Share

Menjerat Hati Dokter Tampan
Menjerat Hati Dokter Tampan
Author: Niniluv

1. Terjebak Satu Ranjang

Perlahan kelopak matanya terbuka. Liora memijat keningnya yang sedikit terasa pusing. Entah apa yang baru saja terjadi, kesadarannya belum sepenuhnya kembali.

Merasa sesuatu bergerak dari sampingnya, Liora menoleh. Dia menyipitkan pandanganya saat mendapati tubuh seorang laki-laki berada satu ranjang dengannya.

'Siapa dia?'

Liora kembali memejamkan matanya sesaat, berusaha keras mengingat hal yang terjadi padanya tadi malam. Apa mungkin ...

Arka seketika terduduk, saat menyadari keberadaan seorang perempuan asing di sampingnya.

'Apa yang telah terjadi?'

Arka berusaha mengingat, namun sepertinya tak ada satupun kejadian yang terekam jelas dalam otaknya.

Tadi malam, dia memang datang ke sebuah club. Tapi hanya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau. Dan anehnya, kenapa dia justru berakhir di ranjang bersama dengan perempuan yang sama sekali tak dikenalnya?

Dia segera menepis pemikiran buruk yang mulai terlintas di kepalanya.

'Tidak mungkin aku melakukan itu.'

Bergegas, Arka mulai memungut baju miliknya yang berserakan di lantai, lalu kembali memakainya. Dia berniat untuk segera turun dari ranjang, namun tertahan saat tangannya mendadak dicekal oleh seseorang.

Dia menoleh, perempuan itu kini telah menatapnya.

"Kau mau meninggalkanku?" tanyanya dengan suara parau. "Kau ingin lari dari tanggung jawabmu?"

Arka menautkan kedua alisnya, berusaha mencerna ucapan Liora. Apa mungkin perempuan itu mengetahui apa yang telah terjadi?

Liora memejamkan matanya sesaat. Kepalanya masih sedikit terasa pusing, mungkin karena alkohol yang terlalu banyak masuk ke tubuhnya. Dia berusaha beringsut duduk, sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Kau tidak ingat apapun?" tanya Liora memastikan. Arka tak menjawab, mungkin karena laki-laki itu memang tak ingat sama seperti dirinya. Tapi Liora sangat yakin, pasti telah terjadi sesuatu. "Mungkin, kita sudah melakukannya."

Arka tak mau percaya begitu saja. Jika memang benar Arka melakukannya, kenapa tidak ada satupun ingatan yang muncul di kepalanya tentang perempuan itu?

'Dia menuduhku.'

"Kau bisa pikirkan baik-baik, jika laki-laki dan perempuan berada di satu kamar tanpa pakaian seperti ini lalu apa yang telah mereka lakukan?"

Arka menarik tangannya dari genggaman Liora dengan cukup kasar. Dia menatap perempuan itu dengan sorot tajam. Dan penuh keyakinan dia menjawab, "aku tidak melakukan itu."

Mata Liora membulat, menatap Arka tak percaya. Bagaimana bisa laki-laki itu membantah kenyataan yang sudah jelas buktinya?

"Sepertinya kita bertemu di club tadi malam, dan karena kita sama-sama dalam pengaruh alkohol jadi tidak ada yang bisa menghentikan kita melakukan semua ini. Lihatlah sekarang kita, kau masih ingin membantah bahwa tidak terjadi apapun pada kita tadi malam?"

Arka diam, berpikir sejenak. Tidak mungkin Arka melakukan itu, sekalipun dalam pengaruh alkohol pasti dia bisa mengendalikan dirinya.

Di saat Arka terdiam. Liora memperhatikan wajah lelaki itu dengan seksama. Sesaat, dia mulai terpesona dengan ketampanan laki-laki yang telah tidur dengannya itu.

Bagaimana tidak, Arka memiliki wajah dengan kombinasi sempurna antara ketampanan dan kekharismaan yang memikat. Rahang yang kuat dan tegas, memberikan kesan maskulin yang tak terbantahkan. Alisnya tebal dan terbentuk dengan sempurna, memberikan ekspresi yang tajam dan penuh ketegasan pada wajahnya.

Liora yakin, pasti telah banyak perempuan jatuh hati hanya dalam beberapa detik setelah menatap Arka.

Tanpa sadar, Liora mengukir senyum tipis. Ada kebahagiaan yang timbul di hatinya setelah mengetahui betapa sempurnanya Arka, nyaris tak memiliki kekurangan.

Ini mungkin jadi pertama kalinya Liora tidur dengan seorang laki-laki. Tidak ada kekecewaan di hatinya, justru ini menjadi keberuntungan untuk Liora. Dia tak mungkin akan melepas lelaki itu begitu saja.

Mata tajam Arka kembali mengarah pada Liora, membuat perempuan itu tersadar dari lamunannya.

"Berapa yang harus ku bayar?"

"Aku tidak menerima bayaran. Aku juga tidak menyangka ini terjadi padaku. Apa kau berpikir aku menjual tubuhku hanya demi uang? Tidak! Itu bukan pekerjaanku." Liora tak terima, kenapa laki-laki itu justru berpikir dirinya adalah perempuan bayaran? "Dan kau juga tidak memakai pengaman, bagaimana jika setelah ini aku akan hamil?"

Perkataan Liora justru membuat Arka berpikir, mungkin saja perempuan itu sudah melakukannya dengan banyak laki-laki lain yang tak mau bertanggung jawab. Dan sekarang Arka dijebak, karena terlalu mabuk, kini perempuan itu memanfaatkan Arka dengan menuduhnya agar mendapat pertanggung jawaban.

Arka memutuskan untuk turun dari ranjang. Dengan rahang mengeras dia menjawab, "itu bukan tanggung jawabku!"

Mata Liora melebar, menatap Arka tak terima. "Apa maksudmu? Kau mau melarikan diri dari tanggung jawabmu?"

Tak menghiraukan pertanyaan Liora lagi. Arka melangkah begitu saja, meninggalkan Liora yang masih duduk di atas ranjang.

"Tunggu!" Liora nyaris turun dari ranjang, berniat untuk menahan laki-laki itu. Namun mendadak nyeri di bagian bawah tubuhnya berhasil menghentikan pergerakannya. Liora merintih, "aww."

Kembali dia meluruskan pandangannya. Laki-laki jangkung itu sudah tak ada di sana, dia sudah keluar dari kamar tersebut. Liora berdecak kesal.

"Dia tidak percaya bahwa sudah melakukan itu padaku, hanya karena dia tak mengingat apapun tentang kejadian tadi malam?"

Liora kembali meringis menahan sakit, saat mencoba menggerakkan kakinya nyeri di bagian bawah tubuhnya kembali menyiksa.

"Jika itu tidak terjadi, tidak mungkin tubuhku akan terasa sakit seperti ini." Liora menghela nafas kesal. "Apa dia tidak akan kembali untuk menemuiku? Tapi dia sudah merenggut kesucianku, dia harus bertanggung jawab. Aku tidak rela dia pergi begitu saja! Bahkan aku belum tau siapa namanya, bagaimana caranya aku bisa menemukan informasi tentangnya?"

Tak sengaja pandangan Liora terarah pada sebuah dompet berwarna hitam yang tergeletak di lantai dekat kaki kasur. Karena penasaran, Liora mengambilnya.

Tak menunggu lama, dia membuka dompet itu dan mendapati kartu identitas si pemilik dompet tersebut.

"Arka Diantara?"

Liora terdiam sesaat, setelah membaca nama dalam kartu identitas tersebut. Nama yang tidak asing dalam pendengarannya.

Setelah berhasil mengingatnya, mulut Liora seketika menganga lebar.

"Laki-laki itu ..."

Pandangan Liora kembali mengarah pada pintu kamar yang baru saja dilewati Arka untuk pergi. Dia semakin bersemangat untuk mendapatkan Arka, setelah tau siapa laki-laki itu sebenarnya.

"Pantas saja dia terlihat begitu sempurna."

Mendadak Liora teringat dengan perkataan ayahnya saat terakhir bertemu dengannya. Senyum di bibir Liora semakin terukir lebar.

"Sepertinya aku telah bertemu dengan laki-laki yang tepat, di saat yang tepat."

Liora kembali menatap kartu identitas di tangannya. Dia tak bisa menahan senyum bahagia di bibirnya. Liora berjanji, dia harus bisa mendapatkan Arka bagaimanapun caranya.

Namun mendadak senyum Liora luntur saat teringat sikap Arka padanya beberapa menit lalu. Dia berdecak kesal.

"Dia begitu dingin. Bahkan perempuan secantik diriku saja dia tak hiraukan. Bagaimana cara mengambil hatinya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status