Langkah kecil gadis itu mendekati pintu, tanpa berprasangka apapun, dia pikir jika yang datang ke apartemen ini hanyalah Davian, selebihnya tidak ada.
Hingga saatnya, pintu apartemen terbuka, Vemilla sungguh tercengang, tubuhnya membatu kala dia mengetahui yang datang bukanlah Davian. Melainkan .... "Lah, kamu siapa gadis cantik? Kok bisa ada di apartemen Davian, sih?" "Apa kita salah unit, ya?" sahut yang lain seraya menyibuk ke nomor pintu. "Bener, kok. Gak salah, kamu ...?" Tiga pria berparas menarik berdiri di depan Vemilla, mereka bingung akan kehadiran gadis itu di dalam apartemen milik sahabatnya. Semuanya menjadi diam tanpa ekspresi, kebingungan dengan situasi ini. Vemilla apalagi, gadis itu menjadi kikuk di ambang pintu. "H-hai ..., kakak-kakak semuanya, kalian ini siapanya Kak Davian, ya?" Salah satu cara untuk membunuh kecanggungan itu, ya, bertanya.Refleks, Johan dan Sabrina melempar pandangan mereka pada Reyhan di meja sana, merapikan banyak barang miliknya, menyampirkan tas setelah semuanya dirasa lengkap, Reyhan datang dengan sisa-sisa rasa takutnya.Menghadap pada Johan dan Sabrina. "Maaf, Tuan dan Nyonya Gustavara, seperti yang saya katakan tadi, saya cukup tertarik dengan kerjasama ini, ditambah putri kalian yang cantik, tapi ...," urainya diakhiri dengan bibir mencebik gelengan kepala.Tatapannya layu, meleleh ke bawah. "Jika lawannya adalah Pak Davian, saya rasa lebih baik mundur, selain karena perusahaannya yang dia kelola memiliki pamor yang cukup kuat, latar belakang keluarganya juga gak main-main."Siapa? Keluarga mana?Davian? Lahir di keluarga manakah lelaki ini? Sabrina dan Johan sibuk menerka-nerka. Saat, Reyhan melenggang keluar dari ruangan, ditinggalkan tanpa ada kata pamitan, perjanjian batal secara instan."Pah, Papa beneran gak tahu siapa Davian sebenarnya? Dar
Secara impulsif gadis itu mendongak, bahkan sedu yang tersisa tadi mendadak lenyap, kini hanya mata memerah dan rintik air mata yang tertinggal di ujung mata gadis ini."Ma-af, Kak, aku hanya ketakutan, aku takut kakak terlambat dan aku terpaksa masuk agensinya sekaligus menikah dengan pria yang membuatku takut," urai Vemilla.Kali ini gadis itu benar tidak tertunduk, parasnya tegas menatap lurus padanya. Namun, kali ini Davian yang terkejut, mata kirinya berdenyut. Petra membawa berita akurat.Ini yang mengejutkannya, Davian pikir, Sabrina dan Johan masih memiliki hati nurani, tetapi sepertinya pandangan itu tak bisa pria ini agungkan lagi, faktanya dua manusia itu memang pemeras anak kandung mereka sendiri.Davian mendengus, dia tertawa setelahnya, sempat menjulurkan lidah dan menyapu bibir, matanya yang tenang mendadak mendelik, tajam. "Pernikahan?" Kernyit di sekitar alis dengan leluasa ia mengeras."Mohon maaf Tuan dan Nyonya Gustavara, kalian berniat menjual putri kalian?" decit
Memberontak atas keputusan yang harusnya dia sendiri memilihnya. Sabrina beranjak dari kursi, menyudutkan tatapan perintah pada Vemilla, pergerakan matanya memerintah gadis itu untuk tenang dan kembali duduk."Illa ..., duduk dulu, kita emang belum ngobrol, tapi ini untuk kebaikan kamu, Reyhan anak yang baik, kamu akan bahagia, Sayang." Sabrina berusaha baik dan hangat di depan Reyhan.Akan tetapi, kata-kata Sabrina justru menjadi trauma mengerikan bagi Vemilla, embun di mata gadis itu perlahan menjadi lautan air mata, membasahi pipi, hingga sekujur tubuhnya gemetaran."Ini hidupku Mah! Pernikahan ini perkara serius," berontak Vemilla menggelengkan kepala.Semakin larut bersama waktu, tubuh gadis itu kian menjauh. "Oke! Aku bisa dijadikan boneka oleh kalian, diarahkan kesana-kemari tanpa bertanya, aku hanya bagian terkejut dan menerima, tapi ini?" Kernyir wajah Vemilla.Embusan napas semakin lama semakin merendah, Vemilla frustasi, dia me
Gadis cantik, muda, yang terpenting belum ternoda oleh lelaki manapun, begitulah pikiran Reyhan terhadap Vemilla. Sabrina berkata demikian tidak lebih hanya ingin menampilkan kesan baik dari putrinya yang terlihat lugu dan tenang.Justru dari cara bicaranya, Vemilla mengetahui tujuan utama dari pertemuan ini. Paras gadis itu mengeras, matanya sengaja disipitkan sampai napasnya menderu dengan kasar."Saya pernah pacaran," celetuk Vemilla mematahkan usaha sang mama.Benar saja. Sabrina segera melempar kilatan tajam matanya pada sang putri, pertukaran tatapan yang menukik itu membuat Vemilla menjatuhkan pandangan secara spontan.Sabrina segera mendekat dan merangkul paksa putrinya, dia remas kasar bahu Vemilla, memberikan peringatan pada putri semata wayangnya ini, wanita berpakaian modis itu menyeret paksa sang putri mendekati pria di depannya."Ah itu, cinta monyet aja, lagipula putri kami terlalu polos, dia mudah dibohongi sama laki-laki
Merias wajah setipis mungkin. Namun, tetap tampil cantik dan segar, usai itu, Vemilla mengenakan sepatu sneaker dengan warna senada dengan pakaiannya, lalu keluar dari kamar dengan menyampirkan tas di tubuhnya.Menenteng hadiah yang dia siapkan, menuruni tangga dengan penuh bahagia, senyuman merajalela di wajahnya, begitupun dengan sorot matanya yang tampak berbinar, riang dan cerianya gadis ini."Aku ingat, kalau Kak Ian pernah bilang kalau Kak Davian itu suka mengoleksi dasi dan jam tangan," imbuhnya sepanjang dia berjalan keluar dari rumahnya.Mengayun bingkisan kecil di tangannya ke depan dan kebelakang secara bergantian. "Jadi, aku pesankan dasi edisi spesial brand kesukaan Kak Davian kemarin, semoga dia su—"Degh!Senyuman dan riang meriah penampilan gadis ini mendadak redup, tatapan penuh bahagia seketika merendah, ia luruh, meleleh jauh ke dasar paling mengerikan.Vemilla berjalan gontai ke hadapan orangtuanya yang tiba-t
Davian mengelola perusahaan agensi yang menaungi karir para model pria ataupun wanita, anak-anak didiknya tidak hanya diarahkan sebagai wajah atau pergawan/peragawati sebuah brand.Melainkan dididik menjadi bintang, dituntut bisa berakting juga skill lainnya, hanya fokusnya mengembangkan mode dan menjadi wajah-wajah segar bagi brand-brand di luar sana.Dengan alasan ini Davian menyiapkan tim desainer dan tim lainnya untuk mengantisipasi adanya kelalaian dari brand yang bekerjasama dengannya, di luar sana Davian berinvestasi di perusahaan fashion, kecantikan dan memiliki universitas yang melahirkan bintang-bintang baru."Bagaimana hasilnya?" tanya Davian berjalan cepat memaayki lift khusus yang dimana hanya dia dan sekretarisnya yang bisa menggunakan lift tersebut.Petra mengiringi langkah Davian dengan seimbang. "Perusahaan yang dipimpin Reyhan, sesuai dengan brosur, nama perusahaannya Prima Arc, basis kesuksesannya belum mencapai standar, mereka