Home / Rumah Tangga / Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati / 8. BERUBAH PIKIRAN, TAK INGIN DICERAIKAN

Share

8. BERUBAH PIKIRAN, TAK INGIN DICERAIKAN

Author: Mona Cim
last update Last Updated: 2025-08-16 23:44:56

Vannia sampai di rumah Chella yang katanya rumah pemberian dari Zein. Vannia menekan bel sambil meneteng sekotak pizza pesanan Chella. Tak lama pintu dibuka oleh Chella.

"Selamat malam. Aku tidak terlambat, bukan?"

"Tidak, Vannia. Aku masih bisa bernapas di tengah kelaparan ini. Ayo masuk!"

Mereka menuju ruang tengah. Ternyata Chella sedang menonton drama percintaan.

"Oh iya, tunggu di sini dulu. Aku akan mengambilkan sebuah undangan party padamu."

"Undangan party apa?"

Vannia tak mendapatkan jawabannya karena Chella telah berlari ke kamar untuk mengambil undangan itu.

Ponsel Vannia tiba-tiba berdering. Vannia merogoh ponsel di dalam tasnya. Nama Anya yang tertera pada layar ponselnya.

"Untuk apa dia meneleponku?" gumam Vannia.

Walau ragu, Vannia pun mengangkat telepon itu.

Ada keperluan apa kau meneleponku?

Santai, Vannia. Aku hanya ingin berbagi pemandangan indah padamu. Kau masih ingat akun sosial media suamimu, kan? Ayo periksa sekarang.

Untuk apa aku—halo? Halo, Anya?

Anya telah memutuskan sambungan teleponnya. Vannia tiba-tiba terpikir tentang apa yang dikatakan Anya tadi. Apakah ia harus memeriksa akun sosial media suaminya?

"Tapi untuk apa aku memeriksanya? Selama ini tak ada postingan yang menarik di sosial media Renvier. Dia hanya memenuhi akun sosial medianya dengan tempat bisnis miliknya," monolog Vannia.

"Ah, aku lihat saja. Tak mungkin Anya memintaku melihatnya jika tak ada sesuatu."

Vannia pun membuka akun sosial media Renvier. Raut wajahnya yang tadinya datar, berubah menjadi sebuah keterkejutan. Tangan Vannia tiba-tiba bergetar sambil meng-klik postingan terbaru itu.

"R-Reinvier memosting ini di akun sosial media pribadinya?"

Pada postingan itu, tampak Anya dan Renvier berpose mesra di balkon kamar yang dulunya ditempati oleh Vannia dan Renvier. Tak hanya itu, postingan itu juga terdapat caption yang membuat Vannia terluka.

Renvier_Rvier

Tempat yang sama tetapi dengan orang yang berbeda. Rasanya aku seperti mengulang kenangan lama, tetapi dengan Anya adalah momen terindah dari yang sebelumnya.

"Maksudnya kenangan bersamaku tak indah bagimu, Renvier?" Vannia meneteskan air mata dengan perasaan sesak di dadanya.

Tiba-tiba seseorang merebut ponsel Vannia. Ternyata pelakunya adalah Chella. Tanpa banyak bicara Chella block akun Renvier.

"Tak ada gunanya untuk melihat luka, Vannia. Ayolah, jangan lemah. Anya hanya akan membuatmu merasa kalah. Lebih baik, kau lihat undangan ini." Chella memberikan undangan berwarna merah itu pada Vannia.

"Glow Up Party?" ucap Vannia membaca tema yang tertulis pada undangan itu.

"Benar. Ini undangan reuni sekolah kita dulu. Temanya Glow Up Party yang artinya semua tamu memancarkan aura paling bersinar," jelas Chella bersemangat. "Vannia, datanglah ke sini bersama Zein. Pada undangan ini, kita boleh membawa pasangan masing-masing,"lanjutnya.

"T-tapi Zein bukan pasanganku, Chella."

"Tapi dia bisa jadi pasanganmu," sahut Chella cepat. "Aku yakin Anya dan Renvier juga berhadir. Ini saatnya kau membuktikan betapa terhormatnya dirimu. Kau wanita yang sukses, karir cemerlang, dan memiliki kekasih tampan serta mapan seperti Zein. Jadi ketika Anya mencoba mempermalukanmu di pesta, Zein akan melindungimu."

Di satu sisi Vannia setuju akan hal itu, tapi di sisi lain ia juga ragu. Apakah Zein bersedia untuk membantunya?

"Apa yang kau pikirkan? Aku telah mengabari Zein soal ini dan dia sangat-sangat bersedia," kata Chella dengan penuh bangga.

Vannia mengembuskan napasnya, lalu tersenyum pada Chella. Ia memeluk sahabatnya itu dengan lembut.

"Terima kasih telah datang pada hidupku yang mulai kelam, Chella."

"Kau membuatku malu, Vannia," sahut Chella tertawa kecil. "Tapi kau juga harus berterima kasih pada Zein. Dia yang membuatku datang ke sini dan memberikan jaminan hidup yang nyaman padaku. Setidaknya aku tak jadi gelandangan di Jerman."

"Kau terlalu berlebihan. Orang tuamu bukannya ada di sana?"

"Mereka telah tiada semenjak kecelakaan mobil satu tahun yang lalu," ucap Chella membuat Vannia mencelos.

"Chella, aku tak—"

"Tidak masalah. Aku minta maaf karena tak mengabarimu. Sulit bagiku untuk mendapatkan kontakmu di sosial media."

"Aku sudah tak memakainya. Sejak menikah dengan Renvier, duniaku hanya dia. Aku menutup diri dari dunia luar karena dirinya. Agar tak ada yang mempertanyakan statusku yang dulu pernah diperkenalkan sebagai anak dari kedua orang tuaku," kata Vannia kembali sendu.

Chella merangkulnya dengan akrab. "Sekarang duniamu bebas, Vannia. Jangan bodoh lagi mencintai seorang pria. Kau hanya boleh mencintai seseorang pada porsinya. Berlebihan dalam mencintai hanya akan membuatmu terluka. Percaya padaku."

"Ya-ya-ya. Sahabatku sangatlah dewasa. Kau pantas mendapatkan pangeran dari seberang sana," gurau Vannia.

"Bagaimana kalau aku rebut Renvier saja?"

Vannia terkejut dan segera menegakkan tubuhnya. Saat itulah Chella tertawa keras.

"Astaga Vannia, wajahmu sungguh panik mendengar ucapanku tadi? Vannia, aku hanya bercanda." Chella mencoleh dagu temannya dengan usil.

"Aku sungguh merasakan jantungku seperti berhenti berdetak untuk seperkian detik," protes Vannia. "Woah, ini gila. Jangan sampai aku trauma berteman setelah ini karena candaanmu tadi."

"Aku minta maaf, okay? Ahahhaha! Vannia wajahmu sangat lucu. Kau begitu terkejut."

Vannia hanya bisa geleng-geleng saja dengan tingkah sahabatnya. Namun, tak bisa dipungkiri jikalau ia sungguh sangat terkejut tadi. Rasanya ... sejak Anya mengkhianatinya, Vannia memiliki trauma akan pertemanan. Ada rasa kekhawatiran ketika Vannia memutuskan percaya pada seseorang.

"Chella, aku baru ingat aku punya janji dengan ayahku. Apa tak masalah aku pergi sekarang?"

Chelle cemberut. "Benarkah? Ya sudah tidak masalah."

"Aku pulang, Chell," ucap Vannia beranjak dari sofa.

"Kau akan datang ke pesta, bukan? Ingat, Zein telah menyetujuinya."

"Aku akan datang. Bye, Chella."

"Bye, Vannia. Jangan lupa tutup pintunya!" seru Chella dari sofa.

"Baiklah!" Vannia keluar dari rumah itu dan menutup pintunya dengan rapat.

Saat di perjalanan pulang, Vannia mampir terlebih dahulu ke minimarket. Tuju Vannia ketika masuk minimaket adalah tempat buah.

Saat Vannia sibuk memilih buah apel, tiba-tiba ada yang menyenggol tubuhnya.

"Ups! Maaf, aku sedikit sengaja tadi," ucap Anya tersenyum remeh pada Vannia yang baru saja ia jahili.

"Dengar ini, Anya. Aku tak ingin ribut denganmu di tempat umum. Jadi mari menjaga sikap masing-masing," tegas Vannia. Ia kembali memasukkan apel hijau ke dalam keranjang belanjanya.

Bukannya pergi, Anya malah sengaja berdiri di samping Vannia. Walau Vannia berusaha mengacuhkannya.

"Kudengar ... ibu mertuaku mendesak suamiku untuk menceraikanmu. Itu tandanya kau sungguh tak diharapkan lagi di keluarga Renvier. Mau bagaimana pun juga akulah pemenangnya," tukas Anya dengan bangga.

Vannia tertawa remeh, langsung melunturkan senyum percaya diri Anya menipis seketika.

"Astaga, Anya ... kau lupa dengan ancamanku ketika di kafe itu?" tanya Vannia sambil menatap remeh Anya. "Aku akan membagi rasa sakitku dan menjadikan hidup kalian bagai di neraka. Jadi ... apa kau siap menerima takdir burukmu, Nyonya Anya penghianat?"

Meski gugup dan menyimpan rasa takut, Anya tetap berusaha elegan di hadapan Vannia.

"Kau pikir kau bisa berbuat seenakmu? Dengar, kau akan diceraikan!" hardik Anya.

"Sayangnya aku sudah berubah pikiran. Jika aku menerima perceraian itu, maka kau akan menang dan merasa bahagia. Jadi untuk menambah beban hidupmu, aku tak bersedia untuk cerai dengan Renvier. Tunggu nerakamu, Anya," cetus Vannia melenggang meninggalkan Anya yang terdiam dengan perasaan kalutnya.

Lantas, apakah benar Vannia menolak perceraian itu nanti? Dan bagaimana respon mertuanya dengan keputusannya itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   144. AKHIR TERBAIK [ENDING]

    Setelah semuanya berlalu, Zein membawa anak dan istrinya ke ruang tengah. Mereka meninggalkan Renvier dan Anya di dalam ruang kerja Zein. Mereka perlu bicara, jadi Zein tak ingin menganggunya."Syukurlah kau datang tepat waktu, Sayang. Aku benar-benar sangat takut sekali. Anak-anak juga sama. Ronald benar-benar seperti iblis," ucap Vannia.Zein menggenggam tangan Vannia. "Maafkan aku membuat kalian ketakutan karena tak datang lebih awal. Aku dan Renvier pergi ke hutan tempat Ronald disekap. Di sana kami melihat Sansita dan suami barunya. Tak sengaja kami mendengar Ronald sudah bebas. Kami tak tahu bebasnya Ronald hari ini atau hari sebelumnya. Jadi kami memutuskan untuk menyelidikinya. Ada sebuah toko alat pancing tak jauh dari sana. Ada CCTV yang terpasang dan kebetulan di depannya ada dijual bahan bakar eceran. Renvier mengenali itu mobil Ronald. Tapi ternyata yang keluar dari mobil Ronald adalah Jonan. Dari sana kami menyimpulkan bahwa Jonan yang membebaskan Ronald. Lalu aku dan Re

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   143. MOMENT MENCENGKAM

    Jonan terusir dari rumah Vannia. Dia dikeluarkan oleh dua satpam dari sana. Namun, Jonan rupanya sudah mempunyai rencana lain. Tak lama setelah ia terusir, sebuah mobil datang. Dari dalam mobil itu, keluar Ronald dengan pakaian pengantar paket makanan."Aku gagal masuk karena mereka sudah mengetahui tujuanku," ucap Jonan."Baiklah. Berarti giliranku untuk bergerak. Kau bersembunyilah sebentar, Ayah," ucap Ronald. Ia memberikan sebuah pistol pada Jonan tanpa banyak bicara.Ronald menekan bel gerbang rumah dua kali. Tak lama sebuah pintu kecil yang ada di bagian pinggir pagar terbuka. Satpam menilik keluar. Ronald pun mengangkat satu kotak pizza di tengannya. Tanpa rasa curiga, satpam itupun membuka pagarnya. Pada saat satpam ingin menerima pesanan, Ronald membuka lebar gerbangnya. Pada saat yang sama Jonan datang dan menembak satpam itu.Suara tembakan dari luar membuat Vannia dan Anya sungguh sangat terkejut. Mereka berdua mengintip dari jendela. Tampak Ronald datang memegang sebuah p

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   142. TAMU YANG HARUS DIHINDARI

    Zein dan Renvier akhirnya menemukan informasi tentang keberadaan Ronald. Dari kamera CCTV yang tak jauh dari hutan. Tepatnya di sebuah toko alat pancing. Mereka menemukan mobil yang biasa dikendarai oleh Ronald singgah di depan toko alat pancing yang juga menjual bahan bakar eceran di depan tokonya. Dari mobil itu keluar Jonan yang berbicara pada pemilik toko untuk mengisikan bahan bakar mobilnya."J-Jonan?" Renvier nyaris tak percaya jikalau yang ia lihat benar-benar adalah Jonan, ayahnya Anya. "Jonan siapa?" tanya Zein yang sedari tadi ikut menatap layar komputer yang memutar video CCTV."Jonan adalah ayah kandung Anya. Anya tak mengakuinya ayahnya karena ayahnya bukan orang kaya. Malah mengakui kekasih baru ibunya sebagai ayahnya. Tapi aku heran. Mengapa Jonan melakukan ini semua? Baru beberapa hari yang lalu aku menghadiri acara pernikahan ibunya Anya dengan kekasihnya. Aku berangkat bersama dengan Jonan. Entah apa yang terjadi pada Jonan dan Sansita waktu itu, karena aku sibuk d

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   141. MAAFKAN AKU, VANNIA

    Anya benar-benar seperti orang gila. Ia baru saja mendapatkan kabar dari ibunya jikalau Ronald telah kabur dari tempat penyekapan. Anya tak tahu harus bagaimana. Ronald sudah pasti akan mencarinya dan menuntut balas. Ada beberapa kemungkinan yang akan dilakukan Ronald. Pertama dia akan untuk membunuh Anya. Kedua Ronald akan datang untuk merebut Cia. Dan ketika Ronald akan datang untuk membongkar semuanya pada Renvier bahwa dirinya adalah suami dari Anya."Aaaaaaaaarghhh!" teriak Anya di kamar mandi histeris karena kusutnya pikirannya saat ini.Anya menangis sejadi-jadinya di kamar mandi. Di bawah air shower gadis itu bersimpuh dengan kesedihan yang benar-benar kacau. Begitu banuak yang ia khawatirkan hingga bingung harus melakukan hal apa untuk berlindung."Apa yang harus aku lakukan? Ronald telah bebas. Dia pasti sedang memulihkan tenaganya untuk datang menemuiku. C-Cia putriku akan dalam bahaya. Tidak. Aku tidak akan membiarkan putriku dibawa oleh Ronald. Tidak akan," racau Anya."K

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   140. RONALD KABUR

    Zein tak langsung mengantar Renvier ke rumah, melainkan mampir ke sebuah kafe untuk minum kopi sambil membicarakan tentang misi mereka untuk menangkap kedua mangsa mereka yaitu Anya dan Ronald. Di sebuah ruangan private itu mereka sedang menunggu kedatangan orang suruhan Renvier yang sedang menyelidiki keberadaan Ronald saat ini.Tak lama yang ditunggu datang. Pria dengan perawakan tinggi besar memasuki ruangan itu, lalu memberikan laporan pada Renvier. Usai ia, Renvier menyuruhnya pergi."Coba aku lihat," ujar Zein.Renvier membuka berkas itu, lalu menyusunnya di meja agar Zein bisa melihat apa isi dari berkas itu. Ternyata potret-potret Ronald yang dibawa oleh dua orang dari kediamannya. Namun, Ronald tampak tak sadarkan diri."Dia diculik?" tanya Zein tak menyangka."Kupikir begitu. Dia diculik dari rumahnya. Lantas, siapa yang merencanakan ini semua?" tanya Renvier juga sama bingungnya.Zein tiba-tiba menunjuk ke arah pintu. "Lihat! Bukankah ini Anya? Ini seperti Anya. Perawakanny

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   139. BEKERJA SAMA DENGAN MUSUH

    "Wah, ada Paman Renvier!" seru Gevano yang duduk di kursi depan meja makan.Vannia yang sedang menyajikan sarapan, menoleh ke arah dua pria yang baru saja menghampiri meja makan. Tampak Renvier lebih baik kondisinya dari tadi malam."Duduklah. Aku akan ambil piring tambahan," ucap Vannia."Terima kasih," ucap Renvier.Renvier duduk di samping Geira. Posisinya tepat di hadapan Zein yang menatapnya tajam. Renvier menghela napas jengah, ia terganggu dengan tatapan pria itu."Bisakah kau jangan menatapku dengan mata melotot seperti itu? Aku berjanji tak akan macam-macam," pinta Renvier."Aku tak melotot. Aku hanya memperingatimu.""Aku tahu itu. Setelah ini aku juga pulang," sahut Renvier merengut.Vannia meletakkan satu piring lagi di hadapan Renvier sebelum ia duduk di samping Zein."Sayang, kau mau sop ayam?" tanya Vannia pada Zein."Tentu. Aku ingin banyak wortel dalam piringku," sahut Zein tersenyum."Aku akan ambilkan," sahut Vannia dengan telaten menyediakan makanan dan lauknya unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status