan memasukkannya ke mulut tanpa semangat."Kalau begitu, pelan-pelan makan. Habis itu cepat tidur. Aku masih ada urusan yang harus diselesaikan."Aura mengangguk, hanya mengeluarkan gumaman pelan.Jose pun bangkit dan pergi. Begitu dia pergi, Aura merasa lebih lega. Dia menoleh, matanya mengikuti sosok Jose sampai menghilang di lantai atas, baru menunduk kembali.Terus terang saja, pria seperti Jose memang sulit untuk tidak membuat hati wanita bergetar. Dari sudut mana pun, dia layak disebut pria sempurna. Sulit untuk tidak jatuh cinta padanya.Aura pun tak terkecuali. Meskipu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status