Share

Bab 184

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2025-05-10 21:19:48

Bab 184

"Begini saja, Sheila." Tanpa basa-basi Atta langsung mengambil ponsel dari saku celananya. Muak dengan kehadiran perempuan itu membuat Atta segera mengeluarkan jurus pamungkasnya. "Sebutkan berapa nomor rekeningmu, biar aku transfer."

Atta selalu menyelesaikan masalah wanita dengan transfer atau hadiah mahal. Sejak malam laknat itu, dia menjadi pria yang kaku dan anti dengan hubungan percintaan. Dia hanya menjadi pria yang ramah kepada perempuan yang tidak terobsesi padanya atau hartanya, seperti Alifa, Naira, Maya, dan Aruni.

Pengalaman masa lalu mengajarkannya untuk menilai perempuan.

Seperti biasanya, setiap perempuan yang terobsesi padanya akan mundur secara baik-baik jika dia sudah memberikan apa yang mereka inginkan.

Bukankah begitu?

Namun kali ini agaknya Atta salah prediksi.

"Aku tidak butuh uang. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu. Aku nggak perlu dikasih uang bulanan. Aku nggak perlu dikasih transferan. Aku nggak perlu dikasih barang-barang branded. Cukup ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 184

    Bab 184"Begini saja, Sheila." Tanpa basa-basi Atta langsung mengambil ponsel dari saku celananya. Muak dengan kehadiran perempuan itu membuat Atta segera mengeluarkan jurus pamungkasnya. "Sebutkan berapa nomor rekeningmu, biar aku transfer."Atta selalu menyelesaikan masalah wanita dengan transfer atau hadiah mahal. Sejak malam laknat itu, dia menjadi pria yang kaku dan anti dengan hubungan percintaan. Dia hanya menjadi pria yang ramah kepada perempuan yang tidak terobsesi padanya atau hartanya, seperti Alifa, Naira, Maya, dan Aruni. Pengalaman masa lalu mengajarkannya untuk menilai perempuan. Seperti biasanya, setiap perempuan yang terobsesi padanya akan mundur secara baik-baik jika dia sudah memberikan apa yang mereka inginkan.Bukankah begitu?Namun kali ini agaknya Atta salah prediksi."Aku tidak butuh uang. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu. Aku nggak perlu dikasih uang bulanan. Aku nggak perlu dikasih transferan. Aku nggak perlu dikasih barang-barang branded. Cukup ka

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 183 (Single Dad)

    Bab 183Malam semakin larut. Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya dan menutup laptop, Atta berdiri. Dia merentangkan tangan, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, seraya melirik sesosok mungil yang tertidur lelap di balik selimut di ranjangnya.Setiap malam dia membawa Dita tidur di kamarnya, alih-alih berada di kamar anak-anak bersama dengan Maya. Barang-barang Anindita pun sebagian besar berada di kamarnya. Atta tidak mempersoalkan tatanan ruangan pribadinya ini yang malah bernuansa ala-ala princess. Dari awal, dia memang sangat menyukai balita perempuan yang menggemaskan ini. Dan sepertinya, Anindita pun lebih menyukai tidur di kamar papa angkatnya ketimbang di kamar sendiri. Ini membuat tugas Maya menjadi jauh lebih ringan. Gadis itu bisa tidur nyenyak sepanjang malam sampai pagi tiba. Biasanya di pagi hari Maya akan menjemput Dita untuk memandikan dan menyiapkan segala keperluannya.Sudah berminggu-minggu hal ini terjadi. Atta selalu membawa Dita ke tempat kerjanya. Ber

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 182 (Pria yang payah)

    Bab 182"Kamu sudah nikah, Ta? Kenapa nggak kasih kabar sama aku sih?" rajuk perempuan itu. Dia melirik balita mungil yang tengah duduk di dekat Atta. Dita nampak asyik memainkan puzzle, walaupun tak karuan bentuk bangun yang sedang dia ciptakan.Atta dan Sheila duduk berhadapan, di batasi meja pendek. Mereka duduk lesehan di lantai. Saung yang mereka tempati memang agak jauh jaraknya dari saung lain yang ada di kebun ini, sehingga pembicaraan mereka tak mudah didengar oleh orang lain."Apa penting aku ngasih kabar sama kamu tentang apapun yang terjadi di dalam hidupku? Kenapa kamu begitu percaya diri? Apa kamu merasa sepenting itu dalam hidupku?" Pria itu berkata dengan nada meninggi.Pertemuan yang tak diduga ini membuatnya muak. Sheila, perempuan yang pernah mewarnai masa lalunya, cerita manis dan pahit sekaligus. Berawal manis dan berakhir dengan sangat pahit. Hinaan Sheila yang mengikis habis harga dirinya juga yang membuat Atta sampai saat ini tidak pernah mencoba untuk menjalin

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 181

    Bab 181"Daripada dia tantrum, tambah repot lagi. Kasihan Maya. Mbak Alifa kan sibuk, lagi pula Mbak Alifa harus fokus dengan kandungan Mbak." Pria itu berucap dengan nada yang datar, nyaris tanpa ekspresi apapun. Dia mendekap Anindita dalam gendongannya. Tubuh mungil itu tampak damai dalam tidur, mungkin dia tengah bermimpi indah, sehingga tak perlu mendengarkan pembicaraan tiga orang dewasa yang tengah membahas dirinya."Ya udah, nggak apa-apa. Yang penting putri kamu itu baik-baik saja, Ta." Aariz menengahi. Dia sudah memprediksi bakal terjadi keributan jika meneruskan meladeni tingkah Atta. Pembicaraan ini sangat sensitif. Jangan sampai Atta dan Alifa merasa tidak enak hati, apalagi Alifa. Jangan sampai istrinya merasa bersalah karena merasa menomor duakan anak susuan yang merupakan putri angkat Atta itu.Sebenarnya Aariz tidak pernah membedakan anak-anaknya, hanya saja memang akhir-akhir ini sejak Anindita disapih, perhatian Alifa memang berkurang, karena lebih sering mengurung

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 180

    Bab 180"Mas...." Alifa mendesah. Dia menggenggam tangan sang suami, lalu mengecup ujung jemari Aariz sekilas. "Kalau aku nggak bisa melahirkan anak laki-laki kayak Mama Wardah, apa Mas Aariz akan menceraikanku atau berpoligami?"Pertanyaan yang membuat Aariz seketika membeku. "Hei... Mas kenapa diam?" Alifa mengibaskan tangannya persis di depan mata sang suami."Apa Mas ingin menjawab jika di dalam keluarga El Fata, setiap generasi wajib memiliki anak laki-laki?" Alifa tentu saja berpikir karena Hasyim El Fata berasal dari negara timur tengah, sama seperti syekh Ishak yang garis keturunannya menginduk ke syekh Sulaiman Al-Qurthubi. Pertemuan singkat dengan Zara sedikit banyaknya mempengaruhi jalan pikiran Alifa saat ini.Soal anak. Dia tidak pernah berpikir jika ada keluarga yang begitu mengagungkan anak laki-laki, terutama bagi keluarga-keluarga yang garis keturunannya ditarik dari pihak laki-laki.Baru ia menyadari sekarang jika bukan tidak mungkin keluarga El Fata akan mengungki

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 179

    Bab 179 Barulah Alifa maklum. Dia memang benar pernah mendengar tentang tokoh besar yang sangat terkenal di negeri ini. Dan ternyata suaminya Zara adalah salah satu keturunan dari tokoh itu. Keharusan memiliki anak laki-laki yang membuat pria itu memaksa istrinya untuk hamil lagi anak ke-4 dan berharap jika anak keempat adalah laki-laki, padahal kondisi rahim Zara sudah tidak memungkinkan. "Kita tidak bisa memaksakan takdir, Bu. Anak laki-laki atau anak perempuan mutlak ketentuan Tuhan." "Tapi masih ada jalan, kan? Setidaknya itu menurut versi mereka." Zara tersenyum kecut. "Setiap ikhtiar tentu diperbolehkan, tapi bukan berarti harus mengabaikan keselamatan nyawa istri sendiri." "Asal Ibu tahu, saat ini ada seorang perempuan yang berasal dari keturunan mereka siap untuk menjadi istri kedua suami saya." Mata perempuan itu mengerjap. Zara sudah tidak lagi menangis, bahkan ia menghapus sisa-sisa lembab di wajahnya dengan tisu yang disodorkan oleh Alifa. "Bagaimana jika wanita itu

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 178

    Bab 178Keenan bukan pria yang pelit. Jika kepada keluarganya sendiri terkesan hitung-hitungan, dia hanya sekedar memberikan pelajaran. Mencari uang bukan hal yang gampang, dan dia bukan ATM berjalan.Meski ada beberapa orang yang bergantung hidup kepadanya, dan ia biayai selama ini. Dia sengaja membiarkan ibu dan kedua kakak perempuannya bertahan dengan uang bulanan pas-pasan, agar mereka mau belajar menghargai pemberiannya. Jangan mentang-mentang Keenan adalah anggota keluarga mereka, mereka bisa seenaknya.Itulah kenapa dia terlihat begitu royal dengan Alifa. Alifa diratukan saat menjadi istrinya, bahkan sebelum itu, karena Alifa itu perempuan yang tulus. Bukan cuma sekedar tulus, tapi dia juga berjuang untuk keberlangsungan perusahaan. Rasanya wajar jika Keenan memberikan timbal balik. Alifa tidak sekedar cuma bisa menadahkan tangan, tetapi dia berjuang dan terjun langsung mengurus perusahaan. Para karyawannya hafal betul siapa Alifa.Alifa berbeda dengan ibu dan kedua kakak pere

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 177 (No sex before married)

    Bab 177"Yeah.... Yang mau ketemuan sama duda plus papanya anak asuh...." Maya mengerjap gemas melihat tingkah Naira yang kedapatan berkali-kali mengecek penampilannya di cermin yang ada di kamar anak-anak.Maya dan Naira memang tinggal sekamar dengan anak-anak, karena mereka full menjaga anak-anak itu. Gibran dan Anindita yang sedang aktif-aktifnya."Siapa bilang? Ikatan pada rambutku kendor nanti kalau lepas malah kelihatannya nggak rapi. Kamu kayak nggak tahu gimana aktifnya Gibran kalau sudah di luar ruangan," balas Naira. Gadis itu terlihat salah tingkah. Berkali-kali ia malah melirik arlojinya. Gibran sudah ia siapkan sejak pagi sekali. Dan seperti mendukung keinginan papa dan pengasuhnya untuk bertemu, ia sama sekali tidak rewel untuk dibangunkan. Mandi dan berpakaian rapi. Semua perlengkapan Gibran juga sudah siap. Naira pun sudah menyuapi Gibran untuk sarapan."Bentar lagi," gumam gadis itu tak sadar jika suaranya bisa didengarkan oleh Maya."Iya, sabar dikit kenapa sih?" go

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 176

    Bab 176"Kasihan gimana? Memangnya kamu pikir Mas akan mempermainkan Naira?!"Setiap akhir pekan Naira rutin mendampingi Gibran untuk bertemu dengannya, berakhir dengan menginap di apartemen. Meski gadis itu sering terlihat tidak nyaman saat bersamanya, tetapi Keenan berhasil membuat suasana kembali mencair, sehingga tak ada kecanggungan yang kentara, apalagi saat mereka berada di hadapan ibunya Ina yang bernama Rima itu, bahkan perempuan setengah baya itu benar-benar mengira jika Naira adalah calon istri Keenan. Kebersamaannya dengan Gibran perlahan mulai menumbuhkan rasa keterikatan dalam diri bocah kecil itu. Meski sampai saat ini Keenan masih tetap mengajarkan kepada Gibran untuk memanggilnya Om, demi memenuhi janjinya kepada Alifa. Namun itu tidak mengurangi keakraban di antara mereka. Entah sampai kapan. Mungkin sampai putranya dewasa, barulah bisa mengerti alasan dibalik perpisahan kedua orang tuanya. Tapi meski begitu, Keenan juga tidak bisa menjamin apakah Gibran bisa mener

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status