Refleks, Johan dan Sabrina melempar pandangan mereka pada Reyhan di meja sana, merapikan banyak barang miliknya, menyampirkan tas setelah semuanya dirasa lengkap, Reyhan datang dengan sisa-sisa rasa takutnya.
Menghadap pada Johan dan Sabrina. "Maaf, Tuan dan Nyonya Gustavara, seperti yang saya katakan tadi, saya cukup tertarik dengan kerjasama ini, ditambah putri kalian yang cantik, tapi ...," urainya diakhiri dengan bibir mencebik gelengan kepala.Tatapannya layu, meleleh ke bawah. "Jika lawannya adalah Pak Davian, saya rasa lebih baik mundur, selain karena perusahaannya yang dia kelola memiliki pamor yang cukup kuat, latar belakang keluarganya juga gak main-main."Siapa? Keluarga mana?Davian? Lahir di keluarga manakah lelaki ini? Sabrina dan Johan sibuk menerka-nerka. Saat, Reyhan melenggang keluar dari ruangan, ditinggalkan tanpa ada kata pamitan, perjanjian batal secara instan."Pah, Papa beneran gak tahu siapa Davian sebenarnya? DarMulanya Vemilla tak ingin Davian mengetahui soal ini, dia hanya ingin menjadi rahasia selamanya, menjadi cheft khusus cake birthday di hari spesial Davian.Namun, dia lupa memberi peringatan pada teman-teman sahabat kakaknya, berakhir gadis ini menjadit tersipu malu, wajahnya merah mengembang.Menunduk. Bersembunyi di balik tawa sekecil cahaya. "Kak Ian selalu bilang kalau ini cake birthday untuk sahabat baiknya, waktu itu aku hanya berpikir jika sahabat baik ini pasti yang oaling diperhatikan Kak Ian," imbuhnya menyisakan rasa malu di simpul senyumnya.Menoleh sejenak, dan menyaksikan betapa tampan dan memesonanya sahabat sang kakak. "Kemudian, kemarin aku tahu kalau sahabat baik yang dimaksud Kak Ian itu adalah Kak Davian."Ah, Davian tersipu. Tersanjung bukan main. Butiran senyum di wajahnya menyebar secara berkala, beberapa kali dia menyapu wajah dan menyugar rambutnya, berdiri tegak dan membenamkan tangannya ke dalam saku celana."Te
Paras tampan Davian ketara menanggapi hal ini dengan serius, bahkan selama beberapa menit, mata pria ini tetap teguh dan tidak pernah berkedip. "Lalu ...?"Zay menambahkan setelah dia menukar pandangan terlebih dulu dengan dua temannya. "Kita cuman mengatakan kalau kita bingung nyari cake birthday di mana, soalnya seleramu unik, sulit ditemukan di toko biasa."Mendengar kata 'seleramu unik' dari mulut Zay, secara spontan Davian berdecak dan mencebik. "Oke, apalagi?""Setelah kita ungkit soal itu, Illa baru ngomong, kalau Ian suka minta dia buat lemon layer cake setiap tanggal 20 Oktober, dan kita sadar saat itu, kalau Illa yang buat kuenya." Firman menjelaskan lebih terperinci.Degh!Tembus ke jantung, tepat. Mendebarkan pula terharu sekaligus tak percaya, jika selama ini lidahnya dimanjakan oleh kepiawaian tangan gadis kecil itu, netra Davian secara spontan berjalan ke arah dimana Vemilla berada."Jadi, hari ini kue ini Illa yang buat?" tanyanya dengan tatapan tak percaya."Iya." Ser
Refleks, Johan dan Sabrina melempar pandangan mereka pada Reyhan di meja sana, merapikan banyak barang miliknya, menyampirkan tas setelah semuanya dirasa lengkap, Reyhan datang dengan sisa-sisa rasa takutnya.Menghadap pada Johan dan Sabrina. "Maaf, Tuan dan Nyonya Gustavara, seperti yang saya katakan tadi, saya cukup tertarik dengan kerjasama ini, ditambah putri kalian yang cantik, tapi ...," urainya diakhiri dengan bibir mencebik gelengan kepala.Tatapannya layu, meleleh ke bawah. "Jika lawannya adalah Pak Davian, saya rasa lebih baik mundur, selain karena perusahaannya yang dia kelola memiliki pamor yang cukup kuat, latar belakang keluarganya juga gak main-main."Siapa? Keluarga mana?Davian? Lahir di keluarga manakah lelaki ini? Sabrina dan Johan sibuk menerka-nerka. Saat, Reyhan melenggang keluar dari ruangan, ditinggalkan tanpa ada kata pamitan, perjanjian batal secara instan."Pah, Papa beneran gak tahu siapa Davian sebenarnya? Dar
Secara impulsif gadis itu mendongak, bahkan sedu yang tersisa tadi mendadak lenyap, kini hanya mata memerah dan rintik air mata yang tertinggal di ujung mata gadis ini."Ma-af, Kak, aku hanya ketakutan, aku takut kakak terlambat dan aku terpaksa masuk agensinya sekaligus menikah dengan pria yang membuatku takut," urai Vemilla.Kali ini gadis itu benar tidak tertunduk, parasnya tegas menatap lurus padanya. Namun, kali ini Davian yang terkejut, mata kirinya berdenyut. Petra membawa berita akurat.Ini yang mengejutkannya, Davian pikir, Sabrina dan Johan masih memiliki hati nurani, tetapi sepertinya pandangan itu tak bisa pria ini agungkan lagi, faktanya dua manusia itu memang pemeras anak kandung mereka sendiri.Davian mendengus, dia tertawa setelahnya, sempat menjulurkan lidah dan menyapu bibir, matanya yang tenang mendadak mendelik, tajam. "Pernikahan?" Kernyit di sekitar alis dengan leluasa ia mengeras."Mohon maaf Tuan dan Nyonya Gustavara, kalian berniat menjual putri kalian?" decit
Memberontak atas keputusan yang harusnya dia sendiri memilihnya. Sabrina beranjak dari kursi, menyudutkan tatapan perintah pada Vemilla, pergerakan matanya memerintah gadis itu untuk tenang dan kembali duduk."Illa ..., duduk dulu, kita emang belum ngobrol, tapi ini untuk kebaikan kamu, Reyhan anak yang baik, kamu akan bahagia, Sayang." Sabrina berusaha baik dan hangat di depan Reyhan.Akan tetapi, kata-kata Sabrina justru menjadi trauma mengerikan bagi Vemilla, embun di mata gadis itu perlahan menjadi lautan air mata, membasahi pipi, hingga sekujur tubuhnya gemetaran."Ini hidupku Mah! Pernikahan ini perkara serius," berontak Vemilla menggelengkan kepala.Semakin larut bersama waktu, tubuh gadis itu kian menjauh. "Oke! Aku bisa dijadikan boneka oleh kalian, diarahkan kesana-kemari tanpa bertanya, aku hanya bagian terkejut dan menerima, tapi ini?" Kernyir wajah Vemilla.Embusan napas semakin lama semakin merendah, Vemilla frustasi, dia me
Gadis cantik, muda, yang terpenting belum ternoda oleh lelaki manapun, begitulah pikiran Reyhan terhadap Vemilla. Sabrina berkata demikian tidak lebih hanya ingin menampilkan kesan baik dari putrinya yang terlihat lugu dan tenang.Justru dari cara bicaranya, Vemilla mengetahui tujuan utama dari pertemuan ini. Paras gadis itu mengeras, matanya sengaja disipitkan sampai napasnya menderu dengan kasar."Saya pernah pacaran," celetuk Vemilla mematahkan usaha sang mama.Benar saja. Sabrina segera melempar kilatan tajam matanya pada sang putri, pertukaran tatapan yang menukik itu membuat Vemilla menjatuhkan pandangan secara spontan.Sabrina segera mendekat dan merangkul paksa putrinya, dia remas kasar bahu Vemilla, memberikan peringatan pada putri semata wayangnya ini, wanita berpakaian modis itu menyeret paksa sang putri mendekati pria di depannya."Ah itu, cinta monyet aja, lagipula putri kami terlalu polos, dia mudah dibohongi sama laki-laki