Bunga lilac kesukaan Vemilla menunjukkan pesonanya pada sang pencinta, gadis itu menyeringai luas, dia sambar buket bunga dari penggemar yang dimaksud sang kakak, dia antusias mendapatkan bunga pertama yang dia terima dari seorang penggemar.
"Hah ...? Kak, ini seriusan aku dapet buket bunga sebesar dan secantik ini dari penggemar di luar negeri?" Antusiasnya menunjukkan jika gadis ini sedang tidak memercayai jika pertunjukkannya bisa memukau seseorang.Radzian menganggukkan kepala dengan penuh semangat. "Iya dong, penampilan adik kakak ini 'kan emang bagus, ini menandakan kalau kamu udah melakukan yang terbaik," pujinya pada sang adik.Merekah bagai bunga mawar yang baru saja lepas dari dekapan embun, gadis itu memejamkan mata sambil meluaskan senyum; menghirup aroma serbuk bunga Lilac putih dalam pelukannya.Ia semakin berkembang seperti ombak di laut, meliuk indah, sorot mata gadis ini memancarkan betapa bahagianya dia. Radzian sungguh berbahagiSerpihan momen itu seperti puzzle yang mesti disusun menjadi permukaan yang utuh, Juan tidaklah bodoh, dia cukup cerdas untuk menyusun serpihan momen yang dia saksikan sendiri.Bergerak cepat dia dari jajaran sponsor besar acara kompetisi pertunjukan itu, berlari ke sudut ruangan bersama wanita mata-mata yang dia perintah."Jangan bilang, mantan kekasih Giovanni itu ...." Juan berusaha menekankan bahwa dugaannya salah.Namun, sayang sekali. Dugaannya kali ini seratus persen benar, wanita mata-mata itu menggelengkan kepala. "Istri Pak Davian Antareksa Villarius, mereka baru saja menikah."Si al!Juan membungkam, netranya terbelalak tak habis pikir, dia terhempas ke dinding. "Giovanni benar-benar menumbalkanku dalam masalah besar," keluh Juan tak segan-segan dia menjambak rambut dengan rahang mengeras."Kenapa saya gak tahu? Pernikahan mereka tersebar, atau enggak?" Termangu dia memikirkan ada berapa banyak masalah jika dia menyentuh istri dari Davian."Tersebar luas, berita ini sempat
Xavender si a lan! Bisa-bisanya aku gak sadar kalau Giovanni ini sangat licik, mereka menjebloskan orang lain yang mereka bayar, lalu mereka menciptakan kejahatan lain? Batin Davian menggerutu sampai kepalanya terasa panas seolah ada letupan api di atas kepala.Di sisi lain, Di antara deretan peserta yang berjajar rapi di sudut panggung, para Ballerina yang telah menampilkan kebolehan mereka beberapa saat tadi, tampak tegang, menantikan pengumuman yang menentukan siapa yang terbaik tahun ini.Vemilla berada di jajaran paling belakang, didampingi Theliza dan beberapa rekan lainnya, ketika nama 'Juan Xavender' dikumandangkan, gadis itu sempat menyipitkan matanya.Juan Xavender? Apa dia yang dikatakan sama Kak Davian, dia ..., pamannya Giovanni? Juan Carlos Xavender?Selama pacaran kayaknya aku terlalu acuh, jadi gak pernah tahu keluarganya siapa aja, ini masalah banget.Batin Vemilla mulai gelisah.Jiwanya terpental entah ke mana, dia merasa dirinya tengah terbang ke area yang tak terja
Setelah berita pernikahannya dengan Davian menyebar luas, ternyata masih ada beberapa orang yang masih tidak mengetahui statusnya sebagai istri dari seorang CEO agensi model seperti Ligh and Sun Modelling.Vemilla menanggapinya dengan santai, bahkan tak menaruh kecurigaan lebih pada wanita yang tiba-tiba datang dan bertanya hal demikian. "Iya, itu Pak Davian Antareksa Villarius, hubungannya dengan saya, suami saya," ungkapnya dengan polos.Suami?Bola mata wanita membesar, pupilnya mengembang bagai kapas yang terendam air, perlahan dia mengendur dan berpamitan. "Ah, oke, terima kasih."Vemilla menguncupkan bibir, bingung. "Ada apa dengan wanita itu?" Gadis itu mengerutkan dahi."Aneh banget. Apa dia gak baca berita? Bukannya pernikahanku tersebar luas? Kak Devianza yang dari Singapura aja sampai datang ke sini," sambung Vemilla.Meskipun penasaran dengan wanita itu, Vemilla tetap tenang dan kembali ke ruang istirahat, sementara D
Davian terlena oleh permainan yang dia mulai, semakin erat, bibir lelaki itu melekat, mengunci permainan lebih lengket dari seharusnya.Mereka terjerat has rat dan menikmatinya sampai Devianza menghentakkan kaki dan berputar pergi, meninggalkan pasangan yang tidak berhenti saling menc*mbu.Kemudian, Davian menghentikan aksinya. Mereka tersengal-sengal di akhir permainan yang nyaris menembus batasan-batasan karena hubungan itu hanya sebagai benteng."Sorry, dia gak akan pergi kalau sampai kita tidak menunjukkan apapun," ungkap Davian segera memeluk istrinya.Vemilla menggila karena aksi suaminya, juga ini adalah ci*man pertamanya, Davian merampasnya secara mendadak, tanpa memberikan ruang bagi gadis itu untuk menepis atau membuat kesepakatan bersama.Hati yang berdebar, terkejut, sekaligus bingung, gadis itu terus mengulang napas, memompa dirinya untuk kembali, setelah masa-masa tadi dirampas oleh Davian dan gejolak has rat dari ke-duanya.
Habis sudah. Rasa cinta yang mulai tumbuh di hati Vemilla secara diam-diam harus hancur dan mendapatkan sebuah fakta, jika dirinya memang bukan bagian dari rencana hidup Davian. Hati gadis cantik berkulit putih itu tersisih, pedih rasanya dia menyadari kenyataan pahit ini, Vemilla terhenti di lorong yang membawanya ke ruang ganti para Ballerina, dia tertunduk lirih, membujuk dirinya dengan pikirannya. "Illa ..., sepertinya cinta pertamamu harus terpatah dan hancur tanpa permulaan, ini kesalahanmu, hadir saat Kak Davian masih terikat dengan mantannya," kata Vemilla bertatapan sendu. Gadis itu melaju dengan langkah lirih dan mendayu, lemah, sementara Davian menggeram, kesal, di hadapan sang mantan kekasih, tatapannya menyala dengan embun mulai berkaca-kaca di kelopak mata. Frustasi dia menyugar rambut sampai menepuk leher satu kali. "CUKUP!" bentak Davian membuat Devianza melompat ke belakang. Raganya bergetar,
Kendatipun panggilan lantang itu membuat Davian terkejut sampai jantungnya berdegub, hebat, lelaki itu dengan tenang menoleh tanpa mengubah posisi berdiri.Kemudian dia berjalan melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Seraya mengayun langkah, dua tangannya secara spontan membenam ke dalam saku celana, di sisi lain angin dan dedaunan beterbangan mengiringi langkahnya."Berisik," jawabnya ketus, tak lupa lirikan matanya yang tajam dan tegas.Demikianpun dengan Vemilla dan Johan, dua insan itu mendengar sebuah nama tak asing melantang, mereka menoleh ke depan dan menyaksikan Davian yang berjalan ke arahnyaVemilla agak mematung di posisinya. Seraya meremas buket bunga pemberian papanya, gadis itu diam-diam membaca ekspresi wajah yang ditunjukkan Davian.Kak Davian, kenapa? Kayaknya lagi kesel, mukanya kayak mau nerkam orang. Batin gadis itu mengurai pendapatnya.Johan memutar tubuh dan menghadap pada Davian. "Kamu dari mana? Kamu