Johan dibuat mati kutu, tubuh yang teronggok di atas ranjang melebur bersama perasaannya yang tak karuan, ia adalah kesedihan yang terlambat, rasa kecewa yang sudah tak lagi berguna, pula rasa bersalah yang terasa hambar.
Lelaki bertubuh tinggi sedikit berisi itu menoleh layu pada Davian, menatap sahabat putranya dengan perasaan bimbang, ingin marah atau mengutuk lelaki itu atas kata-kata kasarnya, tetapi dirinya jauh lebih buruk."Maksudmu?" tuntut Johan dengan napas memburu.Johan merangkak berdiri di atas dua kakinya, dia mendekat pada Davian, dua pasang mata saling terjalin, satu dengan tatapan panas, tetapi penasaran, dan satu lagi menatap dengan kemarahan dan rasa kesal yang telah menumpuk di hati dan kepala.Davian menegakkan bahu dan dadanya yang bidang, dua tangan sengaja dibenamkan ke dalam saku celana. "Ya," katanya singkat.Kemudian, senyum meremehkan mengukir eksistensinya di bibir Davian. "Putra Anda gak pernah bahagia menjaSialnya, Vemilla sempat setuju dengan pendapat itu, dalam beberapa hal respon yang Davian berikan padanya, kemungkinan dalam penjagaan ketat itu bisa saja terjadi, kemudian dia menempatkan dirinya sebagai orang yang bukan bagian dalam hidup Davian.Gadis itu diam-diam tersenyum sambil menenteng piring dan gelas minumannya. "Bisa iya, bisa juga enggak," katanya.Theliza selesai mengambil hidangan malam pesta dan segelas minuman serupa dengan apa yang dipilih oleh Vemilla."Kenapa kamu berpikir begitu?" Theliza bertanya-tanya.Bukankah, Davian begitu memerhatikan istrinya, sudah tentu semua hal itu bukan hanya berdasarkan rasa tanggungjawab atas janji yang dia ucapkan pada mendiang Radzian.Dua gadis itu beranjak dari meja hidangan, berjalan je standing meja dan menyantap dessert itu di sana, satu suapan blackforest mendadat sempurna, lumer di lidah, rasa manis, sedikit pahit dan aksen rasa gurih menyatu dengan nikmat."Kak Davian
Tahun yang mengesankan dalam hidup Vemilla, gadis Ballerina itu mengernyitkan, kebingungan, alis kiri terangkat saat kepalanya miring sebagian kecil ke arah berlawanan.Selama beberapa detik, bola mata Vemilla sempat hanyut pada pikirannya, menduga-duga maksud dari sang suami. "Maksudnya ...? Kak Davian tahu sesuatu tentang tahun itu?" Polosnya gadis itu malah balik bertanya.Tidak mencurigai bahwa pria itu ada di depan matanya. Vemilla menambahkan apa yang belum tuntas dia ucapkan. "Apa Kak ian ngasih tahu semuanya?"Ya Tuhan ..., pantas aja kakaknya begitu protektif, ternyata gadis ini memang polos, dia terlalu positif memandang segala hal.Inilah kenapa dia bisa jatuh ke tangan Giovanni, hanya bermodalkan kasihan, padahal hatinya gak pernah untuknya.Aku penasaran, laki-laki seperti apa yang bisa membuatnya jatuh hati, jika hari itu terjadi, mungkin aku harus rela melepaskannya.Batin Davian terus bersua disisipi senyum kecil
Serpihan momen itu seperti puzzle yang mesti disusun menjadi permukaan yang utuh, Juan tidaklah bodoh, dia cukup cerdas untuk menyusun serpihan momen yang dia saksikan sendiri.Bergerak cepat dia dari jajaran sponsor besar acara kompetisi pertunjukan itu, berlari ke sudut ruangan bersama wanita mata-mata yang dia perintah."Jangan bilang, mantan kekasih Giovanni itu ...." Juan berusaha menekankan bahwa dugaannya salah.Namun, sayang sekali. Dugaannya kali ini seratus persen benar, wanita mata-mata itu menggelengkan kepala. "Istri Pak Davian Antareksa Villarius, mereka baru saja menikah."Si al!Juan membungkam, netranya terbelalak tak habis pikir, dia terhempas ke dinding. "Giovanni benar-benar menumbalkanku dalam masalah besar," keluh Juan tak segan-segan dia menjambak rambut dengan rahang mengeras."Kenapa saya gak tahu? Pernikahan mereka tersebar, atau enggak?" Termangu dia memikirkan ada berapa banyak masalah jika dia menyentuh istri dari Davian."Tersebar luas, berita ini sempat
Xavender si a lan! Bisa-bisanya aku gak sadar kalau Giovanni ini sangat licik, mereka menjebloskan orang lain yang mereka bayar, lalu mereka menciptakan kejahatan lain? Batin Davian menggerutu sampai kepalanya terasa panas seolah ada letupan api di atas kepala.Di sisi lain, Di antara deretan peserta yang berjajar rapi di sudut panggung, para Ballerina yang telah menampilkan kebolehan mereka beberapa saat tadi, tampak tegang, menantikan pengumuman yang menentukan siapa yang terbaik tahun ini.Vemilla berada di jajaran paling belakang, didampingi Theliza dan beberapa rekan lainnya, ketika nama 'Juan Xavender' dikumandangkan, gadis itu sempat menyipitkan matanya.Juan Xavender? Apa dia yang dikatakan sama Kak Davian, dia ..., pamannya Giovanni? Juan Carlos Xavender?Selama pacaran kayaknya aku terlalu acuh, jadi gak pernah tahu keluarganya siapa aja, ini masalah banget.Batin Vemilla mulai gelisah.Jiwanya terpental entah ke mana, dia merasa dirinya tengah terbang ke area yang tak terja
Setelah berita pernikahannya dengan Davian menyebar luas, ternyata masih ada beberapa orang yang masih tidak mengetahui statusnya sebagai istri dari seorang CEO agensi model seperti Ligh and Sun Modelling.Vemilla menanggapinya dengan santai, bahkan tak menaruh kecurigaan lebih pada wanita yang tiba-tiba datang dan bertanya hal demikian. "Iya, itu Pak Davian Antareksa Villarius, hubungannya dengan saya, suami saya," ungkapnya dengan polos.Suami?Bola mata wanita membesar, pupilnya mengembang bagai kapas yang terendam air, perlahan dia mengendur dan berpamitan. "Ah, oke, terima kasih."Vemilla menguncupkan bibir, bingung. "Ada apa dengan wanita itu?" Gadis itu mengerutkan dahi."Aneh banget. Apa dia gak baca berita? Bukannya pernikahanku tersebar luas? Kak Devianza yang dari Singapura aja sampai datang ke sini," sambung Vemilla.Meskipun penasaran dengan wanita itu, Vemilla tetap tenang dan kembali ke ruang istirahat, sementara D
Davian terlena oleh permainan yang dia mulai, semakin erat, bibir lelaki itu melekat, mengunci permainan lebih lengket dari seharusnya.Mereka terjerat has rat dan menikmatinya sampai Devianza menghentakkan kaki dan berputar pergi, meninggalkan pasangan yang tidak berhenti saling menc*mbu.Kemudian, Davian menghentikan aksinya. Mereka tersengal-sengal di akhir permainan yang nyaris menembus batasan-batasan karena hubungan itu hanya sebagai benteng."Sorry, dia gak akan pergi kalau sampai kita tidak menunjukkan apapun," ungkap Davian segera memeluk istrinya.Vemilla menggila karena aksi suaminya, juga ini adalah ci*man pertamanya, Davian merampasnya secara mendadak, tanpa memberikan ruang bagi gadis itu untuk menepis atau membuat kesepakatan bersama.Hati yang berdebar, terkejut, sekaligus bingung, gadis itu terus mengulang napas, memompa dirinya untuk kembali, setelah masa-masa tadi dirampas oleh Davian dan gejolak has rat dari ke-duanya.