Bab 191"Cukup, Sheila! Hentikan!"Seorang pria muda bertubuh tegap muncul dari balik pintu, di belakangnya ada wanita paruh baya yang masih tampak cantik di usianya."Kak Bima..." Suara Sheila bergetar. Dia menatap tajam kembarannya yang kini sudah tegak berdiri, berdiri di sisi Bima yang masih saja tak melepaskan tangan dari pinggul perempuan itu."Mau sampai kapan kamu kayak gini, Sel?! Mau sampai kapan, heh? Kakak udah memberi kesempatan yang banyak buat kamu, tapi nyatanya kamu nggak pernah bisa menghargai Shireen!""Karena dari awal dia juga nggak pernah menghargaiku. Seharusnya kami dibesarkan bersama, tapi nyatanya aku malah dibuang!" Matanya mendelik. Kontras dengan wajahnya yang cantik, Sheila terlihat sangat menyeramkan saat marah seperti ini."Nggak ada yang membuang kamu, Sel. Nggak ada yang jahat sama kamu, Sel." Pria itu maju selangkah, berusaha meraih Sheila, tapi tangan perempuan itu mengibaskan dengan kasar."Terserah apapun yang kamu omongkan, tapi yang jelas aku ng
Bab 190Atta bisa merasakan Shireen berbeda dengan Sheila, tetapi bagaimanapun mereka adalah saudara kembar. Bukan tidak mungkin mereka memiliki persaingan dan berniat untuk saling menjatuhkan. Dia pun masih tak mengerti kenapa tiba-tiba saja Shireen datang ke ruang pertemuan itu dan dengan penuh percaya diri mengenalkan diri sebagai saudara kembar Sheila.Shireen tahu bahwa Sheila itu bermaksud ingin kembali kepadanya, bahkan ia bersedia membocorkan informasi yang cukup sensitif, bahwa sebenarnya Sheila memiliki seorang kekasih. Informasi yang persis sama dengan yang diberikan oleh Abi, bahwa Sheila tinggal di sebuah apartemen dengan seorang laki-laki dan kemungkinan laki-laki itu adalah pacarnya.Kenapa Shireen malah mengumbar aib saudara kembar sendiri?Poin ini yang membuat Atta merasa tak nyaman dan sedikit curiga.Atau, apakah ini benang merah yang ingin ia temukan?Atta tidak tahu, namun menyelidiki soal Shireen dan Sheila adalah hal yang mutlak. Dia tidak ingin salah melangkah
Bab 189"Memangnya kenapa jika Shireen meminta kamu mengosongkan rumah itu? Apakah sekarang Sheila tidak punya tempat tinggal?" cecar Atta."Tidak, dia masih tinggal di apartemen....""Di apartemen?!" Dalam benak Atta seketika membayangkan foto yang pernah ia dapat dari Abi.Namun wanita itu justru menangkapkan tangan di dadanya."Saya benar-benar minta maaf sama kamu, karena saudara kembar saya sudah meninggalkan kamu dengan cara yang seperti yang pernah ia ceritakan....""Memangnya apa yang sudah saya ceritakan sama kamu?" pancing Atta."Dia bercerita jika kamu pria yang payah, dan untuk itulah dia meninggalkan kamu. Saya memang pernah bertanya kenapa Sheila tahu jika kamu pria yang payah, sedangkan kalian kan masih pacaran, belum menikah. Tapi Sheila tidak menceritakan secara detail. Apa mungkin kalian pernah akan melakukan...." Perempuan itu tampak ragu untuk meneruskan ucapannya, karena masalahnya ini perkara sensitif yang menyangkut privasi orang lain."Memang benar apa yang ia
Bab 188"Ya udah, sekarang kita pulang ke hotel." Pria itu membungkuk, meraih putrinya, lalu menggendongnya. Sementara Maya mengumpulkan mainan dan memasukkan ke dalam tas besar yang selalu ia bawa saat bepergian dengan anak asuhnya.Maya mengekor langkah lebar Atta meninggalkan ruangan itu. Sebelumnya Atta meminta kepada seorang pelayan untuk membungkus semua makanan yang belum sempat ia makan, karena ia dan Maya akan makan siang di hotel saja. Tidak ada waktu untuk makan siang di sini, karena satu jam lagi dia dan Aruni harus menghadiri rapat dengan para pemegang saham.Kegiatan Atta sebenarnya hari ini cukup padat, hanya saja urusan Sheila mengganggu pikirannya, jadi ia memutuskan untuk meminta bertemu dengan Abi."Maaf Pak, ada kiriman makan siang dari Mbak Sheila," beritahu petugas di bagian resepsionis hotel saat mereka akan melintas dekat meja resepsionis."Oh, ya? Mana?" tanya pria itu dengan nadanya yang datar, meski sebenarnya kembali terkejut. Tumben Sheila perhatian. Dulu
Bab 187"Kamu tahu kenapa saya minta kita bertemu di sini?!" Atta mengeluarkan beberapa foto dari dalam tasnya."Tolong kamu jelaskan kenapa bisa jadi informasi dari kamu dan kenyataan yang saya temui berbeda? Saya menemui Sheila langsung di rumahnya, bukan di apartemen seperti yang kamu informasikan, Abi. Juga tidak ada sosok lelaki yang kamu sebutkan di rumah itu. Saya bahkan sampai berpura-pura ke toilet, hanya untuk melihat-lihat keadaan rumah itu, dan saya nggak menemukan jejak seorang lelaki di sana," imbuhnya tegas. Atta bisa mengontrol emosi dengan sangat baik, walaupun rasanya ia ingin memarahi Abi, karena menganggap Abi sudah memberi informasi yang salah kepadanya."Saya nggak bohong, Mas." Pria muda itu menatap Atta sekilas, sebelum akhirnya mencermati foto-foto itu. "Saya bekerja sangat profesional dan semua informasi saya pastikan akurat. Jika Mas Atta menemui kenyataan di lapangan yang berbeda, pasti akan ada benang merahnya," ujar Abi. Nada bicaranya terdengar penuh k
Bab 186Pria itu menyeringai. Dugaannya benar. Ternyata ada udang di balik bakwan. Sheila jelas memiliki motivasi tertentu saat ingin mendekatinya. Pertemuan di restoran itu ternyata memang tidak disengaja, bukan settingan. Mereka bertemu tanpa sengaja.Pertemuan yang bagi Atta merupakan kesialan, karena pria itu sudah menghapus perempuan itu dari dalam otaknya.Menurut Abi, Sheila memang tengah butuh uang yang banyak. Sheila tinggal di sebuah apartemen dengan seorang laki-laki. Mereka tidak memiliki kejelasan status dan omongan Sheila yang mengatakan tengah bekerja di sebuah perusahaan itu sama sekali tidak benar. Sheila pengangguran, dan hanya sesekali menerima jasa sebagai LC atau lady escort."Kamu nggak pernah berubah, Sel. Dan ternyata benar, dulu aku memang mencintai wanita yang salah. Bodohnya Aku!" Atta menertawakan dirinya sendiri dan juga kakaknya yang malah jatuh cinta kepada wanita yang salah. Namun untungnya Aariz sudah menikah dengan Alifa dan meninggalkan Winda, semen
Bab 185Sebagai orang yang malang melintang di dunia bisnis, tentu Atta tidak bisa dibodohi dengan mudah. Dari gerak-geriknya saja Sheila terlihat begitu mencurigakan. Dia tiba-tiba saja ingin berdekatan dengannya kembali setelah menghilang selama lima tahun. Hal apa yang mendasarinya?Entah kebetulan ataupun memang sengaja dikondisikan pertemuannya di rumah makan itu. Tapi yang jelas, semua harus diselidiki.Namun Atta tidak mau ambil resiko. Meskipun dia sudah hilang uang 20 juta untuk menyogok Sheila agar segera pergi dari ruang kerjanya dan sadar akan posisinya, tapi Atta tentu tidak mau rugi lebih banyak.Pantang baginya untuk kembali kepada orang yang sudah menghinanya habis-habisan.Cinta bagi Atta tidak sebuta itu.Pria itu mendesah. Dia tak habis pikir. Apakah kejadian malam itu adalah cara Tuhan untuk menunjukkan siapa sebenarnya kekasihnya?"Kamu awasi Sheila. Perempuan itu sangat mencurigakan. Nanti saya kirim data-datanya lengkap. Saya ingin tahu apa motivasinya kembali
Bab 184"Begini saja, Sheila." Tanpa basa-basi Atta langsung mengambil ponsel dari saku celananya. Muak dengan kehadiran perempuan itu membuat Atta segera mengeluarkan jurus pamungkasnya. "Sebutkan berapa nomor rekeningmu, biar aku transfer."Atta selalu menyelesaikan masalah wanita dengan transfer atau hadiah mahal. Sejak malam laknat itu, dia menjadi pria yang kaku dan anti dengan hubungan percintaan. Dia hanya menjadi pria yang ramah kepada perempuan yang tidak terobsesi padanya atau hartanya, seperti Alifa, Naira, Maya, dan Aruni. Pengalaman masa lalu mengajarkannya untuk menilai perempuan. Seperti biasanya, setiap perempuan yang terobsesi padanya akan mundur secara baik-baik jika dia sudah memberikan apa yang mereka inginkan.Bukankah begitu?Namun kali ini agaknya Atta salah prediksi."Aku tidak butuh uang. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu. Aku nggak perlu dikasih uang bulanan. Aku nggak perlu dikasih transferan. Aku nggak perlu dikasih barang-barang branded. Cukup ka
Bab 183 Malam semakin larut. Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya dan menutup laptop, Atta berdiri. Dia merentangkan tangan, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, seraya melirik sesosok mungil yang tertidur lelap di balik selimut di ranjangnya. Setiap malam dia membawa Dita tidur di kamarnya, alih-alih berada di kamar anak-anak bersama dengan Maya. Barang-barang Anindita pun sebagian besar berada di kamarnya. Atta tidak mempersoalkan tatanan ruangan pribadinya ini yang malah bernuansa ala-ala princess. Dari awal, dia memang sangat menyukai balita perempuan yang menggemaskan ini. Dan sepertinya, Anindita pun lebih menyukai tidur di kamar papa angkatnya ketimbang di kamar sendiri. Ini membuat tugas Maya menjadi jauh lebih ringan. Gadis itu bisa tidur nyenyak sepanjang malam sampai pagi tiba. Biasanya di pagi hari Maya akan menjemput Dita untuk memandikan dan menyiapkan segala keperluannya. Sudah berminggu-minggu hal ini terjadi. Atta selalu membawa Dita ke tempat kerjanya.