Share

Bab 2

Author: Farchahcha
last update Last Updated: 2025-11-27 15:59:31

Beberapa hari berlalu setelah malam panas itu. Kanaya mulai menjalani hidupnya seperti biasa yaitu bekerja. Tumpukan pekerjaan di mejanya seolah tidak pernah berkurang.

Tangannya sibuk mengetik tuts keyboard sambil melihat layar komputer di depannya. Laporan penjualannya menurun drastis, membuat sesekali Kanaya mendesah tak semangat.

“Sssttt,” Lala di sampingnya memanggil.

Kanaya menoleh, mengangkat alisnya. “Hmm?”

“Udah tahu belum kalau Pak Jo akan pindah?” ucap Lala.

Kanaya mengangguk, Pak Jo adalah Ketua Tim Marketing di tempat kerja mereka. Pria berusia 60 tahun itu akan pensiun dan katanya akan ada pengganti yang lebih muda.

“Jadi, kamu juga udah denger kalau penggantinya Pak Jo akan datang hari ini?”

Kanaya mengangguk lagi.

“Sumpah, tadi aku ketemu sama penggantinya Pak Jo. Ganteng banget,” Lala berseru heboh.

Namun, Kanaya tidak banyak bereaksi. Untuk sekarang, Adrian si Husky Man adalah pria tertampan baginya. Ah, dia jadi teringat malam panas itu lagi.

Wajahnya selalu bersemu merah ketika mengingat itu. Sentuhannya, kecupan bibirnya, dan… semua perlakuan lembut pria itu masih membekas pada Kanaya.

“Kenapa wajahmu jadi merah sekali, Nay?”

Kanaya menggeleng dan tertawa kecil. “Jadi, kapan penggantinya Pak Jo dikenalin? Aku belum lihat siapa-siapa sih sepagi ini.” Dia mengalihkan topik.

“Mungkin sebentar lagi,” Lala menyahut santai, lalu kembali ke mejanya untuk bekerja.

Tak lama kemudian suara ramai terdengar dari luar ruangan. Kanaya sedikit mendongak dari tempat duduknya.

“Kayaknya itu deh, Nay,” ucap Lala yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu ruangan kaca divisinya, jiwa kepo Lala memang sudah tidak tertolong.

“Eh, iya, bener Nay!”

Buru-buru dia berjalan mendekat pada Kanaya. Sedangkan, wanita itu masih santai duduk di tempatnya.

Sampai akhirnya beberapa orang masuk ke dalam divisi Marketing. Pak Jo terlihat memandu seseorang untuk masuk. Dan, saat itu Kanaya langsung membeku melihat pria yang baru saja masuk.

Pria itu juga langsung menatap ke arahnya. Mata mereka bertemu dalam beberapa menit.

“Dia… kenapa ada di sini?” ucap Kanaya dalam hati.

Pria itu tersenyum tipis ke arah Kanaya, lalu kembali sibuk dengan Pak Jo yang mulai memperkenalkannya pada semua karyawan Tim Marketing.

Mata Kanaya tak lepas dari pria yang berdiri di ujung ruangan. Pria itu terlihat sangat percaya diri dengan setelan jas warna biru gelap dengan motif salur samar.

“Semuanya, mohon perhatiannya sebentar,” kata Pak Jo menarik perhatian semua karyawan.

“Seperti yang sudah kalian tahu, hari ini adalah hari terakhir saya bekerja menjadi Ketua Tim Marketing kalian,” sambung Pak Jo sambil melihat ke seluruh karyawan yang masih duduk.

“Jadi, saya akan memperkenalkan pada kalian Ketua Tim Marketing yang baru,” Pak Jo menarik lembut pria di sampingnya agar maju selangkah lebih dekat dengannya. “Namanya Pak Nathan, lebih muda dari saya, kan?” ujar Pak Jo memuji pria di sebelahnya.

Nathan tersenyum, matanya menyapa semua karyawan di sana. Namun, saat pandangannya jatuh ke arah Kanaya, senyumannya lebih lebar. Akan tetapi bukannya membalas senyuman Nathan seperti yang lainnya. Kanaya malah membuang muka, wajahnya masam seketika.

Jadi, orang yang akan menggantikan Pak Jo sebagai Ketua Tim Marketing adalah Nathan, mantan kekasih Kanaya.

Perpisahan mereka tidak berjalan baik. Karena itulah Kanaya selalu berdoa agar tidak pernah bertemu lagi dengan mantan kekasihnya itu.

Tapi, sepertinya Tuhan memiliki rencana lain.

***

Satu minggu berlalu, dan kehidupan kantor Kanaya tidak menyenangkan seperti sebelumnya. Setiap hari harus bertemu dengan mantan membuatnya malas untuk pergi bekerja.

Sudah beberapa hari juga Adrian tidak mengaktifkan aplikasinya. Mereka lost contact setelah malam pertemuan itu.

Kanaya jadi kehilangan semangat, sekaligus menyesal.

“Apa harusnya aku tidak pergi ya saat itu?” tanyanya pada diri sendiri.

Setelah itu, Kanaya sama sekali tidak mendapat kabar dari Adrian. Pria itu seperti menghilang. Nomornya saja tidak aktif lagi dan akun di aplikasi Teman Curhat sudah tidak aktif.

Kanaya menghela napas lalu menghembuskannya malas.

“Kalau berakhir seperti ini, aku jadi terlihat murahan sekali.” Kanaya meletakkan kepalanya di atas meja kerjanya.

“Siapa yang murahan?”

Suara itu mengagetkan Kanaya, dia langsung mengangkat kepalanya melihat siapa yang menyahut. Ternyata Nathan sudah berdiri di depan meja Kanaya.

Ekspresi Kanaya langsung berubah profesional. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanyanya.

Nathan menarik bibirnya, tersenyum tipis. Kanaya berpura-pura kalau mereka tidak pernah menjalin hubungan. Nathan merasa itu sangat lucu, dan membiarkannya.

“Ya, saya mau mendiskusikan sesuatu. Bisa ke ruangan saya sekarang?” ucap Nathan ringan.

Kanaya mengangkat alis dan bibirnya sedikit terbuka. “Ruangan Pak Nathan?”

Pria itu tersenyum dan mengangguk. “Ya. Sekarang,” katanya lalu berjalan ke ruangan. Kanaya menunduk dengan ekspresi cemas. Kenapa harus ke ruangannya sih?

Setelah itu, dengan langkah berat Kanaya berjalan mengekori Nathan. Pria itu masuk lebih dulu dan menahan pintu untuk Kanaya.

Kanaya berjalan beberapa langkah ke tengah ruangan. Nathan menutup pintunya kemudian.

Di dalam ruangan kaca itu, sengaja Nathan menurunkan tirai ke bawah agar tidak ada yang melihat apa yang dilakukannya di dalam.

Kanaya sudah mulai gugup saat tirai itu diturunkan. Ada perasaan campur aduk di dalam dirinya. “Maaf Pak. Apa yang mau didiskusikan dengan saya, ya?” tanyanya.

Nathan berbalik, lalu melihat Kanaya. Wajahnya ramah dengan senyuman manis yang ditujukan pada Kanaya. Bukannya menjawab pertanyaan Kanaya, pria itu berjalan mendekat ke arah Kanaya.

Saat jarak mereka hanya satu meter. Nathan mencondongkan kepalanya.

“Bagaimana kabarmu, Nay?” ucapnya santai.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Teman Tidur Bosku   Bab 11

    Hening. Tidak ada yang bersuara antara Kanaya ataupun Adrian. Kanaya lebih banyak diam dan menunduk di kursinya. Sedangkan, Adrian fokus menyetir. Mereka sedang perjalanan pulang, Adrian mengantar Kanaya ke kosan. Lebih tepatnya memaksa untuk mengantarkan wanita itu.Jalanan macet menambah canggung suasana di dalam mobil bersama Adrian. Kanaya menahan napasnya setiap kali Adrian mengerem mobilnya. “Ehem!” Adrian berdehem. Kanaya menoleh ke arah pria di sebelahnya. Mata mereka bertemu. “Apa kamu suka mendengarkan musik?” tanya Adrian tiba-tiba.Kanaya mengangguk. “Genre musik apa yang kamu sukai?” “Oh, saya suka mendengarkan musik pop,” Kanaya tersenyum saat menjawabnya. Setelah itu Adrian memutar lagu pop dari salah satu musisi dalam negeri. Kanaya tersenyum lebih lebar karena lagu kesukaannya yang diputar. Adrian melirik singkat ke arah Kanaya yang mulai bersenandung lirih. Sudut bibir pria itu terangkat. “Syukurlah, dia menyukainya,” batin Adrian. Setengah jam berlalu, dan

  • Menjadi Teman Tidur Bosku   Bab 10

    Langit sudah menggelap saat Kanaya berdiri di depan gedung kantornya. Kepalanya menunduk melihat kakinya sendiri. Keadaan kantor sudah hampir sepi, hanya menyisakan beberapa karyawan yang lembur di beberapa divisi. Lobi sore itu tidak banyak orang lalu lalang. Kanaya menoleh ke kanan dan kiri mencari seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang.“Kenapa belum datang juga?” gumamnya. Dia janji bertemu dengan Adrian jam lima tepat. Tapi ini sudah lewat setengah jam dan pria itu tidak muncul juga. Apa mungkin perkataannya tadi tentang membahas pernikahan itu bohong. Mana mungkin seorang Adrian Prakasa mau menikah dengan gadis biasa seperti Kanaya. “Apa aku terlalu jauh berharap padanya?”Sesal menjalar di hati Kanaya, dia sudah terlanjur mengatakan bahwa janin yang ada di perutnya adalah milik Adrian. Bagaimana kalau pria itu berubah pikiran? Kanaya mulai menerka-nerka kemungkinan tidak datangnya Adrian.“Aku pulang saja,” katanya menyerah menunggu pria itu. Lalu melangkahkan kakinya

  • Menjadi Teman Tidur Bosku   Bab 9

    Adrian terkesiap melihat ruangan miliknya dipenuhi orang-orang, padahal dia hanya memanggil Kanaya saja ke ruangannya. Tapi, kenapa ada Pak Damar, Kepala Divisi Marketing dengan seorang pria lainnya. “Kamu siapa?” tanya Adrian menatap lurus ke arah Nathan. “Saya Nathan, Pak. Ketua Tim Marketing 1, atasan langsung Kanaya. Ada apa Pak Adrian memanggil bawahan saya? Kalau dia melakukan kesalahan dalam bekerja, saya yang akan bertanggung jawab.” jelas Nathan. Nathan berpikir kalau Adrian memanggil Kanaya karena terkait pekerjaan di kantor. Kanaya sendiri masih diam di belakang, menggigit bibir bawahnya cemas. “Ada apa ya dia memanggilku? Apa ini karena dia melihatku di rumah sakit waktu itu?” gumamnya dalam hati. Wanita itu diam di belakang Nathan dan Pak Damar. Sedangkan, Adrian memiringkan kepalanya berusaha melihat Kanaya dari tempat duduknya sekarang. “Saya hanya ada urusan dengan Nona Kanaya. Tidak ada hubungannya dengan kalian. Jadi, kalian bisa keluar dari ruangan saya,” suru

  • Menjadi Teman Tidur Bosku   Bab 8

    Kenyataan paling menyebalkan kalau kamu masih menjadi karyawan marketing biasa adalah kamu tidak boleh mengambil cuti lebih dari dua hari. Karena itu akan membuatmu kehilangan waktu untuk mencapai target penjualan. “Eungh!!!” Kanaya menguap lebar sambil merentangkan tangannya di atas ranjang. Dengan mata yang masih mengantuk dia berusaha mengangkat tubuhnya. Baru selangkah, Kanaya merasa aneh. Ada sesuatu yang mendesak keluar dari tubuhnya. “Ugh!” desisnya pelan.Reflek Kanaya menutup mulutnya. Lalu berlari ke kamar mandi dengan setengah terhuyung.Wanita itu langsung memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya ke dalam kloset. Dia memencet tombol flush, menutup kloset dan duduk di atasnya.Napasnya memburu, hampir seisi perutnya ia keluarkan pagi itu juga. Kepalanya juga terasa pusing seketika. Dia memijat pelipisnya sesaat untuk menghilangkannya. Setelah sedikit membaik, Kanaya berdiri di depan wastafel. Memutar kran air lalu membasuh wajahnya yang terlihat pucat. Wanita itu mem

  • Menjadi Teman Tidur Bosku   Bab 7

    Kanaya membeku sempurna melihat Adrian yang berdiri di depannya dengan wajah yang serius. “K-kenapa Anda ada di sini?” tanyanya dengan suara terbata. Meski tadi Kanaya sudah melihat Adrian dengan tunangannya, dia berpura-pura tidak melihat apapun. “Kamu sendiri kenapa ada di sini?” sahutnya cepat. “Apa?” Kanaya kaget sekali diberi serangan pertanyaan seperti itu. “S-saya… Di sini… karena…” dia tidak tahu harus menjawab apa. Sampai seseorang memanggil Adrian. “Kak Adrian!” Pria itu pun menoleh ke sumber suara, begitu juga Kanaya. Reina memiringkan kepalanya melihat ke arah Kanaya, wajahnya mengerut keheranan sambil berjalan mendekat. “Dia siapa?” tanyanya saat sudah di samping Adrian. “Dia, karyawan di perusahaan,” jawab Adrian. Reina mengangguk, lalu mengaitkan lengan pada Adrian. Namun, Kanaya entah kenapa merasa sedih mendengar jawaban Adrian. “Aku baginya hanya karyawan perusahaan,” gumam Kanaya dalam hatinya. Sedih rasanya. Kenangan tentang kedekatan mereka mel

  • Menjadi Teman Tidur Bosku   Bab 6

    Suara tangisan bayi terdengar saat Adrian dan Reina membuka pintu sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu ada sepasang suami istri dan satu wanita paruh baya di sana. Si suami sedang menggendong seorang bayi, dan istrinya masih setengah duduk di ranjang perawatan selesai melahirkan. “Adrian, kamu sudah datang, Nak?” sapa wanita paruh baya itu. Adrian tersenyum tipis. “Hai Mam, gimana keadaanmu Kak?” sahutnya sambil menyapa kakak perempuannya. “Seperti kelihatannya, aku selamat melahirkan keponakanmu.” Wanita yang berbaring tadi adalah kakak perempuan Adrian. Sheila Purnama, kakak perempuan satu-satunya Adrian. “Hai Rein, makasih ya sudah datang.” Sheila melihat ke arah wanita di sebelah adiknya. “Selamat atas kelahiran anak pertamanya Kak Sheila dan Kak Bara.” Reina memberikan sebuah kado pada Sheila. Dia melirik ke arah Bara sekilas sambil tersenyum. “Nak Reina ini, kenapa repot-repot sekali,” ujar Mama Adrian, Delina. “Nggak repot kok, Ma,” sahut Reina lalu memeluk Delina denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status